Sabab Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 62 dan Ragam Makna Umat Beragama

Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 62 dari klasik sampai kontemporer
Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 62 dari klasik sampai kontemporer

Agama-agama samawi yang diturunkan di bumi, banyak disinggung oleh al-Qur’an. Agama-agama ini sebagai penyempurna dari ajaran yang dibawa para nabi sebelum Muhammad saw (Surat Al-Maidah ayat 48).  Seperti umat Yahudi, Nasrani dan Sabiin yang disinggung dalam beberapa ayat. Salah satunya adalah Surat Al-Baqarah ayat 62, yang melahirkan beragam penafsiran.

Surat Al-Baqarah ayat 62 secara tekstual memuat orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin akan mendapatkan kebahagian, dalam arti tidak ada ketakutan dan kesedihan bagi mereka. Hal ini akan ia peroleh jika beriman kepada Allah dan hari akhir. Berikut merupakan Surat Al-Baqarah ayat 62:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi’in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati. 

Baca juga: Benarkah Ahlu Kitab Musuh Umat Islam? Simak Penjelasan Surat Ali Imran Ayat 113

Sabab Nuzul

Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I, 284 mengutip dari riwayat Ibnu Abi Hatim, menjelaskan bahwa ayat ini turun ketika Salman bertanya kepada Nabi Muhammad saw. perihal teman-temannya dulu. Berikut teks riwayatnya:

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ العَدني، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ: قَالَ سَلْمَانُ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَهْلِ دِينٍ كُنْتُ مَعَهُمْ، فذكرتُ مِنْ صَلَاتِهِمْ وَعِبَادَتِهِمْ، فَنَزَلَتْ: {إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ} إِلَى آخِرِ الْآيَةِ

Artinya: Ibnu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Umar al-Adani, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Salman ra. pernah menceritakan hadis berikut: “Aku pernah bertanya kepada Nabi saw. tentang cara salat dan ibadah mereka. Lalu turunlah firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hingga akhir ayat..”

Baca juga: Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 120: Benarkah Yahudi dan Nasrani Tidak Rela Terhadap Islam?

As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kisah Salman yang sedang mengobrol dengan Nabi, ia menceritakan teman-temannya yang melaksanakan salat, puasa, dan beriman kepada Nabi ketika kelak diutus oleh Allah. Lalu Nabi menjawab, “Wahai Salman, mereka termasuk orang-orang ahli neraka.” Jawaban tersebut membuat Salman sangat berat, dan turunlah ayat ini (Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I, 284)

Berdasarkan dari riwayat tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah kisah Salman al-Farisi yang bertanya kepada Nabi Muhammad tentang status teman-temannya yang dulu melaksanakan ibadah dan akan mengimani Nabi ketika telah tiba waktunya.

Pemaknaan term Mukmin, Yahudi, Nasrani, dan Sabiin

At-Thabari dalam Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an, Jilid I, 443, dan Al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Jilid I, 412, memaknai الَّذِينَ آمَنُوا yaitu orang-orang yang beriman, yang membenarkan Rasulullah saw terhadap ajaran yang disampaikannya adalah dari Allah.

Az-Zamakhsyari cukup berbeda menafsirkan kata tersebut, yaitu orang-orang yang imannya masih zahir (luar)nya saja, dikatakan mereka adalah orang-orang munafik. Maka dari itu, ayat ini menggandengkan mereka dengan orang Yahudi, Nasrani dan Sabiin. (al-Kasysyaf Juz I, 137)

Sementara kata هَادُوا berati kaum Yahudi. Hādū berarti tābu yaitu orang-orang yang bertaubat Kata al-Yahud disebut juga Yahudi hal ini berdasarkan perkataan mereka: “Innā hudnā ilayka” (QS. al-A’raf[7]: 156) (at-Thabari, Jami’al-Bayan, Juz I, 443). Ibnu Katsir mengutip dari Abu Amr bin al-‘Ala’, penyebutan Yahudi karena mereka adalah orang-orang yang ‘yatahwwadun’ yakni bergerak-gerak saat membaca kitab Taurat. Disebut Yahudi juga karena mereka anak keturunan Yahuda (Yakub/Israil). (Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I, 285)

Baca juga: Inilah Tiga Sikap Kerukunan Umat Beragama Menurut Quraish Shihab

Quraish Shihab dalam Tafsirnya mengatakan bahwa kata yahud berasal dari bahasa Ibrani ‘yahudz’ dengan titik di atas huruf dal (menjadi dzal). Shihab menambahkan, kata yahud digunakan oleh al-Qur’an dalam konteks kecaman. Itulah sebabnya, dalam ayat ini menggunakan kata hadu (Tafsir al-Misbah, Volume I, 207)

Sementara dalam pandangan Thahir ibnu Asyur berpendapat bahwa bahwa hadu di sini berasal dari warisan kerajaan Sulaiman as di kota Yerussalem yang dipimpin Rahbi’am. Dan kerajaan ini tidak diikuti kecuali oleh cucu Yahudza dan Cucu Benyamin.

Adapun kata النَّصَارَىٰ adalah bentuk jamak dari nasrani yang berarti pengikut Nabi Isa. Menurut Ibnu Katsir, karena mereka saling tolong menolong dan juga karena mereka tinggal di Nashirah (Nazareth). Nabi Isa juga mengatakan “Man ansari ila Allah?” (Siapa yang akan menjadi penolongku untuk menegakkan agama Allah?), hal ini sebagaimana termaktub dalam QS. Ali Imran[3]: 52 (Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I, 285)

Sementara kata الصَّابِئِينَ dalam lisan orang Arab disebut sabi. Yaitu mereka yang membuat agama baru yang bukan agamanya. Setiap orang yang keluar dari satu agama, maka dia berada dalam agama itu hingga melenceng kepada agama lainnya.(at-Thabari, Jami’ al-Bayan, Juz 1, 444)

Baca juga: Surat Al-Araf Ayat 172: Perjanjian Manusia dengan Tuhan

Menurut al-Qurthubi (al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Juz I, 413) kata as-Sabi secara etimologi berarti orang yag keluar dari satu agama kepada agama lain. Dari pada itu, orang-orang yang masuk Islam, dalam sebutan orang Arab dikatakan qad saba’a yang berarti dia telah condong, berpaling dari agama nenek moyangnya, dan condong untuk memeluk Islam.

Menurut Ibnu Katsir, berdasarkan riwayat dari Mujahid, mereka adalah golongan di antara agama Majusi, Yahudi, dan Nasrani. Menurut riwayat Abu al-‘Aliyah dan Abu Jakfar al-Razi, mereka adalah yang menyembah malaikat, membawa kitab Zabur, sembahyang menghadap kiblat, menyembah bintang, dan menganggap bahwa Allah telah menyerahkan urusan bumi ini kepada bintang-bintang itu (Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I, 286)

Demikian makna dari orang-orang beriman, orang-orang yahudi, nasrani, dan sabiin dari berbagai mufasir yang banyak dijadikan rujukan oleh para pemerhati al-Qur’an dan tafsir. Setelah mengetahui makna masing-masing dari umat beragama, anda juga perlu mengetahui penafsiran dari ayat tersebut yang akan penulis bahas pada artikel selanjutnya. Wallahu a’lam[]