BerandaTokoh TafsirTokoh Tafsir IndonesiaMengenal Terjemahan Tematik Berbasis Kata Kunci dalam “Kamus Pintar Al-Qur’an” Karya Muhammad...

Mengenal Terjemahan Tematik Berbasis Kata Kunci dalam “Kamus Pintar Al-Qur’an” Karya Muhammad Chirzin

Buku Kamus Pintar Al-Qur’an dapat disebut sebagai salah satu karya fenomenal Muhammad Chirzin, yang mengungkap kandungan Al-Qur’an berbasis kata kunci tematik-alfabetik, dari A sampai Z. Sekalipun judulnya menggunakan istilah ‘Al-Qur’an’, tetapi isi dalam buku ini seluruhnya terjemahan yang berbahasa Indonesia. Karena itu, buku ini lebih tepat disebut memuat terjemahan tematik daripada Al-Qur’an tematik.

Terjemahan yang terdapat dalam buku tersebut merujuk kepada Al-Qur’an dan Terjemahnya karya Tim Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) RI yang diterbitkan oleh Pemerintah Arab Saudi.  Hal Ini menguatkan otoritas pemahaman pada terjemahan yang dimuat dalam buku tersebut, sekalipun sebenanyar tingginya kualitas keilmuan Muhammad Chirzin telah dapat menjadi otoritas tersendiri.

Buku Kamus Pintar Al-Qur’an menarik dibahas, minimal, karena terjemahan Al-Qur’an model seperti ini tidak ditemukan di lingkungan sarjana Indonesia, bahkan (boleh jadi) di dunia. Di sini, saya hanya akan mengantar pembaca untuk mengetahui bagaimana model penyajian terjemahan Al-Qur’an yang berdasarkan kata kunci tematik-alfabetik yang dilakukan oleh Muhammad Chirzin.

Muhammad Chirzin dan Karyanya

Muhammad Chirzin, lahir pada 15 Mei 1959, memperoleh gelar Sarjana Muda di fakultas Ushuluddin Institut Pendidikan Darussalam (IPD) Gontor, Ponorogo (1983), gelar S1 (1989), S2 (1995), dan S3 (2003) diperoleh masing-masing di fakultas Ushuluddin dan Pascasarjana IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Setelah itu, beliau melanjutkan Post-Doktoralnya di Universitas Al-Azhar Mesir (2004), dan di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) 2006. Kemudian meraih gelar Guru Besar dalam bidang Tafsir Al-Qur’an pada tahun 2006.

Baca Juga: Perbandingan Hermeneutika dan Ilmu Tafsir menurut Nashruddin Baidan

Selain itu, beliau termasuk anggota Tim Penyusun Tafsir Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI. Beliau juga produktif menghasilkan buku dalam berbagai bidang. Buku dalam bidang Al-Qur’an dan tafsir adalah Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (1997), Para Nabi dalam Al-Qur’an (2001), Glosari Al-Qur’an (2003), Permata Al-Qur’an (2006), Kearifan Al-Qur’an (2007), Indeks Al-Qur’an Juz Amma (2008), Kamus Pintar Al-Qur’an: 1000 Kata Kunci dalam Al-Qur’an beserta Rujukan Ayat-Ayatnya, dan lainnya.

Dari berbagai buku di atas, tulisan ini berfokus ke Kamus Pintar Al-Qur’an. Buku ini telah dicetak dua, yakni: 2011 dan 2013, oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Dalam buku ini, Muhammad Chirzin memuat (memindahkan) tulisan “Paradigma Al-Qur’an untuk Perumusan Teori” yang diambilnya dari buku Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi (1998) karya Kuntowijoyo. Nampaknya, beliau menjadi tulisan Kuntowijoyo tersebut sebagai pengantar dalam bukunya.

Selain tulisan Kuntowijoyo tersebut, dan tentunya kata pengantar penulis sendiri, buku ini juga memuat daftar surah dalam Al-Qur’an dan jumlah ayatnya urutan mushafi (QS. Al-Fatihah – QS. Al-Nas), dan daftar surah menurut abjad dan nomornya dalam Al-Qur’an (QS. ‘Abasa – QS. Az-Zumar).

