Dalam podcast Endgame bersama Gita Wirjawan yang berjudul “Benahi Hati, Baca Alam Raya,” Quraish Shihab membahas berbagai topik menarik, mulai dari perjalanan hidupnya, pemahaman tentang Islam, Alquran, hingga demokrasi. Di antara banyak topik yang diangkat, dua topik yang menjadi sorotan utama adalah pentingnya membaca dan membatasi pembicaraan. Kedua hal ini menurutnya tidak hanya berdampak pada perkembangan individu, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan masyarakat.
Membaca: Kunci Peradaban dan Kemajuan
Membaca merupakan salah satu kunci utama dalam mencapai kemajuan peradaban. Quraish Shihab menegaskan bahwa membaca memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan meraih pengalaman orang lain. “Kalau Anda banyak membaca, Anda bisa mendapatkan pengetahuan dan meraih pengalaman orang lain. Kalau Anda banyak membaca, Anda akan mengetahui bahwa pengetahuan itu bermanfaat dan harus digunakan pada tempatnya,” ujarnya.
Dalam Islam, pentingnya membaca telah ditekankan sejak wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yakni perintah Iqra’ (Bacalah!). Yang menarik, wahyu ini diperintahkan kepada seseorang yang tidak bisa membaca dan kepada masyarakat yang belum mengenal budaya baca-tulis. Menurut Quraish Shihab, hal ini menunjukkan bahwa membaca merupakan kunci untuk meraih peradaban dan kemajuan di segala bidang. “Aneh, bahwa perintah itu ditujukan kepada ia yang tidak pandai membaca, perintah itu ditujukan kepada masyarakat yang tidak tahu baca tulis. Tapi kenapa Iqra’ (Bacalah!)? Karena itulah kunci meraih peradaban,” jelasnya.
Baca juga: Tafsir Iqra’: Perintah Alquran untuk Tanggap Literasi
Menurutnya, perintah membaca dalam ayat tersebut tidak membatasi apa yang harus dibaca. Ia menekankan bahwa membaca mencakup berbagai aspek kehidupan, bukan hanya teks tertulis. “Membaca di ayat itu, Dia tidak tentukan objek bacaan. Baca apa saja, syaratnya hanya satu, demi karena Allah. Iqra’ itu bukan hanya dalam arti membaca teks tertulis, bacalah alam raya, bacalah manusia, bacalah sejarah.” Hal ini menunjukkan bahwa membaca adalah kunci untuk memahami dunia secara lebih luas dan mendalam.
Membudayakan Membaca Sejak Dini
Dalam upaya membudayakan membaca, keteladanan dan pembiasaan menjadi kunci utama. Menurut Quraish Shihab, orang tua harus memberikan contoh dengan membaca di rumah. “Keteladanan, jika di rumah orang tuanya membaca, pasti anaknya ikut membaca. Dan itu dididik sejak kecil. Pembiasaan, dibiasakan di rumah. Orang tua harus membiasakan anak-anaknya membaca.”
Selain itu, penting bagi orang tua untuk memberikan buku yang sesuai dengan minat anak. Membeli buku yang tidak sesuai dengan ketertarikan mereka justru dapat menghambat kebiasaan membaca. “Berikan dia buku yang dia senangi, jangan belikan buku yang dia tidak suka,” ujarnya.
Beliau juga menyoroti bagaimana budaya membaca di beberapa negara maju sudah menjadi kebiasaan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, di Jepang, membaca telah menjadi kebiasaan bahkan dalam perjalanan. “Kenapa orang-orang Jepang bisa membaca di kereta api? Artinya manusia bisa kalau mereka mau,” katanya. Hal ini menunjukkan bahwa membudayakan membaca bukanlah hal yang mustahil jika seseorang memiliki niat dan kemauan.
Membatasi Pembicaraan: Bijak dalam Berbicara
Selain membaca, Quraish juga mengingatkan pentingnya membatasi pembicaraan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali orang berbicara tanpa pertimbangan, mengungkapkan segala sesuatu tanpa memilah mana yang perlu dan mana yang tidak. “Sekian banyak kata-kata ahli hikmah yang mengatakan begini, misalnya ‘Jangan berbicara menyangkut apa yang kamu tidak ketahui; jangan semua yang kamu ketahui kamu bicarakan,’” ungkapnya.
Dengan media sosial yang serba terbuka saat ini, banyak orang yang membicarakan berbagai hal tanpa filter. Padahal, dalam Islam, menjaga ucapan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan. Quraish Shihab mengingatkan, “Jika ada orang lain yang bisa berbicara, diamlah. Karena kalau dia benar dan kamu hadir di situ, kamu akan dinilai setuju pendapatnya. Tapi kalau dia salah, kesalahannya hanya tertuju pada dia, kamu tidak salah.” jelasnya.
Beliau mengilustrasikan hal ini dengan perumpamaan menarik tentang anggota tubuh manusia yang berbicara kepada lidah. “Ada ilustrasi, anggota tubuh manusia ini, setiap hari berkata kepada lidah ‘Lidah, tolong jangan banyak bicara. Karena kalau kamu salah, yang kena getahnya kami (seluruh tubuh).”
Baca juga: Indeks Literasi Alquran di Indonesia dan Nasihat Quraish Shihab
Ucapan yang tidak terkontrol bisa membawa dampak yang luas. Kata-kata yang salah dapat melukai orang lain, menciptakan perselisihan, dan bahkan membawa konsekuensi hukum. Oleh karena itu, membatasi pembicaraan bukan berarti tidak berbicara sama sekali, tetapi lebih kepada berbicara dengan bijak dan sesuai dengan konteks yang tepat.
Membaca dan membatasi pembicaraan adalah dua aspek penting yang dapat membentuk karakter seseorang dan menentukan arah peradaban. Membaca membuka wawasan, meningkatkan kesadaran, dan mengurangi kemungkinan melakukan hal-hal negatif. Sementara itu, membatasi pembicaraan mengajarkan seseorang untuk lebih bijak dalam berbicara, tidak tergesa-gesa dalam mengungkapkan pendapat, serta menghindari konflik yang tidak perlu.
Seperti yang disampaikan oleh Quraish Shihab, membaca adalah jalan menuju kemajuan, sedangkan membatasi pembicaraan adalah bentuk kebijaksanaan. Jika kedua hal ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka tidak hanya individu yang berkembang, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.