BerandaTafsir TematikMenyoal Politisasi Tamkin oleh Ikhwanul Muslimin Perspektif Al-Quran (1): Klarifikasi Makna

Menyoal Politisasi Tamkin oleh Ikhwanul Muslimin Perspektif Al-Quran (1): Klarifikasi Makna

Kehadiran ayat tamkin telah “mengaspirasi” (baca: dijadikan aspirasi) Ikhwanul Muslimin dalam menyemaikan benih gagasannya. Tak pelak politisasi ayat pun tak terhindarkan. Dalam sejarah Islam, politisasi ayat bukanlah hal baru. Saya kira fenomena politisasi ayat tidak hanya terjadi dalam Islam, akan tetapi menghinggapi di semua agama. Karena itu, pada kesempatan ini saya akan sedikit mengulas makna tamkin yang seharusnya.

Klarifikasi Makna Tamkin

Secara bahasa tamkin berasal dari kata makkana, yumakinu, tamkin, artinya memperkuat, memperkokoh, mengamankan, meneguhkan. Muhammad Ali ash-Shalaby dalam Tabshirul Mu’minin Fiqh Nasr wa Tamkin fi Quran, tamkin secara bahasa ialah kekuasaan, kekuatan, kerajaan. Sebagaimana yang disitir dalam Al-Quran,

اِنَّا مَكَّنَّا لَهٗ فِى الْاَرْضِ وَاٰتَيْنٰهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا

Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu (Q.S. al-Kahf [18]: 84)

Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menafsirkan kata makkanna dengan,

بالقوة والرأي والتدبير والسعة في المال والاستظهار بالعدد وعظم الصيت وكبر الشهرة

Kekuatan, gagasan, pemikiran, kesenangan dalam bentuk materi (kekayaan), popularitas, dan otoritas penuh.

Dalam pengertian yang lain, tamkin bermakna pemberdayaan. Penyebutan kata tamkin dalam Al-Quran sebanyak 18 kali. Secara umum tamkin memiliki beraneka ragam makna, di antaranya, pemberian kekuasaan dari Tuhan sebagaimana dalam Q.S. al-Kahfi: 84; (2) memberikan nikmat dunia atau mata pencaharian seperti Q.S. al-An’am: 6, kemampuan dan kemenangan atas sesuatu seperti Q.S. al-Anfal: 71, tetap kokoh, stabil di suatu tempat sebagaimana dalam Q.S. al-Mursalat: 21.

Baca juga: TGB Zainul Majdi: Makna Khalifah dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 30 Tidak Memuat Tendensi Politis

Lebih dari itu, Faridah Zamrad dalam Mafhum at-Tamkin fi al-Quran menyebutkan bahwa tamkin dalam Al-Quran secara umum terbagi dua makna; tamkin fi syai dan tamkin al-syai. Tamkin fi syai adalah upaya pemberdayaan dengan memperhatikan pemanfaatan potensi sumber daya alam sebagaimana disitir dalam Q.S. al-A’raf: 8, juga termasuk segala kebutuhan hidup lainnya sebagaimana dalam Q.S. al-Ahqaf: 24, Q.S. al-kahfi: 82, Q.S. al-An’am: 6.

Sedangkan tamkin al-syai adalah pemberdayaan yang mengaksentuasikan pada sisi spiritual, seperti peningkatan iman dan takwa, akhlak karimah, termasuk peningkatan ilmu pengetahuan sebagaimana disitir dalam Q.S. al-Nur: 52.

Dengan demikian, manusia dikatakan berdaya tatkala ia mampu memiliki dan memanfaatkan dua hal, yaitu sumber daya materi (sandang, pangan, papan atau harta, tahta dan sejenisnya) dan sumber daya spiritual atau agama (akhlak karimah, intelektualitas).

Baca juga: Mengkaji Slogan Kembali Kepada Al-Quran dan Al-Hadits

Ikhwanul Muslimin

Ikhwanul Muslimin (IM) merupakan gerakan politik yang muncul di Timur Tengah. IM didirikan pada Maret 1928 oleh Hasan al-Banna. IM memusatkan gerakannya pada kegiatan reformasi moral dan sosial (Munawir Sjadzali dalam Islam Tata Negara: Sejarah dan Pemikiran). Ikhwanul Muslimin bejuang dalam bidang politik sebagaimana penuturan Hasan al-Banna,

“Bila ada yang mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kaum politisi dan dakwahnya adalah dakwah politik wahai kaum muslimin sesungguhnya kami menyerukan dakwah dengan Al-Quran sebelah kanan dan Sunnah sebelah kiri serta amalan-amalan para salafus shalih adalah para suri tauladan kami. Kami menyeru pada hukum-hukum dan petunjuk Islam. Apabila hal ini kalian anggap politik, alhamdulillah berarti kami adalah pelopor dalam politik (Hasan al-Banna dalam Jabir, Membentuk Jama’atul Muslimin).

Baca juga: Kisah Akhnas Ibn Syuraiq dan Pergulatan Politik Berbaju Agama di Indonesia

Beranjak dari pernyataan al-Banna, ia mendengungkan gerakan reformis melalui IM-nya dengan merekrut beberapa tokoh, dan mempolitisir makna ayat Al-Quran untuk dijadikan legitimasi gerakannya. Salah satu politisasi ayat yang dilakukannya yang menurut saya sangat fundamental dan penting untuk kita ketahui bersama adalah tamkin.

Syekh Usamah dalam Islam Radikal; Telaah Kritis Radikalisme dari Ikhwanul Muslimin Hingga ISIS menjelaskan bahwa tamkin adalah sebuah konsep yang sangat fundamental dan merupakan pondasi bangunan pemikiran Ikhwanul Muslimin dan kelompok-kelompok Islam radikal lainnya yang lahir dari rahimnya. Pemikiran ini telah diwacanakan dan diberi landasan teori dengan sebuah metode yang mengubahnya menjadi gerakan politik yang terorganisir, yang sejalan dengan konteks umum teori-teori mereka yang berangkat dari pengafiran kaum muslimin; masyarakat, sistem, pemerintah, ulama dan lembaga-lembaga mereka.

Demikianlah ulasan singkat terkait makna tamkin dan Ikhwanul Muslimin, nantikan serial berikutnya dalam tafsiralquran.id.

Wallahu A’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU