BerandaTafsir TematikMemahami Makna Kata Jaza dalam Al-Quran dan Penggunaannya

Memahami Makna Kata Jaza dalam Al-Quran dan Penggunaannya

Beragam kosa kata dalam Al-Quran memiliki makna yang sifatnya istimewa. Keistimewaan itu disebabkan oleh beberapa aspek di antaranya makna dasar yang beragam, makna yang mempertimbangkan konteks kalimat maupun makna yang ditakwilkan sebab tidak tepat jika dimaknai hakikat maknanya. Oleh sebab itu lahirlah kajian-kajian atas berbagai kosa kata dalam Al-Quran. Salah satunya yang akan dibahas pada tulisan kali ini ialah memahami makna kata jaza dalam Al-Quran.

Kata jaza (جزاء) merupakan bentuk mashdar dari (يجزي جزي). Kata jaza sendiri jika ditelusuri melalui Mu’jam karya al-Ashfihani memiliki makna dasar (الغناء والكفاية) atau “balasan yang cukup dan sesuai dengan yang dikerjakan”. Adapun jika ditelusuri melalui Mu’jam al-Wasith karya Ibrahim Musthofa (1972: 121) dimaknai dengan (الثواب والعقاب) atau “balasan kebaikan/ reward (bagi kebaikan yang dikerjakan) dan hukuman/ punishment (bagi keburukan yang dikerjakan).

Atas dua makna dasar dari kata jaza tersebut didapati bahwa jaza bisa dimaknai sebagai balasan yang setimpal terhadap pekerjaan yang dilakukan, di mana balasan itu dapat berupa reward ataupun punishment tergantung sifat pekerjaan yang dikerjakan. Maka jaza dapat dikatakan kosa kata yang netral dan akan dimaknai secara negatif maupun positif tergantung dari negatif atau positifnya pekerjaan yang dilakukan maupun kejelasan mengenai bentuk balasan yang diberikan (maknanya bergantung pada konteks kalimat/ siyaq al-kalam).

Baca Juga: Inilah Macam-Macam Qasam dalam Al-Quran, Simak Penjelasannya

Dalam Al-Quran, menurut Wahbah Zuhaili (2008: 386) kata jaza dengan segala derivasi bentuk katanya terulang 116 kali di mana 42 kali merujuk pada makna balasan yang baik. Salah satu contoh ayatnya adalah Q.S. al-Ahqaf [46]: 14:

اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۚ (جَزَاۤءً) ۢبِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”

Dan 49 kali merujuk pada makna balasan yang buruk atau iqab. Seperti halnya pada Q.S. al-An’am [6]: 146:

وَعَلَى الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِيْ ظُفُرٍۚ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُوْمَهُمَآ اِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُوْرُهُمَآ اَوِ الْحَوَايَآ اَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍۗ ذٰلِكَ (جَزَيْنٰهُمْ) بِبَغْيِهِمْۚ وَاِنَّا لَصٰدِقُوْنَ

“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan semua (hewan) yang berkuku, dan Kami haramkan kepada mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat di punggungnya, atau yang dalam isi perutnya, atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya. Dan sungguh, Kami  Mahabenar.”

Namun, terdapat penyebutan sebanyak 25 kali yang tidak bisa dikategorikan sebagai balasan yang baik maupun buruk. Sebab ketiadaan atau tidak diketahuinya konteks kalimat maupun penjelasan mengenai bentuk balasan yang diberikan, sehingga tidak bisa dikategorisasi sebagai bagian dari balasan yang baik ataupun buruk. Contohnya pada Q.S. al-Najm [53]: 41:

ثُمَّ يُجْزٰىهُ الْجَزَاۤءَ الْاَوْفٰىۙ

“kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna/ secara kontan sesuai perbuatan”.

Menurut Quraish Shihab (2007: 391) secara umum di dalam Al-Quran, jaza atau balasan itu diorientasikan kepada balasan yang akan diterima di akhirat kelak. Adapun yang merupakan pengecualian dari hal tersebut (balasan yang diberikan di dunia) antara lain:

  1. Balasan kepada Bani Israil berupa kenistaan hidup di dunia (Q.S al-Baqarah [2]: 85)

فَمَا جَزَاۤءُ مَنْ يَّفْعَلُ ذٰلِكَ مِنْكُمْ اِلَّا خِزْيٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُرَدُّوْنَ اِلٰٓى اَشَدِّ الْعَذَابِۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

“Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini menggambarkan bagaimana perilaku Bani Israil yang sangat tidak beradab dan menunjukkan pengingkaran mereka terhadap kitab yang dibawa Musa (Taurat). Maka dari itu Allah membalas tindakan mereka dengan memberikan kehidupan yang nista di dunia dan menyiapkan adzab yang pedih bagi mereka di hari pembalasan kelak.

  1. Keselamatan dan kesejahteraan bagi Nabi Nuh (Q.S al-Shaffat [37]: 80)

اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

“Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya dimana dalam kronologi tersebut nabi Nuh As. diselamatkan oleh Allah dari bencana yang besar yakni banjir air bah yang menenggelamkan semua yang dilewatinya kecuali rombongan nabi Nuh As. dan pengikutnya yang berada di atas bahtera. Maka keselamatan yang diberikan itu balasan bagi Nuh dan kaumnya di dunia yang senantiasa tetap menjaga keimanan mereka (al-Qurthubi, 1964: 89).

  1. Keselamatan dan kesejahteraan bagi Nabi Ibrahim (Q.S al-Shaffat: 105)

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

“Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Ayat ini menceritakan tentang kisah Nabi Ibrahim yang mempercayai mimpi yang datang kepadanya dan memerintahkannya untuk menyembelih putranya (al-Qurthubi, 1964: 30). Berkat kesabarannya untuk menerima dan melaksanakan apa yang Allah perintahkan dalam mimpinya.

Maka Allah pun mengganti putra Ibrahim yang hampir disembelih oleh bapaknya sendiri akibat ketaqwaan bapaknya yang begitu tinggi terhadap Tuhannya dengan kambing kibas sebagai bentuk balasan (di dunia) atas keimanan dan ketaqwaannya.

Baca Juga: Takwa dan Tawakkallah, Tips Mencari Rezeki Menurut Al-Quran

Maka bisa disimpulkan bahwa jaza dalam Al-Quran memiliki makna yang sesuai dengan makna dasarnya yakni balasan. Namun “balasan” ini dalam Al-Quran bisa berupa balasan dalam konteks positif maupun negatif dan hal ini bergantung pada siyaq al-kalam dan penjelasan dalam ayat maupun tafsir mengenai bentuk balasannya.

Kata jaza dalam Al-Quran juga mayoritas dimaknai sebagai balasan yang akan diberikan di akhirat kelak kecuali tiga ayat yang telah dijelaskan oleh Prof. Quraish Shihab di atas. Semoga penjelasan memahami makna kata jaza dalam Al-Quran ini bisa menambah wawasan Al-Quran pembaca. Wallahu a’lam.

Alif Jabal Kurdi
Alif Jabal Kurdi
Alumni Prodi Ilmu al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Alumni PP LSQ Ar-Rohmah Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...