BerandaTafsir TematikMengungkap Makna dan Pesan Lafaz Khusr dalam Al-Quran

Mengungkap Makna dan Pesan Lafaz Khusr dalam Al-Quran

Kata khasira (خَسِرَ) secara etimologi berasal dari kata khasira-yakhsiru-khusranan (خَسِرَ-يَخْسِرُ-خُسْرَانًا) yang berarti merugi atau menderita kerugian. Menurut Al-Asfahani dalam kitabnya yang berjudul Mu’jam Mufradat li Alfadz Al-Qur’an, lafaz khusr dalam al-Quran bermakna merugi yang kemudian dikaitkan dengan kondisi manusia terkait hal-hal duniawi maupun ukhrawi.

Khusr kategori duniawi dapat berupa kerugian dalam perdagangan. Sedangkan khusr kategori ukhrawi ialah kerugian yang disebabkan oleh pembangkangan terhadap nilai-nilai agama. Sementara itu, menurut Al-Mawardi dalam kitabnya yang berjudul al-Nukat wa al-‘Uyun, kata khusr memiliki empat makna, yaitu halak (rusak); naqs (berkurang); shar (keburukan); dan uqubah (siksaan). Adapun penyebutan kata khusr dengan berbagai kata turunannya di dalam al-Quran terdapat sebanyak 65 kali.

Di dalam al-Quran terdapat 5 makna kata khusr yakni kerugian yang besar (QS. An-Nisa’: 119), penyesalan (QS. Al-An’am: 31), tidak konsekuen (QS. Al-Hajj: 11), mengikuti setan (QS. Yusuf: 14, QS. Al-An’am : 140 dan QS. An-Nisa’: 119) dan mengingkari kebenaran ajaran Allah Swt (QS. Yunus : 45).

  1. Kerugian yang Besar

وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ ۚ وَمَن يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِّن دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِينًا

Artinya: “Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar merubahnya”. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa: 119).

Dalam menafsirkan ayat ini, At-Thabari berkata bahwa orang yang mendapatkan kerugian besar adalah orang-orang yang bersembunyi dan berlindung di balik setan. Hal ini dapat diketahui pada pengulangan kata khusr yang di-ta’kid-kan. Selain itu, Ar-Razi juga menyampaikan bahwa manusia akan merugi jika percaya pada janji-janji setan yang penuh dengan tipu daya.

Baca juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 62: Akal Sebagai Tameng dari Godaan Setan

  1. Penyesalan

قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا۟ يَٰحَسْرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَىٰ ظُهُورِهِمْ ۚ أَلَا سَآءَ مَا يَزِرُونَ

Artinya: “Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu.” (QS. Al-Anam: 31).

Ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan bahwa Allah Swt telah memberkati manusia dengan akal, jasmani dan rohani yang sempurna. Dengan hal-hal tersebut, manusia dapat menjadikan hidupnya lebih mudah dan fleksibel. Namun, hal tersebut dapat berakibat sebaliknya jika manusia justru menggunakannya untuk mendustakan ayat-ayat Allah Swt. Sementara itu, At-Thabari dalam Jami’ul Bayan fi Ta’wili Ayi al-Quran mengatakan bahwa orang yang menggadaikan keimanan dengan kekafiran adalah orang yang merugi, sebab ia tidak akan mendapat manfaat dari perbuatannya itu.

  1. Tidak Konsekuen

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعْبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ ٱطْمَأَنَّ بِهِۦ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ

Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11).

Maksud ayat ini sebagaimana yang diterangkan dalam Tafsir Al-Muyassar yakni; Dan di antara manusia ada orang yang gamang, dia menyembah Allah Swt dalam keadaan ragu. Apabila ia memperoleh kebaikan berupa kesehatan dan kekayaan, ia akan terus beriman dan beribadah kepada Allah Swt, namun apabila ia memperoleh suatu cobaan berupa penyakit atau kemiskinan, ia akan putus asa dari agamanya hingga murtad.

  1. Mengikuti Setan

Di antara beberapa kasus yang terjadi akibat mengikuti bisikan setan yakni: berbohong (QS. Yusuf: 14), membunuh anak karena kebodohan (QS. Al An’am: 140) dan memotong telinga binatang ternak yang akan dipersembahkan kepada berhala serta mengubah agama Allah Swt (QS. An Nisa: 119).

  1. Mengingkari Kebenaran Ajaran Allah Swt

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَن لَّمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا سَاعَةً مِّنَ ٱلنَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ ۚ قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ۟

Artinya: “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS. Yunus: 45).

Mengacu pada Tafsir Al-Muyassar, penafsiran ayat ini adalah bahwa pada hari kiamat Allah Swt akan mengumpulkan manusia di padang mahsyar untuk menghitung amalnya. Mereka merasa hidup di dunia dan alam barzakh seolah-olah tidak lebih dari sesaat. Demikian akibat dahsyatnya kegaduhan di hari kiamat yang mereka saksikan itu. Mereka yang telah saling mengenal satu sama lain, kemudian tidak saling mengenal lagi. Sungguh merugi orang-orang yang selama di dunia tidak percaya akan adanya Hari Kebangkitan hingga  mendustakan perjumpaan dengan Tuhan mereka di hari kiamat.

Baca juga: Tafsir Surah Yasin ayat 51-52: Penyesalan di Hari Kebangkitan

Selain itu, di dalam al-Quran dijelaskan pula contoh kerugian dan cara terhindar dari kerugian. Bentuk-bentuk kerugian di antaranya iman di waktu azab tiba tidak membawa hasil (QS. Ali-Imran: 149), penyesalan selalu datang terlambat (QS. Al-A’raf: 53), kerugian fisik dan mental (QS. At-Thalaq: 9) dan tidak beriman kepada Allah Swt (QS. Al-Baqarah: 144).

Adapun cara terhindar dari kerugian yaitu jeli memperhatikan realitas untuk melakukan klasifikasi dan analisis (QS. Al-Anfal: 37), tidak lalai dalam mengingat Allah Swt (QS. Al-Munafiqun: 5), peka, efisien dan berusaha dalam mengemukakan yang terbaik, serta bersabar dalam berjuang (QS. Al-Ashr: 2).

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa lafaz khusr memiliki berbagai macam pengertian serta bentuk. Akan tetapi, penggunaan lafaz khusr dalam al-Quran tentu juga diiringi dengan cara terhindar dari khusr tersebut serta pesan bagi setiap manusia, yakni agar dapat memanfaatkan kesempatan yang dimilikinya dengan sebaik mungkin dan jangan sampai meninggalkan ajaran Allah Swt karena tergoda hawa nafsu ataupun terpengaruh bisikan setan yang menyesatkan.

Yasmin Karima Fadilla Suwandi
Yasmin Karima Fadilla Suwandi
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogykarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...