Sajian Terjemahan Tematik dalam “Kamus Pintar Al-Qur’an”

Dalam pengantarnya, Muhammad Chirzin mengatakan bahwa buku ini bertujuan memudahkan siapa saja yang ingin mengetahui kandungan Al-Qur’an, terutama secara tematik. Buku ini menyajikan lebih dari seribu (tepatnya 1017) kata kunci yang menjadi daftar kata dasar berurutan secara alfabetis sedemikian rupa. Ini dimaksudkan agar pembaca dapat menemuka secara cepat tema kandungan Al-Qur’an yang ingin dicari.

Muhammad Chirzin menyajikan seluruh terjemahan ayat Al-Qur’an dalam buku ini, melalui salah satu kata saja yang termuat pada masing-masing ayat, terutama dalam menonjolkan pesan utama ayat tersebut. Untuk lebih menemukan pesan utama tersebut, Muhammad Chirzin menganjurnya agar pembaca tidak hanya berpatokan pada satu ayat tertentu, tetapi juga mengaitkannya dengan ayat sebelum dan/atau setelahnya.

Tentu, penyusunan buku tidak lepas dari keterbatasan ilmu dan wawasan penulisnya, sebagaimana diakui Muhammad Chirzin. Sehingga, bukan hanya tidak memuat seluruh pokok kandungan Al-Qur’an, tetapi juga adanya kekeliruan dalam buku tersebut. Hal ini dapat dilihat, misalnya, adanya urutan abjad yang tidak konsisten, seperti pada bab A, tema ‘Ad (urutan 1, pakai koma atas), disusul Abadi (tanpa koma atas), Abai, Abu Lahab, hingga urutan 13 selanjunya, kemudian muncul ‘Ain (pakai koma atas). Padahal, jika ingin konsisten, urutan ‘Ain ditempatkan tepat setelah ‘Ad.

Kamus Pintar Al-Quran
Kamus Pintar Al-Quran

Dalam penyajiannya, Muhammad Chirzin mengutip terjemahan Al-Qur’an berdasarkan urutan mushafi. Hal ini misalnya ketika mengungkap terjemahan Al-Qur’an yang bertema ‘Ad, di sana Muhammad Chirzin mengurut dari surah ke-25:38, lalu 26:123, 41:15, 53:50, 54:18, 69:6, hingga 89:6. Jika pada bab kata dasar memuat beberapa tema, Muhammad Chirzin menuliskan sub bab. Misalnya, bab kata Adil, di dalamnya termuat kata Mengadili dan Keadilan.

Huruf muqatta’ah tidak diterjemahkan, hanya ditransliterasi ke bahasa Indonesia. Misalnya, ‘Ain sin qaf (42:2), Alif lam mim (2:1) (3:1) (30:1) (31:1), Alim lam mim shad (7:1), Ha mim (40:1), (41:1), (42:1), (45:1), (46:1), Kaf Ha Ya ‘Ain Shad (19:1), dan lainnya.

Baca Juga: Mengenal Konsep Ad-Dakhil fi at-Tafsir: Sejarah Perkembangan dan Faktor-faktor Infiltrasi Penafsiran

Ayat Al-Qur’an yang berulang-ulang juga ditulis terjemahannya secara berulang. MIsalnya, bab kata Nikmat di surah Al-Rahman, “Maka terhadap nikmat Tuhan kamu yang manakah kamu ragu-ragu?”, ditulis sebanyak 33 kali secara berurutan dari 53:55 hingga 53:77, bab kata Perkasa di surah Al-Syu’ara, “Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang”, ditulis sebanyak 4 kali secara berurutan dari 26:9 hingga 26:191, dan lainnya.

Demikian sekelumit paparan model penyajian terjemahan Al-Qur’an berdasarkan kata kunci tematik-alfabetik. Boleh jadi, masih banyak kekhasan penyajian dalam buku tersebut yang saya tidak ungkap. Yang jelas, buku karya Muhammad Chirzin tersebut menarik ditindaklanjuti secara mendalam, baik dari sisi model penyajiannya, konsistensi tema bahasan, konsekuensi pemahamannya, dan seterusnya. [] Wallahu A’lam.

Muhammad Alwi HS
Muhammad Alwi HS
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Konsentrasi Studi Al-Quran dan Hadis.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...