BerandaKhazanah Al-QuranDoa Al-QuranRahasia di Balik Bacaan Penutup Setiap Doa

Rahasia di Balik Bacaan Penutup Setiap Doa

Dalam setiap akhir doa setelah salat, kita sering membaca atau mendengar imam menutup doanya dengan bacaan berikut.

سُبْحٰنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَۚ ١٨٠ وَسَلٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَۚ ١٨١ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ  ١٨٢

Maha Suci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan.  Selamat sejahtera bagi para rasul.  Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (QS. As-Saffat/37: 180-182)

Jika ditelisik lebih lanjut, rupanya bacaan tersebut merupakan tiga ayat terakhir dari surah As-Saffat [37], yakni ayat 180 – 182. Bacaan ini tidak hanya kita dengar di penghujung doa setelah selesai salat fardu saja, bahkan hampir dalam setiap doa yang kita panjatkan selalu ditutup dengan ucapan tasbih, salam, dan juga hamdalah sebagaimana termaktub dalam tiga ayat itu. Lantas, apa alasan dan rahasia di balik bacaan penutup setiap doa yang kita panjatkan?

Tafsir Surah As-Saffat [37]: 180-182

Sebelum itu, terlebih dahulu kita pahami bagaimana tafsir dan makna yang dikandung oleh tiga ayat yang menjadi penutup setiap doa tersebut. Wahbah al-Zuhayli dalam Tafsir al-Munir menjelaskan bahwa ayat 180 merupakan bentuk penyucian, penafian, dan penegasian Allah Swt. dari sebutan-sebutan tidak pantas bagi sifat Ketuhanan-Nya yang disematkan orang zalim dan para pendusta.

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menyebut beberapa sifat tidak layak yang ditujukan bagi Allah itu, di antaranya adalah Allah mempunyai anak, anak Allah adalah malaikat, dan malaikat itu berjenis kelamin wanita. Sementara orang kafir sendiri merasa hina saat dikaruniai anak perempuan. Ada pula yang mengatakan bahwa Allah kawin dengan anak-anak perempuan jin. Maka dengan ayat ini, ditolaklah segala sifat yang tidak layak dan tidak sesuai dengan kemuliaan dan keperkasaan Allah.

Selain meniadakan sifat yang tak layak, melalui ayat ini Allah juga menetapkan segala sifat yang pantas bagi diri-Nya sebagai Tuhan seluruh alam. Frasa rabb al-‘izzah menunjukkan Allah sebagai Tuhan yang memiliki kekuatan, keperkasaan, dan kemuliaan yang tak dapat ditandingi. Menurut Al-Razi dalam Tafsir Mafatih al-Ghayb, frasa tersebut juga mengindikasikan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala ciptaan-Nya, karena alif-lam pada kata al-‘izzah berfungsi istighraqiyyah, yang berarti seluruh kemuliaan dan kekuasaan adalah milik-Nya.

Baca juga: Amalan Alquran sebelum Tidur dan Dalilnya

Selanjutnya, melalui ayat 181 Allah mengucapkan salam keselamatan kepada pada rasul yang diutus kepada kaumnya dengan menyampaikan kebenaran mengenai Tuhan mereka. Menurut Al-Razi, ayat ini menunjukkan bahwa para rasul mempunyai keunggulan dan kesempurnaan yang melebihi manusia lain dalam derajat kemanusiaan, karena mereka bertugas sebagai penunjuk, pembimbing, dan penyempurna manusia dari segala kekurangan yang dimilikinya. Oleh karenanya, manusia biasa yang serba kekurangan perlu mengikuti jejak langkah para utusan Allah yang dikarunia kesempurnaan.

Sementara ayat terakhir merupakan penegasan bahwa segala pujian dan syukur hanya ditujukan bagi Allah, karena Dialah Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Penyayang yang telah menganugerahkan nikmat besar kepada makhluk-Nya, baik saat masih hidup ataupun setelah wafat. Ayat ini juga dapat diartikan sebagai kesempurnaan dan ketidakbutuhan Allah kepada segala makhluk di alam semesta. Justru makhluk itulah yang butuh kepada Allah.

