Massimo Campanini; Pengkaji Al-Quran Kontemporer dari Italia

Massimo Campanini
Massimo Campanini

Kemilau Al-Quran selalu menarik perhatian banyak orang untuk mendekatinya, tidak hanya muslim, melainkan juga non-muslim; tidak hanya marak di tradisi Timur, namun juga di tradisi Barat. Sejak dahulu hingga sekarang, kajian Al-Quran tidak pernah sepi peminat. Salah satu pengkaji Al-Quran di era kontemporer dari bumi Italia bernama Massimo Campanini.

Profil akademik Campanini

Massimo Campanini lahir di Milan pada 3 November 1954. Ia seorang orientalis yang menekuni kajian sejarah kontemporer Arab Timur Tengah dan filsafat Islam. Selain itu ia juga menulis beberapa karya tentang Al-Quran.

Campanini pernah mengajar baik sebagai Professor maupun Associate Professor di berbagai kampus terkemuka di Italia. Di antaranya Vita-Salute San Raffaele University, University of Naples Federico II dan University of Trento.


Baca Juga: Robert of Ketton dan Dinamika Penerjemahan Al-Quran, Menjawab Kesimpulan Keliru Soal Kontribusi Orientalis dalam Studi Al-Quran


Campanini berkontribusi besar dalam penerjemahan banyak karya pemikir muslim klasik seperti al-Ghazali, Ibn Rusyd dan al-Farabi ke dalam bahasa Italia. Ia juga berusaha mengelaborasi pemikiran politik Islam serta turut mengembangkan metode penafsiran Al-Quran.

Ada banyak karya ilmiah yang lahir dari tangan seorang Campanini. Selain terjemahan buku-buku filsafat Islam, ia menulis tentang politik dan tafsir Al-Quran. Di antara karyanya dalam bidang politik Islam: Islam and Politics, Ideology and politics in Islam dan What Islam? Jihadism, radicalism, reformism.

Sedangkan dalam kajian Al-Quran, beberapa karyanya dalam bentuk buku maupun artikel jurnal sebagaimana berikut: The Qur’an: The Basics, The Qur’an: Modern Muslim Translations, Philosophical Perspectives on Modern Qur’anic Exegesis: Key Paradigms and Concepts, Toward a Philosophical Qur’anology: Structure and Meaning in the Qur’an,Qur’an and Science: A Hermeneutical Approach, Science and Epistemology in Medieval Islam, The Mu’tazila in Islamic History and Thought dan Qur’anic Hermeneutics and Political Hegemony.


Baca Juga: Laleh Bakhtiar dan Kontribusinya Dalam Kajian Tafsir


salah satu karya Massimo Campanini
salah satu karya Massimo Campanini

Pemikiran Campanini tentang Al-Quran

Pemikiran Massimo Campanini yang paling menonjol terkait Al-Quran ialah tawaran pendekatan baru dalam tafsir. Ia memiliki konsep Philosophical Qur’anology, di mana Al-Quran tidak hanya diinterpretasi melalui pendekatan filosofis, melainkan Al-Quran dilihat sebagai teks filosofis. Sebab Al-Quran sendiri menurutnya menstimulus refleksi filosofis dalam berbagai redaksinya.

Dalam konsep Philosophical Qur’anology, ia mencoba mencari dan menawarkan adanya interrelasi antara struktur, bahasa dan makna Al-Quran. Hubungan ketiganya ia peroleh setelah menganalisis beberapa pemikiran tokoh sebelumnya, seperti konsep nazhm al-Quran-nya al-Jurjani, Turath and Tajdid-nya Hassan Hanafi, At-Tafsir Al-Maudhu’i-nya Muhammad Al-Ghazali, pemikiran Fazlur Rahman, konsep intentionality Edmund Husserl dan di sini ia juga memperkenalkan tokoh perempuan pengkaji Al-Quran, Suha Taji Farouki.

Campanini juga mengkaji masalah sains Al-Quran. Dalam salah satu artikelnya,  ia mengelaborasi pandangan umat Islam tentang kesesuaian antara Al-Quran dan sains. Menurutnya, ada tiga pandangan utama terkait hal ini: kelompok yang sepenuhnya sepakat, kelompok yang sebagian sepakat dan kelompok yang menolak sepenuhnya.


Baca Juga: Mufasir-Mufasir Modern: Biografi Muhammad Al-Ghazali


Campanini sendiri condong pada pandangan lain yang berasal dari Ibn Rusyd. Ibn Rusyd berpendapat bahwa kebenaran hanyalah satu, namun ia diekspresikan melalui bahasa yang berbeda. Bahasa agama dan bahasa sains bisa saja berbeda, namun keduanya tidak berkontradiksi.

Sebagaimana sikap para ilmuwan pendahulunya yang rendah hati, Massimo Campanini pun juga begitu. Ia mengakui bahwa pemikirannya itu sangat terbuka untuk dikritisi, bahkan bisa juga salah. Selain itu ia juga menyadari bahwa interpretasi Al-Quran itu sifatnya tentatif, begitupun dengan metodenya, hanya perkiraan dan tidak mencapai definisi final.

‘I am perfectly aware that many people will protest against the exegetic proposal put forward in this article for many good reasons. It goes far beyond the reasonable axegetical approach to a particular holy text such as the Qur’an, because the interpretations here are only tentative, and because the method is approximate and lacks precise definition.’

Pada 9 Oktober 2020 lalu, di Milan, Campanini menghembuskan napas terakhirnya dalam usia 65 tahun. Dunia akademik Islam telah kehilangan salah seorang pemikir hebatnya. Namun pemikiran cemerlang Campanini tetap abadi dan masih dapat dikaji melalui karya-karyanya. Selamat jalan, Addio, Professor!