Manna Al-Qatthan dalam Mabahits fi Ulum Al-Quran menyampaikan bahwa keutamaan qasam (sumpah) itu merujuk pada disiplin ilmu balaghah, yakni al-‘ilm al-ma‘ani. Tingkatan psikologis mukhatab (lawan bicara) menjadi acuan dalam mengklasifikasikan tinjauan terhadap faedah atau keutamaan qasam.
Dalam al-‘ilm al-ma‘ani umpamanya, dikategorikan tiga pola ungkapan yang berbeda (yang disebut sebagai adrubul khabar as-Tsalatsah) berdasarkan model-model mukhatab. Tiga macam penggunaan kalimat tersebut adalah ibtida’i, talabi, dan inkari.
Ibtida’i merupakan pola penggunaan kalimat yang dimaksudkan terhadap mukhatab yang sama sekali tidak memiliki persepsi (masyarakat awam) akan pernyataan hukum yang disampaikan kepadanya. Dapat dikatakan pula orang yang netral dan wajar-wajar saja dalam menerima suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak mengingkarinya. Model seperti ini tidak memerlukan ta’kid, termasuk ta’kid yang berupa qasam.
Thalabi adalah pola penggunaan kalimat yang ditujukan terhadap mukhatab yang ragu-ragu dalam menerima informasi, sehingga untuk meyakinkan dan menghilangkan keraguannya dibutuhkan ta’kid (penguatan), baik qasam maupun ta’kid lainnya.
Baca juga: Inilah Macam-Macam Qasam dalam Al-Quran, Simak Penjelasannya
Inkari adalah pola penggunaan kalimat yang digunakan untuk mukhatab yang cenderung menolak informasi. Isi pernyataan tidak diterima, sehingga dalam situasi ini posisi qasam sebagai ta’kid sangat urgen guna mengupayakan dan meyakinkan mukhatab atas kebenaran isi informasi yang disampaikan. Dengan kata lain, kondisi seperti ini beritanya harus disertai dengan kalam inkari (diperkuat sesuai dengan kadar keingkarannya).
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa Allah menggunakan kalimat qasam dalam Al-Quran untuk menghilangkan keraguan bahkan kenaifan, menegakkan hujjah dan menguatkan berita-berita Al-Quran yang cenderung diragukan dan ditolak kebenarannya oleh manusia.
Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh umat manusia yang menanggapinya dengan bermacam-macam sesuai keadaan psikologi dan sosial-budayanya. Ada yang ragu-ragu, ada yang menolak, dan bahkan ada yang sangat resisten, sehingga posisi qasam dalam Al-Quran menemukan titik signifikansinya.
Tujuan Qasam dalam Al-Quran
Merujuk pada uraian faedah atau keutamaan qasam, maka kalimat qasam dalam Al-Quran bertujuan untuk memberikan penegasan dan pengukuhan atas informasi yang disampaikan dalam suatu pesan atau pernyataan dengan menyebut nama Allah atau ciptaanNya. Allah swt menggunakan kalimat qasama atau aqsamu khusus dalam ungkapan sumpah-Nya mengindikasikan kesungguhan dan kebenaran serta tidak sedikitpun cenderung terhadap kepalsuan berita yang disampaikan dalam Al-Quran.
Baca juga: Inilah Huruf Qasam dalam Al-Quran dan Sebabnya
Sejalan dengan tanggapan manusia pada umumnya bahwa mereka juga memiliki kelemahan dan kekurangan dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan, sehingga terhadap orang-orang tertentu dibutuhkan penjelasan, penegasan dan penguatan ungkapan berita untuk mengantarkan kepada sikap responsif yang relevan dengan berita-berita yang allah sampaikan dalam al-Quran. Dengan demikian, Manna’ Khalil Al-Qatthan dalam Mabahits-nya mengatakan bahwa tujuan qasam tidak lain adalah untuk menegaskan dan menguatkan berita-berita Al-Quran agar dapat meyakinkan orang-orang yang memiliki keraguan dan sikap penolakan.
Ungkapan qasam dalam Al-Quran diharapkan dapat meyakinkan manusia yang cenderung ragu-ragu dan menolak berita-berita Al-Quran, hingga menjadi argumentasi dan hujjah yang kuat, serta tidak terbantahkan. Manusia bersikap responsif terhadap syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw, melalui dalih yang argumentatif, kredibel dan akuntabel agar menjadi hamba yang dapat sami’na wa ata’na kepada Allah swt. dan berhasil mengemban tugasnya sebagai khalifah fil ardh guna bekal keselamatannya kelak di akhirat. Wallahu A’lam.