Nazam secara umum adalah untaian bait-bait syair atau puisi yang berisi pujian, doa, ajaran, nasehat, dan lain sebagainya. Dalam dunia Islam, Nazam biasanya berisi pembahasan dari suatu bidang keilmuan tertentu. Ia disusun dalam bentuk sajak puitis yang indah dan ringkas, tiap-tiap baitnya memiliki rima yang merdu apabila dilantunkan. Seperti tilawah Alquran, Nazam juga dapat dilantunkan dengan berbagai langgam yang berbeda-beda pula.
Penyajian Nazam seperti demikian di satu sisi bertujuan untuk meringkas dan merangkum materi ajar, di sisi lain ialah untuk mempermudah para murid dalam menghafal dan memahami ilmu yang dikaji dalam kitab tersebut.
Menghafal dan mengkaji Nazam memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri, disamping menyenangkan dan tidak menjenuhkan seperti mengkaji kitab pada umumnya, menghafal Nazam tentunya memiliki keutamaan. Imam Imrithi menyebutkan tentang keutamaan tersebut dalam Kitabnya Nazm Al-Ajurrumiyyah bait 19:
وَأَنۡ يَكُونَ نَافِعًا بِعِلۡمِهِ … مَنِ اعۡتَنَى بِحِفۡظِهِ وَفَهۡمِهِ
“Dan agar bermanfaat ilmunya seorang murid, ia harus memperhatikan hafalan dan kepahamannya.” (Ad-Durrah Al-Bahiyyah Nazm Al-Ajurrumiyyah, 1).
Dalam bait tersebut didahulukan kata “Hifz” (hafalan) sebelum “Fahm” (pemahaman), yang menunjukkan bahwa menghafal memiliki kedudukan dan urgensi yang tinggi dibandingkan hanya memahami saja, karena hafalan dapat mengokohkan pemahaman seseorang terhadap ilmu yang digelutinya.
Baca Juga: Konteks Historis Penurunan Alquran dan Perannya bagi Asbabunnuzul
Tradisi “Nazaman”, yaitu menghafalkan dan mengkaji Nazam sudah kental dilakukan di banyak pesantren di Indonesia. Banyak Nazam terkenal yang sudah biasa dikaji seperti Nazam Alfiyah Ibn Malik dan Nazam Imrithi dalam bidang Nahwu Sharaf. Dikenal pula Matan Muqaddimah Al-Jazariyyah dan Matan Tuhfatul Athfal dalam bidang ilmu tajwid. Dan masih banyak lagi Nazam-Nazam lain pada masing-masing bidang keilmuan Islam lainnya.
Tidak terkecuali dalam bidang Ulumul Quran dan Ushul Tafsir, terdapat sejumlah Nazam yang patut untuk diapresiasi dan dipopulerkan, yang tidak kalah bersaing dengan Nazam-Nazam lainnya, berikut adalah Nazam-Nazamnya:
- Al-Manzhumah Az-Zamzamiyah
Al-Manzhumah Az-Zamzamiyah adalah Nazam ulumul Qur’an karya Imam ‘Izzuddin ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Ali bin ‘Abdul ‘Aziz Az-Zamzami. Imam Az-Zamzami adalah seorang ulama yang hidup pada abad 10 hijriyah, dia lahir di Mekkah tahun 900 hijriyah dan wafat pada tahun 976 hijriyah di umur 76 tahun. Beliau adalah seorang Faqih bermadzhab Syafi’i, dan merupakan seorang penyair Hijaz yang sangat terkenal pada zamannya.
Nazam Al-Manzhumah Az-Zamzamiyah berisi 158 bait syair ulumul Qur’an yang terdiri dari 10 bab secara keseluruhan, yang meliputi Pembukaan Awal, Hadd ‘Ilm At-Tafsir (Pengertian Ilmu Tafsir), Al-Muqaddimah, Al-’Iqd 1 sampai Al-’Iqd 6, dan Al-Khatimah. Tiap Al-’Iqd atau klasifikasi tema pembahasan ulumul Qur’an, terdiri dari beberapa Nau’ (bagian), atau bisa juga disebut sub tema.
Al-’Iqd atau tema yang pertama, berisi 12 Nau’ yang mengulas seputar nuzul atau kronologi turunnya Al-Qur’an, baik secara waktu maupun tempat turunnya. Al-’Iqd kedua terdiri dari 6 Nau’, yang membahas tentang sanad-sanad Qira’at Al-Qur’an, dari Nabi hingga masa Tabi’in. Al-’Iqd ketiga berisi 3 Nau’, membahas adat dan cara baca Al-Qur’an, seperti Mad, Imalah, dan lain-lain.
