BerandaTafsir TematikMakna Kata ‘al-Kitab’ dalam Surah Albaqarah Ayat 2

Makna Kata ‘al-Kitab’ dalam Surah Albaqarah Ayat 2

Salah satu yang menjadikan nama Alquran begitu istimewa bagi umat muslim adalah Alquran memiliki nama-nama lain yang juga secara official disebutkan dalam Alquran itu sendiri. Menurut Dr. Adam Bamba dalam karyanya Asma’ al-Qur’an al-Karim, ada tiga nama utama untuk Alquran: al-Qur’an, al-Kitab, dan al-Furqan. Tolok ukur keutamaan nama-nama tersebut adalah kemasyhuran penyebutannya dalam Alquran. Dengan kata lain, ketiga nama tersebut adalah tiga nama yang paling sering disebutkan dalam Alquran, terutama dua nama pertama: ‘al-Qur’an’ dan ‘al-Kitab’.

Menurut Fadhil as-Samarra’I dalam Lamasat al-Bayaniyah, pemilihan diksi ‘al-Qur’an’ atau ‘al-Kitab’ dalam pembukaan sebuah surat memiliki peran penting dalam gaya bahasa yang akan digunakan surah tersebut pada ayat-ayat berikutnya.

فيلاحظ أنه عندما يبدأ بالكتاب يتردد في السورة ذكر الكتاب أكثر بكثير مما يتردد ذكر القرآن، أو قد لا تذكر كلمة القرآن مطلقاً في السورة. أما عندما يبدأ بالقرآن فيتردد في السورة ذكر كلمة القرآن أكثر الكتاب، أو قد لا يرد ذكر الكتاب مطلقاً في السورة، وإذا اجتمع القرآن والكتاب يترددان في السورة بشكل متساو تقريباً

Maka dilihat dari hal tersebut, ketika (sebuah surah) di awali dengan (penyebutan) kata ‘al-Kitab’, maka penyebutan itu akan berulang di surah tersebut berkali-kali lebih banyak dibanding (penyebutan) kata ‘al-Qur’an’, atau bahkan kata ‘al-Qur’an’ tak akan disebutkan sama sekali. Sedangkan Ketika (sebuah surah) di awali dengan (penyebutan) kata ‘al-Qur’an’, maka penyebutan itu akan berulang di surah tersebut berkali-kali lebih banyak dibanding (penyebutan) kata ‘al-Kitab’, atau bahkan kata ‘al-Kitab’ tak akan disebutkan sama sekali. Sedangkan jika kata ‘al-Qur’an’ dan kata ‘al-Kitab’ dikumpulkan dalam satu ayat, maka keduanya akan diulang dengan kuantitas yang kurang lebih sama.

Baca Juga: Mengenal 55 Nama Al-Quran Beserta Alasan Penamaanya (1)

Hasil observasi yang dikemukakan oleh Fadhil As-Samara’I di atas bukanlah omong kosong belaka. Umat muslim tahu bahwa surah Albaqarah diawali dengan ayat dzalika al-kitabu laa raiba fiih. Sedangkan dalam surah Albaqarah, kata ‘al-Kitab’ diulang sebanyak 47 kali. Sementara itu, kata ‘al-Qur’an’ hanya disebut satu kali pada ayat syahru ramadhana alladzi unzila fiihi al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa dimensi semantika pada pemilihan kata ‘al-Kitab’ akan punya peran penting dalam sebagian besar muatan surah Albaqarah. Lalu apa maksud dari penggunaan kata ‘al-Kitab’ dalam surah Albaqarah?

Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah (Jilid 1, 87-88), penggunaan kata ‘al-Kitab’ merupakan kombinasi antara ‘al’ ta’rif dengan kata ‘kitab’. ‘Al’ pada kata tersebut menurut beliau adalah lambang kesempurnaan. Kesempurnaan kitab tersebut membuat tiada kitab-kitab lain yang pantas dijuluki ‘al-Kitab’ kecuali kitab yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.

Jika menggunakan logika berfikir untuk menelaah penjelasan M. Quraish Shihab di atas, maka pasti akan mengerti bahwa terkadang sebuah brand akan bisa lebih mendefinisikan sebuah produk daripada produk itu sendiri. Hal itu merupakan pertanda bahwa brand tersebut sangat bagus kualitasnya, sampai-sampai jika dipikirkan sebuah produk tertentu, maka yang menjadi top mind adalah brand tertentu.

Baca Juga: Penjelasan Tentang Nama Al-Quran: Az-Zikr dan Al-Kitab

Misalkan, tidak perlu menyuruh seseorang membeli brand “aqua”, kita cukup menyuruh untuk membeli “air mineral”. Begitupula Alquran, dengan menyebut ‘al-Kitab’ saja (yang notabene kata umum) orang umum akan memahami bahwa yang dimaksud adalah bukanlah ‘kitab’ selain Alquran, karena Alquran merupakan kitab suci Allah Swt yang terbaik.

Lagi pula, menurut Al-Qurthuby dalam tafsirnya, surah Albaqarah ini isinya kebanyakan membahas tentang Bani Isra’il. Sedangkan masyarakat Bani Isra’il lebih familiar dengan kata ‘al-Kitab’. Injil dan Taurat memuat teks mengenai akan diturunkannya ‘kitab’ ini

وقيل: إن (ذلِكَ) إشارة إلى ما في التوراة والإنجيل. و(الم) اسم للقرآن، والتقدير هذا القرآن ذلك الكتاب المفسر في التوراة والإنجيل، يعني أن التوراة والإنجيل يشهدان بصحته ويستغرق ما فيهما ويزيد عليهما ما ليس فيهما.

Dan ada sebuah pendapat: sesungguhnya kata (dzalika) adalah isyarat terhadap Taurat dan Injil. Sedangkan (alif lam mim) adalah nama untuk Alquran. Dan disembunyikannya kata (hadza al-Quran) adalah kitab yang ditafsirkan dalam Taurat dan Injil. Bahwa Taurat dan Injil memuat validasi tersebut, kitab tersebut juga memuat ajaran Taurat dan Injil, serta menyempurnakan yang tidak dituliskan dalam keduanya.

Dengan demikian, meskipun yang dimaksud dalam kata “al-Kitab” tersebut adalah Alquran, penggunaan kata “al-Kitab” dinilai memiliki value yang lebih bermakna ketimbang sekadar ditulis secara langsung. Selain itu, penggunaan kata ini juga memantik diskusi ilmiah yang menarik bahkan semenjak pertama kali mempelajari ayat Alquran. Maka alangkah baiknya kita kaji lafaz-lafaz Alquran secara diakronis, untuk mengungkap lebih dalam penafsiran sebuah ayat.

Wallahu a’lam.

Muhammad Bachrul Ulum
Muhammad Bachrul Ulum
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, peminat kajian linguistik Al-Quran
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...