BerandaTafsir TematikMemanfaatkan Nikmat Umur di Dunia dengan Banyak Beristighfar

Memanfaatkan Nikmat Umur di Dunia dengan Banyak Beristighfar

Nikmat umur adalah pemberian Allah Swt kepada setiap makhluk. Bagi manusia, nikmat umur menjadi sesuatu yang menyenangkan apabila umur itu melalui tahap-tahap dan situasi yang menyenangkan. Sebaliknya umur menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan apabila umur itu melalui masa-masa atau tahaptahap yang tidak menyenangkan.

Oleh sebab itu, orang ingin berumur panjang kalau umurnya itu memberikan ketenangan bagi dirinya, dan sebaliknya orang tidak ingin berumur panjang apabila umurnya itu tidak menyenangkan dan menguntungkan dia.

Setiap orang tidak akan dapat menentukan dan memastikan kapan umurnya itu berakhir. Karena yang mengetahui batas umur seseorang hanyalah Allah swt. Orang hanya dapat memastikan bahwa nikmat umur itu suatu saat pasti akan berakhir, dan kapan umur itu berakhir, tidak ada satupun yang tahu. Yang kita tahu hanyalah bahwa di antara manusia ada yang umurnya panjang dan ada pula yang umurnya pendek.

Baca Juga: Kedudukan Manusia Sebagai Khalifah Allah Swt di Muka Bumi

Islam mengajarkan bahwa agar selama hidupnya seseorang harus memanfaatkan umurnya itu dengan sebaik-baiknya. Umur bagi seseorang akan bermanfaat apabila seseorang mampu mengisi dan memnfaatkannya dengan hal-hal positif, sebaliknya umur itu menjadi laknat apabila tidak dimanfaatkannya dengan sebakik-baiknya. Dalam suatu hadisnya Nabi menyatakan:

خير الناس من طال عمره وحسن عمله وشر الناس من طال عمر وساء عمله.

Manusia terbaik adalah manusia yang umurnya panjang dan baik amalnya. Manusia yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya, tetapi buruk/jahat amalnya.

Nikmat umur itu berkaitan dengan hidup. Seseorang yang umurnya panjang berarti hidupnya panjang, seseorang yang umurnya pendek berarti hidupnya pendek. Hidup yang dianugerahkan Allah kepada kita pada hakikatnya merupakan ujian. Orang diberi hidup berarti orang itu diberi ujian. Hidup yang diberikan Allah dimaksudkan untuk menguji siapa di antara manusia itu yang sanggup melakukan hal-hal yang terbaik yang sesuai dengan tuntunan agama, siapa di antara mereka yang sanggup melakukan perbuatan baik.

Hadis Rasulullah menyatakan:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُهُ: ” اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ “

Rasulullah Saw. telah memberi nasihat kepada seseorang: “Gunakanlah yang lima sebelum datang yang lima. Gunakan masa mudamu sebelum masa tuamu datang. Gunakan masa sehatmu sebelum masa sakitmu datang. Gunakan masa kayamu sebelum masa miskinmu datang. Gunakan waktu luangmu sebelum waktu sempitmu datang. Gunakan masa hidupmu sebelum masa matimu datang.” HR. al-Nasa’i.

Beristigfar atau memohon ampun kepada Allah atas segala yang telah lalu adalah perbuan terpuji. Keterpujian ini tidak hanya diperintahkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, tetpi juga di dalam hadis Rasulullah Saw. Allah memerintah manusia untuk beristigfar, di dalam QS. Ali Imran [3]: 135:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”

Di dalam sebuah hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Dzarri, Allah swt menyatakan kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia untuk beristigfar. Allah berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya sesuatu yang diharamkan pula di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya setiap kalian adalah sesat, kecuali yang Aku beri petunjuk kepadanya. Karena itu, mintalah petunjuk kepada-Ku, dan Aku pasti akan memberimu petunjuk.

Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian akan lapar, kecuali orang yang aku berikan makanan kepadanya. Oleh sebab itu, mintalah makanan kepada-Ku, pasti Aku memberimu makanan. Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian telanjang (tidak berpakaian), kecuali orang yang Aku berikan pakaian. Oleh sebab itu, mintalah kepada-Ku pakaian, pasti Aku akan memberikan kepadamu pakaian itu. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian semuanya melakukan kesalahan dan dosa pada malam dan siang hari dan Aku adalah yang mengampuni semua dosa kalian. Oleh sebab itu, mintalah ampun kepada-Ku, dan Aku pasti mengampunimu.

Baca Juga: Aspek Kedua Membentuk Pribadi Manusia Unggul: Beramal dan Berkarya

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat menyampaikan bahaya kepada-Ku sehingga kalian membahayakan Aku, dan kalian tidak akan dapat menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi-Ku, sehingga kalian memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya manusia yang pertama dari kalian hingga manusia yang terakhir, baik manusia maupun jin merupakan manusia yang hatinya paling bertakwa, maka ketakwaan mereka tidak akan menambah kehebatan kerajaan-Ku sedikit pun juga.

Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya manusia yang pertama dari kalian hingga manusia yang terakhir, baik manusia maupun jin merupakan manusia yang hatinya paling jahat, maka kejahatan mereka tidak akan mengurangi kehebatan kerajaan-Ku sedikit pun juga. Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya manusia yang pertama dari kalian hingga manusia yang terakhir, baik manusia maupun jin, berdiri di atas sebuah tempat, lalu meminta kepada-Ku, lalu Aku memberikan kepadanya apa yang dimintanya, maka pemberian itu kepadanya tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku, sebagaimana berkurangnya jarum yang dilemparkan masuk ke dalam laut.

Wahai hamba-hamba-Ku, demikianlah segala amal yang kalian lakukan, Aku akan menghitung dan mencatatnya bagi kalian, kemudian Aku akan membalasnya bagi kalian. Siapa yang memperoleh kebajikan maka pujilah Allah, dan siapa yang mendapatkan selainnya, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri (HR Muslim).

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...