Menjaga emosi agar tidak mudah kecewa tentu memiliki trik khusus. Salah satunya seperti yang disampaikan Kyai Ahmad Bahauddin Nursalim, dalam pengajiannya bersama santri Gayeng. Tokoh yang biasa disapa Gus Baha’ ini menjelaskan Tafsir surat An-Nur ayat 22-26 tentang cara agar tidak mudah kecewa dengan orang. Ayat tersebut mengisahkan perasaan Abu Bakar As-Shiddiq ketika mengetahui anaknya yang bernama Aisyah difitnah berzina. Berikut firman Allah surat An-Nur ayat 22:
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”
Baca juga: Kisah Dua Anak Nabi Adam: Kedengkian Qabil Terhadap Habil Yang Membawa Petaka
Tafsir Surat An-Nur Ayat 22-26
Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsir Al Quranul ‘Adzim, bahwa Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar As-Siddiq saat ia bersumpah tidak akan memberikan sedekah lagi kepada Mistah bin Asasah. Hal ini terjadi setelah Mistah menuduh zina terhadap putrinya, ‘Aisyah.
Setelah Allah menurunkan wahyu yang membersihkan diri Aisyah, sehingga hati Aisyah lega. Di samping itu, Allah menerima tobat orang yang membicarakan berita bohong itu dari kalangan mukmin serta menghukum sebagian mereka yang berhak menerimanya.
Lantas, Khitab Allah beralih kepada sahabat Abu Bakar As-Siddiq yang memerintahkan kepadanya agar berbelas kasih kepada kerabatnya, yaitu Mistah bin Asasah. Mistah bin Asasah adalah anak dari bibi Abu Bakar, yang berarti sepupunya. Mistah adalah orang yang miskin, tidak berharta kecuali apa yang ia terima dari uluran bantuan Abu Bakar.
Mistah termasuk salah seorang dari kaum Muhajirin yang berjihad di jalan Allah. Tetapi, ia terpeleset dan melakukan suatu kesalahan. Kemudian Allah menerima tobatnya, dan telah menjalani had (hukuman) yang harus diterimanya akibat kesalahannya itu. Kemudian Abu Bakar kembali memberikan sedekah kepada Mistah seperti biasanya. Ia juga memaafkan tuduhannya atas ‘Aisyah.
Baca juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 261: Keutamaan Sedekah
Agar Tidak Mudah Kecewa dengan Orang
Menurut Gus Baha’ tafsir surat an-Nur ayat 22-26 sungguh ayat yang luar biasa, dan patut untuk diteladani. Ayat ini mengisahkan ‘Aisyah yang kena tuduhan zina yang disebut dengan haditsul ifki (berita bohong/hoaks).
Baca juga: Cara Menangkal Hoax Menurut Pandangan Alquran
Gus Baha menceritakan kisah tersebut dari sudut pandang seorang bapak, yaitu Abu Bakar as- Shidiq. Ketika mengetahui anaknya dituduh zina, ia merasa dendam kepada orang-orang yang telah mefitnah Aisyah. Bahkan, saudara sepupu Abu Bakar yang bernama Mistah bin Asasah, juga ikut mefitnah Aisyah.
Karena sepupunya ini turut mefitnah Aisyah, Abu bakar bersumpah tidak mau lagi bersedakah padanya. Fenomena ini sangat wajar ketika seorang bapak merasa dendam pada orang yang telah mefitnah anaknya. Namun Allah merespons melalui surat An-Nur di atas, bahwa sikap Abu Bakar ini kurang tepat.
Allah menuntun Abu Bakar untuk legawa dan tetap bersedekah kepada siapa saja yang membutuhkan. Dengan legawa, seseorang bisa mengendalikan emosinya, sehingga kemarahannya tidak mencegah perbuatan baik yang lain.
“Ayat ini adalah wujud keteladanan, bahwa jangan sampai jika kita merasa sakit dengan orang, langsung besumpah yang tidak bagus. Karena Allah juga tidak menyukai pada orang yang bersumpah yang tidak bagus”, tegas Gus Baha’.
Menurut Gus Baha’, dalam ayat tersebut, Allah memerintakah bersedekah bagi siapapun yang memiliki harta lebih, tak peduli mau atau tidak. Syariatnya Allah itu tidak bisa dikalahkan dengan rasa kecewa dengan orang. Jadi, kejadian semenyakitkan apapun, kita tetap harus jaga emosi.
Jika merasa kecewa, rasakanlah apa yang Allah berikan selama ini. Allah memberi rejeki tak terhingga, akan tetapi tetap belum banyak yang menyembah Allah, apalagi bersyukur kepada Allah. Dalam kisah ‘Aisyah ini kita melihat, bahwa terhadap istri seorang Nabi pun, masih ada manusia yang tidak suka. Apalagi manusia-mausia biasa. Karena itu, biasakan diri untuk jaga emosi jika merasa kecewa dengan orang. Wallahu a’lam.