Dasar Kesunahan Membaca Tiga Ayat Terakhir Surah As-Saffat

Dalam menafsirkan tiga ayat penutup setiap doa ini, banyak ulama tafsir menukil hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari beberapa jalur, seperti Ali dan Sya’bi yang bunyinya sebagai berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الْأَوْفَى مِنَ الْأَجْرِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَلْيَقُلْ آخِرَ مَجْلِسِهِ حِينَ يُرِيدُ أَنْ يَقُومَ” سُبْحانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ”

Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang senang menerima takaran pahala dengan takaran yang penuh pada hari kiamat, maka hendaklah ia mengucapkan di akhir majelisnya ketika hendak berdiri: subḥâna rabbika rabb al-‘izzah ‘amma yaṣifûn, wa salam ‘ala al-mursalîn, wa al-hamd lillah rabb al-‘alamîn.

Hadis ini yang kemudian dijadikan sebagai sandaran kesunahan untuk membaca tiga ayat terakhir surah As-Saffat [37] saat hendak memungkasi setiap pertemuan, halaqah, ataupun ibadah yang kita lakukan dengan harapan mendapatkan pahala yang besar. Hadis ini ditemukan di banyak kitab tafsir, di antaranya al-Munir karya al-Zuhayli, Tafsir Ibn Kathir, al-Kashshaf, al-Durr al-Manthur, al-Taḥrir wa al-Tanwir, dan lain sebagainya.

Lebih lanjut, Ibn Ashur dalam al-Taḥrir wa al-Tanwir mengutip hadis lain riwayat Al-Qurṭubi dalam tafsirnya yang bersanad hingga Abu Sa’id al-Khudri. Hadis ini spesifik menyebutkan kesunahan membaca tiga ayat terakhir Surah As-Saffat [37] setelah selesainya salat:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا مَرَّتَيْنِ يَقُولُ آخِرَ صِلَاتِهِ أَوْ حِينَ يَنْصَرِفُ: سُبْحانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: Tidak hanya sekali atau dua kali aku mendengar Rasulullah saw. berkata di akhir salatnya atau saat hendak beranjak: subḥâna rabbika rabb al-‘izzah ‘amma yaṣifûn, wa salam ‘ala al-mursalîn, wa al-hamd lillah rabb al-‘alamîn.

Baca juga: Doa Sapu Jagat dan Tafsir Surah al-Baqarah [2]: 201

Dengan berpedoman pada kedua hadis tersebut, Al-Zuhayli menganjurkan mengakhiri ibadah salat dan pertemuan majelis dengan membaca ketiga ayat tersebut sebagai bentuk amal sunah. Bahkan, Isma’il Ḥaqqi dalam Ruh al-Bayan menjelaskan kesunahan bagi seorang mukmin untuk menutup dan mengiringi tiap kegiatannya dalam suatu majelis perkumpulan, apa pun tujuannya, dengan membaca dua hal:

Pertama, membaca tiga ayat terakhir Surah As-Saffat [37] dengan harapan memperoleh pahala yang melimpah, sebagaimana keterangan dalam hadis di atas.

Kedua, membaca doa kaffarah al-majlis dengan harapan mendapat ampunan dari Allah atas dosa-dosa kecil yang diperbuat saat di majelis, baik disadari ataupun tidak. Bacaan doa kaffarah al-majlis sebagai berikut:

 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Subḥanaka Allahumma wa biḥamdika ashhadu al-lâ ilâha illâ anta astagfiruka wa atûbu ilaik

Artinya: Mahasuci Engkau, Ya Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu

Penjelasan ini menjawab pertanyaan apa alasan dan rahasia di balik bacaan penutup setiap doa yang kita panjatkan, yakni sebagai bentuk ittiba’ al-sunnah: mengikuti dan mengamalkan sunah Rasulullah saw. serta upaya memperoleh pahala yang besar dan melimpah dari Allah Swt. Oleh karenanya, berdoa–yang tradisinya sering menjadi penutup dari setiap kegiatan–ditutup dengan bacaan-bacaan tersebut dengan tujuan mulia dalam mendekatkan diri kepada Allah serta mempunyai landasan dalam sumber hukum Islam. Wallahu a’lam.

Ahmad Qoys Jamalallail
Ahmad Qoys Jamalallail
santri PP. Al-Bidayah Jember dan siswa MAN 1 Jember. Minat kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Menghidupkan Juz ‘Amma melalui Gerakan Tafsir Naratif

0
Di banyak musala kecil, surah-surah Juz ‘Amma adalah teman harian bagi umat Islam. Ia dibaca selepas salat, dilantunkan oleh anak-anak mengaji, atau diulang-ulang dalam salat oleh...