Meneladani Rasulullah saw. berarti memahami Alquran karena Rasul merupakan penjelmaan dari apa yang dijelaskan dalam Alquran. Sebagai umatnya, salah satu upaya meneladani Rasulullah adalah dengan memahami Alquran. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ada tiga kata kunci yang dipakai Alquran dalam konteks keteladanan, yaitu kata uswah, qudwah, dan ittiba’.
Dalam Mu’jam Mufahras Li Alfadz al-Qur’an al-Karim disebutkan bahwa derivasi akar kata uswah disebutkan sebanyak tiga kali dengan bentuk yang sama (أسوة), yakni pada Q.S.Al-Ahzab[33]:21, Q.S.Al-Mumtahanah[60]:4, dan Q.S.Al-Mumtahanah[60]:6.
Baca Juga: Tafsir Surat Al Ahzab Ayat 21: Idola Yang Menjadi Teladan, Siapakah?
Kata qudwah disebutkan sebanyak dua kali dengan bentuk yang berbeda yakni pada Q.S.Al-An’am[6]:90 dengan bentuk kata perintah (اقْتَدِه), dan Q.S.Az-Zukhruf[43]:23 dengan bentuk kata sifat yang menunjukkan pelaku suatu pekerjaan (مُقْتَدُوْنَ).
Sedangkan kata ittiba’ yang diambil dari kata ت-ب-ع memiliki derivasi yang lebih beragam, yang disebutkan sebanyak 172 kali. Dalam hal ini, untuk memfokuskan pembahasan, penulis menggunakan Q.S.Al-A’raf[7]:158 yang berbentuk kata perintah (وَاتَّبِعُوْهُ) sebagai analisis konsep keteladanan terhadap Rasulullah Saw.
Pertama, penggunaan kata uswah dalam Q.S.Al-Ahzab[33]:21
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا
Menurut Ibnu ‘Asyur (At-Tahrir Wa At-Tanwir, 21/302-303) ayat ini ditujukan kepada orang beriman agar mengikuti Rasulullah yakni dengan meneladani sosok Rasul beserta gerak-geriknya.
Upaya meneladani Rasulullah ini baik dalam ucapannya yakni dengan mematuhi perintah Rasul dan menjauhi apa yang dilarang olehnya, serta dalam perbuatannya seperti kesabaran, keberanian, dan keteguhan hatinya.
Dalam hal ini, mereka yang beriman dan meneladani Rasulullah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas adalah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan hari akhir serta yang banyak mengingat Allah.
Baca Juga: Tafsir Al Quran dan Keteladanan Nabi
Ayat ini menunjukkan keutamaan meneladani Rasulullah sebagai uswatun hasanah yang berarti panutan yang baik, secara totalitas pada sosok Rasul. Al-Baidhowi (4/228) juga mengatakan uswatun hasanah dalam hal ini adalah meneladani sosok Rasul yang terkhusus pada kepribadiannya yang memiliki budi pekerti yang baik.
Kedua, kata qudwah dalam Q.S.Al-An’am[6]:90
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۖ فَبِهُدَىٰهُمُ ٱقۡتَدِهۡۗ قُل لَّآ أَسۡـَٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ أَجۡرًاۖ إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرَىٰ لِلۡعَٰلَمِينَ
Dalam Tafsir Al-Mishbah (4/188-190) dijelaskan bahwa ayat ini merupakan perintah bagi Rasul untuk menghimpun keistimewaan nabi-nabi terdahulu yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya, baik dari prinsip akidah, syariat yang masih berlaku, dan akhlak yang terpuji.
Rasul mendapatkan suatu keistimewaan tersendiri sebagai panutan atau teladan yang sempurna bagi umatnya karena beliau mengindahkan perintah dalam ayat ini untuk meneladani nabi-nabi terdahulu. Dalam hal ini yang dimaksud dengan qudwah adalah keteladanan dalam hal kandungan petunjuk yang dibawa Rasul.
Keteladanan terhadap petunjuk yang dibawa Rasul itu bersifat mutlak, berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya yang patut diteladani tetapi terdapat beberapa hal yang tidak dianjurkan untuk diteladani.
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Rasul tidak meminta upah atas dakwah yang beliau sampaikan termasuk penyampaian wahyu Alquran, karena apa yang beliau dakwahkan adalah semata-mata demi kepentingan umat.
Ketiga, kata ittiba’ dalam Q.S.Al-A’raf[7]:158
قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ࣙالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِيِّ الْاُمِّيِّ الَّذِيْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Dalam Tafsir Al-Mishbah (5/276) dijelaskan bahwa dalam akhir ayat ini terdapat beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan. Pertama adalah mengenai keesaan Allah yang ditunjukkan dengan gambaran sifat-Nya sebagai dzat yang memiliki langit dan bumi, juga Yang menghidupkan dan Yang mematikan, serta pengakuan atas diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rasul.
Baca Juga: Teladan Akhlak Nabi Muhammad SAW Kepada sang Ibunda: ‘Saya Anak dari Seorang Perempuan’
Kedua, Rasul dalam berdakwah terlebih dahulu telah meyakini dan memahami dengan baik apa yang didakwahkannya, yakni percaya kepada Allah dan kalimat-kalimat Nya. Dan kita sebagai umatnya diperintahkan untuk beriman kepada-Nya.
Ketiga, konsekuensi dari beriman kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah. Kata ittiba’ disini bermakna mengikuti dengan sungguh-sungguh apa yang disampaikan Rasul yang mencakup apa yang beliau syariatkan dan sunnahkan, dan bertujuan agar mendapatkan petunjuk dari Allah.
Sebelum mengikuti apa yang disampaikan Rasul, perlu kiranya untuk memahami terlebih dahulu apa yang beliau sampaikan, apakah itu berupa kekhususan yang hanya ditujukan padanya atau ditujukan pada umatnya.
Dalam upaya meneladani Rasulullah, uswah merupakan bentuk keteladanan yang cenderung melihat bagaimana sosok Rasul selama hidupnya, qudwah merupakan bentuk keteladanan dari kandungan petunjuk yang dibawa Rasul dari nabi-nabi sebelumnya, dan ittiba’ merupakan bentuk keteladanan yang mencakup ajaran-ajaran yang dibawa Rasul kepada umatnya.
Dalam Tafsir Al-Mishbah (11/246) juga disinggung terkait keteladanan kepada Rasulullah, apakah yang diteladani itu adalah murni kepribadian Rasul atau berkaitan dengan kondisi sosial budaya masyarakat Arab?
Jika yang diteladani dari sosok Rasul adalah hal-hal yang dinilai dapat mendekatkan diri kepada Allah, seperti membuka alas kaki ketika salat, maka hal tersebut termasuk bagian dari yang diteladani.
Baca Juga: Perintah dan Teladan Kasih Sayang Rasulullah saw Kepada Semua Makhluk
Sedangkan jika dinilai tidak terkait dengan mendekatkan diri kepada Allah, yakni berkaitan dengan kondisi sosial budaya, seperti memakai jubah dan berambut gondrong, maka hal ini berstatus mubah untuk diteladani. Namun, apabila dilakukan dengan niat keteladanan kepada Rasul, maka hal tersebut mendapatkan ganjaran di sisi Allah.
Oleh karena itu, dalam upaya meneladani Rasulullah, perlu untuk memahami Alquran dengan baik, serta memahami apakah ajaran yang beliau bawa itu bersifat perintah ataukah anjuran, atau bahkan perbuatan yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan. Wallahu a’lam.