BerandaTafsir TematikPerintah dan Keutamaan Membaca dalam Alquran

Perintah dan Keutamaan Membaca dalam Alquran

Alquran merupakan pedoman hidup seluruh umat manusia. Alquran memuat aturan dan tata hidup yang diperlukan untuk hidup di dunia yang harus dipegang teguh. Ayat Alquran yang turun pertama kali menurut jumhur ulama adalah surah Al ‘Alaq [96]: 1. Di dalam ayat tersebut terdapat perintah kepada Nabi Muhammad saw. untuk membaca. Lalu, apa makna dan keutamaan membaca tersebut sehingga diturunkan pertama kali oleh Allah Swt.? Berikut penjelasannya.

Perintah Membaca dalam Alquran

Menurut jumhur ulama dalam buku Mabahits fi Ulum al-Qur’an karya Manna’ Khalil Qaththan, ayat pertama yang diturunkan kepada kepada Nabi Muhammad saw. adalah lima ayat dari surah Al‘alaq. Ayat tersebut ialah:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (Q.S. Al’alaq [96]: 1).

Menurut Al-Asfahani dalam Mufradat Alfadz al-Qur’an (hal. 414), lafaz qara’ dalam ayat tersebut bermakna menghimpun huruf-huruf atau kalimat dengan kalimat lainnya sehingga membentuk satu bacaan.

Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia (hal. 131), setidaknya ada lima arti membaca, yaitu; 1) melihat dan memahami apa yang tertulis, 2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, 3) mengucapkan, 4) mengetahui dan 5) menduga; memperhitungkan; memahami.

Dalam Tafsir Al-Munir (30/hal. 316) disebutkan bahwa ayat di atas adalah perintah kepada Nabi Muhammad untuk menjadi seorang pembaca. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah (15/hal. 454), kegiatan “membaca” di sini adalah kegiatan membaca yang tidak harus membutuhkan teks dan tidak pula harus terdengar oleh orang lain. Itulah mengapa makna “membaca” dalam ayat ini sangat luas.

Baikuni dalam bukunya, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern (hal. 34) menyebut bahwa objek yang dapat dibaca tersebut sangat luas, bisa berupa ayat Allah Swt. yang tertulis dalam surah Al-‘alaq dan bisa pula berupa kejadian di alam jagat raya dan yang ada pada diri manusia. Pendapat Baikuni ini nampaknya sejalan dengan pendapat Quraish Shihab di atas. Menurut beliau, ketiadaan objek bacaan dalam ayat tersebut secara eksplisit menunjukkan perintah membaca secara luas.

Dari sini muncullah argumentasi para tokoh pendidikan Islam tentang surah Al-‘alaq ayat 1 tersebut. Ahmad Tafsir dalam bukunya, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Pendidikan Islam (hal. 47), menyebut bahwa Alquran mulai diturunkan dengan ayat pendidikan. Sebab, dengan pendidikan lah akan dicapai segala bentuk kemajuan, bahkan ketaatan seorang hamba sekalipun.

Pada ayat pertama tersebut terlihat bahwa manusia diajak pertama kali untuk menelaah, mengkaji, melakukan observasi tentang penciptaan manusia agar dia paham hakikat dirinya. Dari pemahaman inilah akan muncul perasaan menghamba yang dapat mengantarkan ia menjadi hamba dengan predikat takwa. Inilah pentingnya membaca.

Baca juga: Benarkah Wahyu Pertama Kali Turun Adalah Iqra’? Ini 3 Pendapat Alternatif Lain

Manfaat Membaca

Perintah membaca yang termaktub dalam Alquran tidak hanya berpengaruh pada kebahagiaan di dunia saja, tetapi kebahagiaan di akhirat juga mampu diraih dengan membaca. Itulah mengapa para ahli tafsir memberi makna yang luas pada lafaz qara’a tersebut. Nuraida dan Nurteti dalam karyanya, Fungsi Membaca dalam Konsep Pendidikan Islam: Studi Analisis Terhadap Tafsir Alquran Surat Al‘alaq Ayat 1-5 (hal. 87) menyebut bahwa manfaat membaca secara umum adalah menambah kemampuan intelektual, memperkuat keimanan dan ketakwaan, serta dapat menuntun amal perbuatan manusia sesuai dengan ajaran Islam.

Jika ditelaah lebih lanjut, perintah membaca yang ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. ini dapat membuat beliau menjadi pribadi yang sempurna. Dari segi intelektual, amal ibadah, hingga akhlak dimiliki oleh Nabi Muhammad saw. berkat perintah membaca tersebut. Sehingga, antara manfaat intelektual dari membaca dan aspek spiritualitas sangatlah dekat. Dengan kata lain, orang yang senang membaca, baik membaca ayat Allah Swt. atau pengetahuan di alam jagad raya mampu mengantarkan ia menjadi manusia yang terbaik, baik sisi ukhrawi, terlebih lagi sisi duniawinya. Allah Swt. berfirman:

…قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran (Q.S. Azzumar [39]: 9).

Dalam buku Ensiklopedia Alquran: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci karya M. Dawam Rahardjo disebutkan bahwa lafaz ulul albab dapat dimaknai sebagai “orang yang berakal”. Kata ulu berarti memiliki dan kata albab berasal dari kata al-lub yang bermakna otak atau pikiran (intellect). Ulul albab juga dapat diartikan dengan seseorang yang memiliki kemampuan yang tajam. Kemampuan akal inilah yang membedakan antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu.

Sisi intelektualitas ternyata diungkap dalam ayat tersebut. Menurut Tafsir Kementerian Agama, pemikiran yang tajam diharapkan mampu mengantarkan manusia kepada usaha untuk membedakan mana yang benar dan yang tidak benar. Dari sini dapat dilihat bahwa ada korelasi antara kegiatan membaca yang diperintahkan oleh Alquran yang akan berdampak pada kemajuan intelektualitas manusia dengan ketakwaannya kepada Allah Swt.

Dengan kata lain, semakin seseorang meningkatkan bacaannya dalam artian luas, maka hal itu dapat membawa dia kepada kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Bahkan, fungsi akal yang dapat digunakan ketika membaca pun dapat menghindarkan seorang hamba dari neraka Allah Swt. Hal tersebut digambarkan dalam Alquran sebagai berikut:

وَقَالُواْ لَو كُنَّا نَسمَعُ أَو نَعقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

“Mereka berkata; “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (Q.S. Almulk [67]: 10).

Begitulah pentingnya kegiatan membaca yang telah diungkapkan oleh Alquran. Semoga dengan tulisan ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk selalu membaca demi menambah wawasan dalam rangka meningkatkan keimanan dan mencapai rida Allah Swt. Amin ya rabbal ‘alamin.

Baca juga: Tafsir QS. Al-‘Alaq: Membangun Peradaban dengan Iqra dan Qalam

Ahmad Riyadh Maulidi
Ahmad Riyadh Maulidi
Mahasiswa S2 UIN Antasari Banjarmasin
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...