Ibadah puasa pada intinya adalah perbuatan menahan diri dari melakukan sesuatu yang merusak. Seorang yang berpuasa dididik untuk mengendalikan diri secara fisik, moral dan spiritual. Secara fisik, seseorang dikondisikan untuk tidak makan, minum, dan berhubungan intim. Secara moral, seseorang dicegah untuk tidak mengganggu, menghina, dan menyalahkan orang lain. Sementara secara spiritual, jiwa seseorang ditempa untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Seseorang yang berpuasa melakukan dua hal dalam waktu bersamaan. Di satu sisi menahan untuk melakukan perbuatan yang destruktif, di sisi lain meneguhkan amalan yang konstruktif. Ibadah puasa yang dipraktikkan secara lengkap dan tepat akan membawa pelakunya menjadi orang yang bertakwa.
Untuk melejitkan kualitas puasa di bulan Ramadan, surah Ali Imran ayat 200 berisi informasi tentang cara mencapai hal tersebut.
Surah Ali Imran Ayat 200
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
Sekilas, ayat ini mengandung seruan kepada orang beriman untuk mengamalkan empat hal: iṣbirū, ṣābirū, rābiṭū dan ittaqū agar tufliḥūn. Lalu, apa relasi antara kandungan ayat ini dengan ibadah puasa?
Baca Juga: Empat Aspek Penting dalam Tadabur Ayat tentang Puasa Ramadan
Puasa dan Kesabaran
Jika puasa (ṣaum) bermakna menahan (al-imsāk), maka makna sabar (ṣabr) yang tersusun dari shad, ba’ dan ra’ berkisar pada tiga hal: menahan, ketinggian sesuatu dan sejenis batu. Quraish Shihab menjelaskan dari makna pertama lahir makna bertahan/konsisten, dari makna kedua lahir kata ṣubr yang berarti puncak sesuatu, dan dari makna ketiga muncul kata ṣubrah yang berarti batu yang kukuh lagi kasar, atau potongan besi. (Al-Misbah, Jil. 2, h. 322)
Seseorang yang bersabar berarti dia berhasil menahan dirinya dengan bantuan kekukuhan jiwa dan mental baja untuk mencapai ketinggian yang diharapkan. Pun demikian dengan seseorang yang berpuasa, dia akan menahan dirinya atas sesuatu yang merusak agar mendapat ketakwaan.
Relasi yang saling terpaut antara puasa dan sabar terlihat jelas. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Mereka yang berpuasa menjalankan sebagian bentuk sabar dan mereka yang bersabar mengamalkan sebagian bentuk puasa. Seseorang yang berpuasa sekaligus bersabar tidak hanya melakukan aktivitas menahan, tetapi dia menjadikan jiwanya kukuh untuk menggapai ketinggian takwa.
Baca Juga: Surah Albaqarah Ayat 186: Anjuran Berdoa Ketika Puasa Ramadan
Tiga Ragam Sabar
Puasa yang dibarengi sabar memiliki kualitas yang melejit. Apalagi kesabaran yang dilakukan mencakup 3 ragam sebagaimana dalam QS. Ali Imran [3]: 200. Makārim Asy-Syīrāzī menjelaskan, kesabaran yang pertama (ṣabr) adalah perintah untuk mengendalikan diri sebagai sumber dari kebahagiaan maknawi individu dan masyarakat. Perintah kedua dilanjutkan dengan menguatkan kesabaran (ṣābara); bersabar menghadapi kesabaran orang lain (bab mufā’alah). Kesabaran pertama dilakukan dengan melakukan jihad pengendalian diri dan diikuti dengan menahan kesabaran atas orang lain. (Al-Amṡal, Jil. 3, h. 67)
Berpuasa dengan mengamalkan dua bentuk kesabaran di atas akan menghadirkan bentuk akhlak baik ke dalam diri sendiri dan ke luar kepada orang lain. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat dibutuhkan ibadah puasa yang dibarengi (ṣabr) dan (ṣābara). Hasilnya, umat yang berpuasa akan mengendalikan diri dan menjaga relasi dengan sesamanya, baik yang sama-sama berpuasa maupun yang tidak.
Adapun bentuk sabar yang ketiga (rabṭ/ribāṭ) adalah bersabar dalam membela negara. Mutawallī Asy-Sya’rawī menjelaskan kesabaran jenis ini berkaitan dengan kesadaran dan persiapan siaga atas musuh yang akan menyerang. Bentuk persiapan membela negara bisa dengan kekuatan fisik, pemikiran dan situasi sosio-politik yang aman dan damai. (Asy-Sya’rawī, h. 1976)
Umat Muslim yang berpuasa dan menjalakan bentuk sabar yang ketiga dapat melejitkan kualitas puasa dengan menjaga sosio-politik negara. Kerukunan umat beragama yang hadir dengan kedamaian, saling menghargai dan menghormati antarumat di Indonesia dapat dilakukan umat Muslim yang berpuasa dan bersabar. Dengan demikian, satu cara melejitkan puasa ke tingkat yang tinggi adalah dengan mengamalkan tiga level sabar.
Puasa dan Ketakwaan
Surah Ali Imran ayat 200 diakhiri dengan perintah bertakwa. Jika berpuasa diperintahkan untuk meraih ketakwaan, maka di ayat ini perintah sabar dan takwa dihadirkan untuk meraih keberuntungan (falāḥ). Berpuasa yang dibarengi dengan mengamalkan ragam bentuk sabar dapat mendongkrak seseorang meraih ketakwaan dalam tingkat yang tinggi.
Berpuasa perlu dibarengi dengan kesabaran. Kesabaran yang lengkap akan melahirkan pribadi yang menjaga jiwanya, menjaga jiwa-jiwa orang lain disekitarnya, bahkan menjaga kondisi masyarakat dan negara.
Dengan demikian, berpuasa, bersabar dan bertakwa adalah tiga amalan penting yang saling terkait dan fundamental bagi orang-orang beriman. Semoga, perenungan atas pesan ayat ini dapat melejitkan kualitas berpuasa dengan penuh kesabaran yang sempurna.