BerandaTafsir Al QuranMakna Insyaallah dan Biidznillah Sama atau Beda? Ini Penjelasannya!

Makna Insyaallah dan Biidznillah Sama atau Beda? Ini Penjelasannya!

Sebagai muslim, kita pasti akrab dengan ucapan kalimat Insyaallah dan Biidznillah. Keduanya sangat unik dan maknanya hampi mirip. Sepintas, dua kalimat itu terlihat memiliki arti sama -kata izin dan hendak memiliki unsur makna yang sama yaitu semuanya akan terjadi apabila kehendakNya telah terjadi. Tapi, secara redaksi dua lafadz itu berbeda. Lantas, sebenarnya makna insyaallah dan biidznillah itu sama atau beda? Berikut ini penjelasannya!

Mengenal Makna Insyaallah

Kalimat Insyaallah yang diawali dengan kata “In” mewarisi sebuah gambaran akan terjadinya sesuatu namun sifatnya belum terjadi atau tidak sering tejadi. Hal ini berbeda dengan kata “Idza”, ia bermakna sesuatu yang bisa untuk terjadi. Ada satu lagi, makna “Law” diartikan sesuatu yang mustahil untuk didapatkan. Baca juga: Tahukah Anda Perbedaan Makna Antara Kata Walid (وَالِدٌ) dan Abu (أَبُوْ) dan Kata Umm (أم) dan Walidah (وَالِدَة)?

Penjelasan tersebut bisa ditemukan dalam beberapa literatur kamus bahasa Arab. Dalam Al Quran, kalimat Insyaallah ditemukan sebanyak empat kali. Surat al-Fath ayat 27 mewakili dari semuanya. Ayat tersebut berbunyi:

لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبً 

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat”

Al-Ustadz Quraish Shihab menjelaskan ketika seseorang berkata In Syaa Allah, ia akan menggambarkan dalam benaknya bahwa ucapannya tidak mustahil terjadi. Pun demikian, ia tidak bisa memastikan terjadi sesuatu karena ia tak berucap dengan kata Idza. Oleh sebab itu, dengan menggunakan kata In, seseorang tak akan kehilangan optimisme. Ia telah menyediakan ruang dalam hatinya untuk menghindari sebuah kekecewaan jika apa yang diinginkan tak terwujud.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh al-Ustadz Quraish Shihab dalam bukunya mengenai pentingnya mengucap Insyaallah.

Pertama, kalimat Insyaallah diharapkan agar manusia selalu menyadari bahwa kemampuannya terbatas dan tidak ada campur tangan orang lain. Ada banyak faktor yang harus diperhitungkan namun justru menjadi aral bagi wujudnya apa yang telah direncanakan.

Kedua, ucapan Insyaallah memberi tuntunan agar manusia sadar bahwa segala sesuatu ada dalam kendaliNya. Alasan kedua ini menyadarkan kita untuk berfikir dan berusaha mengaitkan fikiran dan semua rencana atas kehendak Allah. Baca juga: 

Kisah Nabi Musa dan Kalimat Biidznillah

Kisah Nabi Musa ‘Alaihissalam banyak tertuang dalam beberapa surat dalam Al Quran. Namun, ada dua redaksi ucapan Biidznillah di dalamnya. Ayat tersebut terdapat dalam surat al-Baqarah (2):97 dan 249 yang berbunyi:

قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِين 

“katakanlah (Muhammad) barang siapa yang menjadi musuh terhadap Jibril, maka sesungguhnya dia telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu biidznillah (dengan seizin Allah) membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman”

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ 

 “Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, mereka berkata “tak ada kesanggupan kami hari ini menghadapi Jalut dan tentaranya”. Orang yang menduga keras bahwa mereka akan bertemu dengan (ganjaran) Allah berkata,”berapa banyak terjadi, golongan yang sedikit akan mengalahkan golongan yang banyak atas izin Allah.””

Dua ayat diatas telah jelas bahwa kalimat Biidznillah berbeda dengan Insyaallah secara makna. Jika kalimat Insyaallah digunakan untuk sesuatu yang memiliki keterlibatan dengan manusia untuk mewujudkannya. Sedangkan kalimat Biidznillah, sama sekali tidak ada keterlibatan dengan siapapun kecuali Allah.

 

Rifa Tsamrotus Saadah
Rifa Tsamrotus Saadah
Aktif kajian islamic studies, alumni Uin Syarif Hidayatullah Jakarta dan pernah mengenyam kajian seputar Hadis di Darussunah International Institute For Hadith Sciences.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...