Al-‘Iqd keempat, berisi 7 Nau’, yang mengupas Lafaz Al-Qur’an dari sisi Balaghah-nya, seperti Mazaj, Musytarak, dan lain-lain. Al-‘Iqd kelima, berisi 14 Nau’, membahas ilmu Ma’ani yang berhubungan dengan penetapan hukum, seperti ‘Aam dan Khash, Mujmal, Mafhum, dan lainnya. Al-‘Iqd keenam, membahas ilmu Ma’ani yang berhubungan dengan pelafazan Ayat Al-Qur’an, seperti Fashl dan Washl, Ijaz, Ithnab, dan Qashr.
Terakhir, bab penutup atau Khatimah yang berisi 4 Na’u sebagai penyempurna, kitab Nazam ini, meliputi pembahasan tentang nama-nama, laqab, kun-yah, serta lafazh yang Mubham atau ambigu, dan kalimat penutup dari penulis.
- Quthuful Afnan Fi ‘Ulumil Qur’an
Jika dalam ilmu Nahwu Sharaf terdapat kitab Alfiyah Ibnu Malik dan di bidang ilmu Hadits terdapat kitab Alfiyah Al-‘iraqi dan Alfiyah As-Suyuthi, maka kitab Quthuful Afnan Fi ‘Ulumil Qur’an bisa dibilang adalah padanan dari ketiganya di bidang Ulumul Qur’an dan Ushul Tafsir, yang ditulis oleh seorang ulama kontemporer bernama ‘Abdur Rahman Ramadhan Al-Azhari.
Kitab ini, sebagaimana namanya “Alfiyah” atau “Seribu”, terdiri dari 1173 bait Nazam ulumul Qur’an dalam 83 bab, kitab ini disebut pula Khulashah Al-Itqan Al-Suyuthi, yang maksudnya adalah intisari kitab Al-Itqan Imam As-Suyuthi. Kitab Al-Itqan merupakan kitab Ulumul Qur’an yang paling komprehensif yang pernah ditulis sepanjang sejarah, dan kitab Al-Alfiyah Quthuful Afnan ini merupakan abstraksi ringkas kitab Al-Itqan dalam bentuk Nazam. Oleh sebab itu uraian setiap babnya mengikuti susunan pembahasan dalam kitab Al-Itqan karya Imam As-Suyuthi.
- Al-Kaukab Al-Munir Nazm Ushul Ilm At-Tafsir
Jika sebelumnya dibahas dua kitab yang dikarang oleh dua orang ulama asal Timur Tengah, maka kitab Al-Kaukab Al-Munir berbeda dari kedua kitab sebelumnya. Penulis kitab ini adalah seorang ulama asal Nusantara bernama Haji Muhammad As’ad Al-Buqisi yang berasal dari tanah Bugis. Beliau lahir tahun 1908, ayahnya bernama Syaikh Abdul Rasyid, seorang ulama asal Bugis yang bermukim di Mekkah.
Haji As’ad Al-Buqisi memiliki gelar kehormatan Al-‘Allamah, Asy-Syaikh, Al-Hajj, dan Anregurutta Sade yang artinya ”al-Muallim al-Awwal”: maha guru dari seluruh ulama Bugis. Pendidikan beliau didapat langsung dari ayahnya juga para ulama di Mekkah pada saat itu. Sejak umur 14 tahun beliau sudah hafal 30 juz Al-Qur’an, dan dipercaya menjadi Imam Masjidil Haram.
Beliau memperdalam banyak kitab dari ulama-ulama yang beliau temui, beliau juga menulis sekitar 25 kitab baik dalam bidang Aqidah, Fiqih, Ilmu Hadits dan juga Ilmu Tafsir, seperti kitab Nazam Al-Kaukabul Munir.
Baca Juga: Pembacaan Buya Syafii Maarif Terhadap Alquran
Nazam Al-Kaukabul Munir berisi 280 bait dalam 8 bab. Di dalam kitab ini juga disebutkan pendapat-pendapat beberapa ulama seperti Imam As-Suyuthi dan Az-Zamzami yang dijadikan referensi oleh beliau dalam menulis kitab Ini.
Demikianlah tiga kitab Nazam yang dikarang oleh para ulama di bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Disamping membuka khazanah baru, alangkah baiknya bagi seorang penuntut ilmu, terutama yang memiliki concern di bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir untuk menghafal Nazam-Nazam di atas, karena dengan membaca dan melantunkan Nazam, mengkaji kitab-kitab ulumul Qur’an dan Ushul Tafsir akan lebih mudah, menyenangkan dan tidak menjemukan.[]