Baru-baru ini Netflix merilis sebuah film yang berasal dari Korea. Drama tersebut berjudul “Squid Game” yang rilis sejak tanggal 17 September 2021 lalu. Drama ini digarap sutradara Hwang Dong Hyuk dan mendapat rating sebesar 90 persen di laman Asian Wiki dengan total vote dari 1.238 pengguna. Sementara pada laman IMDb, drama ini mendapat rating 8,3 dari 10 berdasarkan 234 ulasan (Tirto.id).
Drama yang menceritakan tentang sebuah permainan mematikan ini cukup menarik banyak penonton dan bahkan viral di media sosial seperti Tik-Tok. Alur cerita dalam Squid Game mengisahkan tentang orang-orang yang mengikuti permainan dengan hadiah yang cukup besar. Namun untuk mendapat hadiah besar itu, mereka harus rela mempertaruhkan nyawanya sendiri ketika salah langkah dalam bermain.
Aturan dalam permainan menjelaskan bahwa pemain hanya boleh bergerak ketika boneka raksasa mengatakan lampu hijau dan berhenti ketika dikatakan lampu merah. Ketika tidak mengikuti aturan main, mereka akan tertembak dan mati. Setiap yang bermain penuh dengan ambisi besar untuk menjadi satu-satunya pemenang tanpa memperdulikan teman, kerabat atau yang lainnya.
Jika diamati, drama ini hanya sebuah halusinasi dan tidak ada di kehidupan nyata. Namun sebenarnya drama ini menggambarkan realita kehidupan yang sejatinya ada di sekitar kita. Ada banyak orang yang berambisi dengan kekayaan, ketenaran, dan berbagai kenikmatan dunia lainnya tanpa memandang orang-orang di sekitar demi memuaskan egonya sendiri.
Baca Juga: Al-Qur’an dalam Menjaga Harmonisasi dan Toleransi Antar Umat Beragama
Melihat fenomena demikian, al-Qur’an mengingatkan tentang upaya syaitan dalam menakut-nakuti manusia akan kemiskinan sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Baqarah [2]: 268 sebagai berikut.
ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغۡفِرَةٗ مِّنۡهُ وَفَضۡلٗاۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 268)
Tafsir QS. Al-Baqarah [2]: 268 tentang Hasutan Syaitan Kepada Manusia
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini berisi tentang permberitahuan Allah tentang syaitan yang menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan, sehingga mereka akan mempertahankan harta yang dimiliki dan enggan menginfakkannya untuk mencari keridhaan Allah Swt. Syaitan juga membujuk manusia untuk berbuat maksiat, dosa, melanggar berbagai larangan, dan menyalahi aturan Allah Swt.
Senada dengan hal di atas, al-Qurthubi dalam tafsirnya juga menjelaskan bahwa syaitan menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan sehingga tidak mau bersedekah atau membantu sesamnya. Sebab dengan tidak bersedekah itu, manusia telah bermaksiat dan kemudian saling memutuskan hubungan di antara sesamanya.
Sementara Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir menambahkan penjelasan bahwa di dalam ayat ini at-Takhwiif (menakut-nakuti) diungkapkan dengan kata al-Wa’du, sebagai bentuk al-Mubaalaghah (melebih-lebihkan) di dalam memberikan keyakinan bahwa apa yang setan kabarkan itu seolah-olah benar-benar akan terjadi. Seolah-olah terjadinya sesuatu yang dikabarkan itu berdasarkan kehendaknya.
Karena telah diketahui bahwa al-Wa’du (janji) adalah pengabaran tentang sesuatu yang akan terjadi dari arah orang yang memberi kabar. Di sini setan tidak berkata, “innii saufaqqirukum” (saya akan menjadikan kalian miskin). Namun bagi orang-orang yang lemah imannya akan mudah terbujuk dan mengikuti rayuan syaitan tersebut.
Hidup Dianggap Sebagai Persaingan
Berdasarkan penafsiran QS. Al-Baqarah [2]: 268 di atas terlihat bahwa ada manusia-manusia yang dapat dipengaruhi oleh syaitan. Syaitan menggoyahkan keyakinan orang-orang beriman akan kemiskinan yang tidak banyak diinginkan oleh manusia. Sehingga menjadi senjata ampuh yang dapat dijadikan hasutan dalam meluluh lantahkan keteguhan hati.
Syaitan dapat menjadikan seseorang enggan bersedekah atau membantu sesamanya karena takut harta atau bantuannya tersebut dapat membuatnya rugi atau hartanya akan berkurang. Padahal, rasa takut tersebut hanyalah rayuan syaitan dan bukan syaitan pula yang akan menjadikan manusia miskin.
Namun asumsi-asumsi itu akan terus melekat di benak setiap orang yang terlalu dibutakan oleh dunia. Mereka akan menganggap setiap orang yang dapat mengurangi hartanya adalah saingan termasuk orang-orang miskin yang memerlukan santunan. Sehingga mereka tidak peduli dengan keadaan saudara-saudaranya yang tertimpa musibah dan kesusahan.
Sebab ketakutan yang telah merasuki bahwa jika mereka menyisihkan hartanya akan berdampak pada kemelaratan belaka. Pada akhirnya, hidup orang-orang seperti layaknya seperti mengikuti sebuah permainan yang menjanjikan hadiah besar hingga melupakan segalanya dan hanya memedulikan kepuasan hawa nafsunya akan nikmat dunia.
Penutup
Drama Squid Game yang kini viral tidak hanya menyajikan tontonan imajinasi belaka. Namun film ini dapat merepresentasikan keadaan sebagian sifat manusia yang terlalu berambisi dengan kenikmatan dunia hingga menjadikannya sebagai orientasi hidup yang utama.
Baca Juga: Tafsir Maqashidi dan Makna Dharaba dalam Surah An-Nisa’ Ayat 34
Ada banyak orang yang merelakan hidup bahkan agamanya demi mengejar dunia. Saudara, tetangga, dan masyarakat sekitarnya dapat menjadi saingan dan musuh yang mengancam ketika dihadapkan pada kebutaan harta.
Maka semestinya setiap manusia yang beriman menjadikan dunia hanya sekedar jembatan untuk mendapat kenikmatan akhirat yang tiada tara. Menjadikan hidup sebagai ladang untuk pengabdian kepada Allah Swt. dan senantiasa menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Sebab setiap keadaan dalam hidup termasuk kesuksesan ataupun kemiskinan adalah Allah yang tentukan. Wallahu A’lam.