Musabaqah Tilawatil Quran diakui sebagai pagelaran keagamaan umat Islam terbesar dalam rangka memuliakan al-Quran. Sejak pertama kali diadakan di tahun 1940-an dan dilembagakan secara nasional di tahun 1968, MTQ menjadi pagelaran keagamaan yang hampir dikatakan wajib diadakan bahkan di tengah pandemi yang sedang mengganas saat ini. Nah sebenarnya apa yang membuat MTQ penting untuk diselenggarakan? Mari kita simak penjelasan Prof. Said Agil Husin al-Munawwar sebagai salah satu ahlul Quran di Indonesia.
Prof. Said membuka penjelasannya dengan mengutip beberapa ayat salah satunya Q.S. al-Baqarah [2]: 185 dan menerangkan bahwa salah satu jati diri Al-Quran ialah pedoman dalam hidup dan kehidupan manusia. Oleh sebab itu, maka Al-Quran harus dibaca dan tidak sekedar di simpan dalam lemari. Al-Quran juga harus dihafal dan menghafalnya tidaklah sulit sebagaimana Al-Quran sendiri menyatakannya berulang kali dalam Q.S. al-Qamar [54]: 17, 22, 32, dan 40.
Baginya, MTQ merupakan sarana yang diharapkan mampu memotivasi generasi muda untuk cinta kepada al-Qur’an. Adapun wujud cinta kepada al-Quran itu sendiri ialah dengan membacanya, menjadikannya alat komunikasi dengan Sang Pencipta, menghafalnya dan memahami isi kandungannya serta mengamalkannya.
Selanjutnya, Prof. Said juga menerangkan bahwa bidang memahami isi kandungan al-Qur’an (tafsir) menjadi bidang yang berkembang begitu pesat di Indonesia. Oleh sebab itu, tafsir juga dijadikan sebagai bidang yang diperlombakan di MTQ dan bahkan tidak hanya dalam bahasa Indonesia tapi juga dalam bahasa Inggris dan Arab.
Baca Juga: Alasan Penting Harus Ada yang Memperdalam Ilmu Agama Menurut Al Quran
Tujuan lain dari diadopsinya tafsir sebagai salah satu bidang yang diperlombakan di MTQ ialah menegaskan bahwa kajian atas isi kandungan al-Qur’an tidaklah pernah selesai. Hal itu sebagaimana dikatakan dalam Q.S. al-Kahfi [18]: 109 yang ditafsirkan oleh Q.S. Luqman [31]: 27.
“Al-Qur’an selalu menyajikan segala sesuatunya aktual sesuai dengan perkembangan zaman, jadi kalau ada orang yang mengatakan bahwa al-Qur’an yang diturunkan 14 abad yang lalu sudah jadul dan tidak bisa menyesuaikan posisinya dengan perkembangan zaman yang ada. Ini adalah sesuatu yang tidak pantas disampaikan”. Tegasnya.
MTQ, bagi Prof. Said Agil, juga menjadi sarana untuk memuliakan ahlul Qur’an yang dikatakan dalam hadis sebagai ahlullah wa khasatuh (orang-orang istimewa di sisi Allah). Sebab siapapun yang memuliakan ahlul Qur’an akan mulia di mata Allah dan sebaliknya jika ahlul Qur’an direndahkan dan dihina maka balasan setimpal akan diterima bagi yang melakukannya.
Baca Juga: Tradisi Mendengar Lantunan Bacaan Al-Quran dari Orang Lain
Dari pemaparan Prof. Said Agil Husain al-Munawwar didapati tiga kesimpulan mengapa MTQ penting diselenggarakan. Pertama, sarana memuliakan sekaligus meneguhkan jati diri al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang tak lekang oleh waktu. Kedua, sarana memotivasi dan mencetak generasi yang cinta kepada al-Qur’an melalui berbagai bidang perlombaan yang diadakan. Ketiga, sebagai sarana memuliakan ahlul Qur’an. Wallahu a’lam.