Ketika kita menyebut surah Al-Baqarah, mungkin yang terlintas di benak banyak orang adalah surah yang panjang, berisi banyak hukum, dan mencakup berbagai peristiwa penting dalam sejarah umat Islam. Namun, satu hal yang sering terlewatkan adalah tafsir mengenai sapi Bani Israil yang menjadi simbol utama surah ini. “Al-Baqarah” sendiri diterjemahkan sebagai “sapi betina”. Namun, makna mendalam yang tersirat dalam kata ini seringkali tidak banyak dibahas secara mendalam.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 67-73, Allah mengisahkan sebuah perintah kepada Bani Israil untuk menyembelih seekor sapi. Kisah ini penuh dengan kejadian yang menggambarkan ketidaktaatan dan kebingungan yang timbul di kalangan mereka. Namun, lebih dari sekadar perintah, kisah sapi Bani Israil ini sebenarnya mengandung pelajaran yang lebih dalam, baik secara sosial, spiritual, maupun intelektual.
Perintah yang Aneh
Dalam sejarahnya, ketika perintah untuk menyembelih sapi datang kepada Bani Israil, mereka justru membantah dan mempertanyakan perintah Allah. Mereka tidak memahami apa yang diminta, bahkan mereka meminta penjelasan lebih lanjut mengenai ciri-ciri sapi yang harus disembelih. Hal ini bukan hanya sebuah ujian bagi mereka, tetapi juga merupakan gambaran tentang keraguan manusia terhadap perintah agama yang tampak tidak masuk akal.
Menurut Ibnu Katsir, dalam Tafsir al-Qur’an al-Azim (jilid 1, hal. 485), perintah ini diberikan oleh Allah untuk menguji ketundukan mereka terhadap perintah-Nya. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah tidak menginginkan darah sapi Bani Israil tersebut. Tujuan utama dari perintah itu adalah untuk menguji kesungguhan iman dan ketundukan mereka. Sebagaimana kata Ibnu Katsir, “Perintah itu tidak dimaksudkan untuk memperoleh manfaat dari sapi, tetapi lebih untuk menguji keteguhan iman mereka.”
Sapi: Simbol Pengorbanan dan Ketundukan
Sapi dalam konteks ini bukanlah sekadar hewan yang disembelih tanpa makna. Dalam pandangan Islam, pengorbanan adalah bentuk ketaatan yang paling tinggi. Sapi menjadi simbol dari pengorbanan itu sendiri, di mana umat diminta untuk melepaskan sesuatu yang berharga demi memenuhi perintah Tuhan. Seperti halnya kisah Nabi Ibrahim yang rela menyembelih putranya, surah ini mengingatkan kita bahwa pengorbanan sejati adalah ketika kita siap melepaskan hal yang kita cintai demi ketaatan kepada Allah.
Imam al-Qurtubi dalam Al-Jami’ li-Ahkam al-Qur’an (jilid 1, hal. 350) menulis bahwa kisah sapi dalam surah ini adalah pengingat bahwa ketundukan kepada Allah sering kali menuntut kita untuk melakukan hal-hal yang mungkin kita tidak sepenuhnya pahami. Al-Qurtubi menjelaskan bahwa pengorbanan dalam Islam bukan hanya terkait dengan materi, tetapi lebih pada pengorbanan hati dan niat untuk selalu taat kepada perintah Allah, bahkan jika itu tampak sulit.
Sapi sebagai Simbol Duniawi dan Materialisme
Di zaman modern, sapi sering kali diidentikkan dengan hewan ternak yang nilai utamanya adalah daging dan produk lainnya. Namun, dalam Alquran, sapi hadir sebagai simbol yang lebih dalam dari sekadar materi. Ini adalah peringatan bagi umat agar tidak terjebak dalam keserakahan duniawi dan melupakan tujuan utama hidup yang seharusnya adalah beribadah kepada Allah.
Baca juga: Rahasia Sapi di Balik Penamaan Surah Al-Baqarah
Bruce Lincoln, seorang ilmuwan Barat yang menulis buku Theorizing Ritual, menjelaskan bahwa pengorbanan dalam banyak budaya, termasuk dalam Islam, bertujuan untuk menguji keteguhan hati dalam menjalani hidup yang penuh dengan godaan material. Sapi dalam surah Al-Baqarah adalah simbol untuk mengingatkan umat Islam agar tidak terperangkap dalam obsesi duniawi, dan lebih memprioritaskan ketundukan kepada Allah.
Fenomena materialisme yang melanda banyak kalangan masyarakat modern saat ini menunjukkan betapa kuatnya godaan duniawi. Banyak orang yang lebih mengutamakan keuntungan materi daripada nilai-nilai spiritual yang diajarkan dalam agama. Hal ini sangat relevan dengan tafsir surah Al-Baqarah yang mengingatkan kita bahwa segala hal yang ada di dunia ini hanyalah titipan dan harus dimanfaatkan sesuai dengan perintah Allah.
Ketundukan dalam Kehidupan Sehari-hari
Kisah tentang sapi dalam Al-Baqarah juga memiliki relevansi besar dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita dihadapkan pada ujian hidup, sering kali kita merasa bingung dan bertanya-tanya mengapa Allah memberikan ujian yang tampaknya sulit dimengerti. Namun, seperti halnya Bani Israil yang bingung dengan perintah untuk menyembelih sapi, kita juga sering kali mempertanyakan takdir dan perintah Allah yang tampak tidak sesuai dengan keinginan kita.
Baca juga: Bani Israil dan Kisah Pemuda Pemilik Sapi
Imam al-Jalalayn dalam Tafsir al-Jalalayn mengungkapkan bahwa perintah Allah melalui kisah sapi adalah cara untuk menguji sejauh mana kita dapat menerima takdir-Nya. Hal ini juga menyiratkan pesan bahwa dalam setiap ujian kehidupan, kita harus memiliki sikap ketundukan dan tawakal kepada Allah. Al-Jalalayn mengatakan, “Allah tidak memberikan ujian yang tidak dapat ditanggung oleh hamba-Nya, dan setiap perintah-Nya memiliki hikmah yang tersembunyi yang mungkin belum kita pahami.”
Surah Al-Baqarah mengajarkan kita banyak hal, dan salah satunya adalah pentingnya ketundukan kepada Allah melalui simbol sapi. Pengorbanan, ketundukan, dan ujian iman adalah tema-tema utama yang ingin disampaikan oleh surah ini. Sapi dalam Alquran bukan sekadar hewan ternak, tetapi menjadi simbol pengorbanan dan pengujian spiritual yang menggugah umat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, melepaskan segala keterikatan duniawi, dan memprioritaskan ketaatan kepada-Nya.