Dewasa ini hubungan antara Islam dan Kristen tidak jarang diwarnai dengan ketegangan dan konflik. Meski berbagai upaya telah dilakukan para pemuka agama masing-masing seperti penandatangan Deklarasi Perdamaian Dunia oleh Imam Besar al-Azhar dan Paus Fransiskus tahun lalu, namun pada tataran akar rumput masih sering terjadi gesekan.
Diakui atau tidak, sentimen keagamaan yang tidak pada tempatnya merupakan sumber utama konflik antarumat beragama, padahal dalam hal ini Alquran sendiri telah mengabadikan romantisme hubungan antara dua agama samawi terbesar ini dalam beberapa ayatnya.
Sebut saja misalnya QS. Ar-Rum: 2-4 berikut:
غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ. فِي بِضْعِ سِنِينَ ۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ ۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
(2) Bangsa Romawi telah dikalahkan (3) di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (4) dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan Bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman
Tiga ayat ini berkenaan dengan perang besar yang terjadi antara Bangsa Romawi melawan Bangsa Persia. Ibn Ashur dalam tafsirnya menjelaskan kaum muslimin ketika itu mendukung Bangsa Romawi. Ini didasari oleh kedekatan emosional mereka sebagai sama-sama pemeluk agama samawi atau ahli kitab. Sedangkan lawannya, Bangsa Persia beragama Majusi yang menyembah api.
Yang menarik adalah prediksi Alquran bahwa pada masa mendatang Bangsa Romawi akan berbalik meraih kemenangan atas lawannya dan kamu muslimin pun kelak akan ikut merayakannya. Menurut At-Tabari, prediksi Alquran tersebut terbukti pada sembilan tahun berselang. Dalam riwayat lain disebutkan tujuh tahun berselang.
Selain itu Alquran banyak menceritakan kisah-kisah Isa al-Masih, sosok yang sangat istimewa di hati umat kristiani. Bahkan menurut catatan Tareq As-Suwaidan dalam Qasasul Anbiya, nama Isa al-Masih lebih sering disebut dalam Alquran dibanding nama Nabi Muhammad. Total penyebutan Nabi Isa dengan beragam julukannya dalam Alquran sebanyak 30 kali.
Nampaknya keakraban Islam dan Kristen tidak sepenuhnya terkait dengan pengakuan Islam atas Nabi dan ajaran mereka sebagaimana yang diasumsikan Ibn Ashur di atas, sebab hal yang sama tidak berlaku pada Yahudi. Dibanding umat Yahudi, kaum muslimin terlihat lebih harmonis hubungannya dengan umat Kristiani meski orang Yahudi juga disebut Ahli Kitab. Kekontrasan ini terlihat jelas pada QS. Al-Maidah: 82:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا ۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُم مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
(82) Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.
Dari ayat di atas kita mendapatkan petunjuk bahwa alasan utama kedekatan umat Islam dengan umat Nasrani adalah karena perlakuan baik mereka. Di sisi lain, meski sesama anggota Abrahamic Religions, orang-orang Yahudi diposisikan seperti orang-orang musyrik karena kerasnya permusuhan mereka pada umat Islam.
Dalam catatan sejarah, umat Nasrani diketahui memang banyak berjasa kepada Islam. Di antaranya Pendeta Buhaira yang berusaha menjaga Muhammad kecil dari niat jahat orang Yahudi dan Pendeta Waraqah bin Naufal yang memberikan pengakuan atas kenabian Nabi Muhammad. Belum lagi kebaikan Raja Najasyi yang telah memberikan suaka bagi masyarakat muslim yang sedang mengalami penindasan di Mekah.
Alquran di ayat lain memang kadang mengkritik umat Nasrani seperti pada Al-Maidah: 14. Kritik Alquran berkaitan dengan sebagian umat Nasrani yang telah ‘melupakan’ ajaran kitab sucinya, namun tetap saja dalam hubungan sosial, Alquran mengajarkan umat Islam untuk tetap bersahabat dengan mereka sebagaimana yang dijelaskan di atas.
Ini menunjukkan bahwa perbedaan agama tidak dapat menjadi justifikasi kita untuk saling membenci dan bermusuhan. Kita boleh berbeda dalam hal agama, ideologi atau pendapat dengan orang lain, tapi jangan sampai itu semua menjadi penghalang kita untuk tetap menjaga kedekatann hubungan sosial. Sebab kata Alquran, perihal agamamu adalah urusanmu, begitu pula agamaku adalah urusanku.