Ada beberapa komentar dari kiai Cholil Nafis tentang buku Tafsir Kebangsaan. Di antaranya; Pertama, buku Tafsir Kebangsaan ini berhasil mengembalikan sanad keilmuan tafsir di media sosial yang sempat hilang; Kedua, dalam konteks dakwah, buku Tafsir Kebangsaan sangat recommended bagi para penceramah karena bahasannya yang to the point namun tetap kaya referensi; Ketiga, buku Tafsir Kebangsaan mampu membumikan nilai-nilai kebangsaan yang ada dalam Al-Quran. Poin yang terakhir ini sekaligus menegasikan isu-isu kontradiksi antara agama dan Negara.
“Dalam konteks dakwah, buku (Tafsir Kebangsaan) ini sangat berkualitas, karena telah mengembalikan kita dari media yang tanpa referensi, tanpa guru pada media yang ada guru dan referensinya” tutur ketua MUI Pusat ini. Komentar yang lain dari beliau yaitu berupa arahan dan masukan untuk perbaikan kualitas buku selanjutnya.
Sebagaimana diketahui, kiai yang juga berposisi sebagai pengarah BPET (Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme) ini menjadi salah satu narasumber dalam acara Launching dan Bedah Buku Tafsir Kebagsaan: Cinta Tanah Air, Toleransi dan Bela Negara dalam Al-Quran, Sabtu (27/03/2021)
Era digital, era media sosial sering disebut-sebut sebagai era matinya kepakaran. Tulisan, artikel, postingan dan komentar di media sosial yang viral mengalahkan ulasan dan penjelasan para ahli yang dianggap kurang menarik perhatian. Pada masa ini, sanad keilmuan seseorang tidak jadi unsur validitas, kalah pamor dengan berita yang viral. Maka tidak heran ketika ada postingan dan tulisan di media sosial yang kaya referensi itu dikatakan mengembalikan citra baik media.
Tantangan berdakwah hari ini
Sebagai pimpinan sebuah lembaga yang berkonsentrasi pada isu-isu kebangsaan, nasionalisme, penanggulangan ekstremisme dan terorisme, membedah buku yang bertajuk Tafsir Kebangsaan sangat tepat dan cocok dengan aktifitas beliau. Oleh karena itu komentar beliau selanjutnya lebih banyak mengaitkan hadirnya buku kompilasi artikel tafsir ini dalam konteks dakwah.
Di Indonesia, akhir-akhir ini banyak bermunculan pendakwah, ustadz atau dai, mulai dari ustad kawakan hingga ustad dadakan. Kuantitas yang banyak ini tentu harus diimbangi dengan kualitasnya. Khusus ustad dadakan ini menurut penuturan kiai Cholil Nafis seringkali tidak paham dengan materi yang mereka sampaikan. Untuk membantu keadaan yang seperti ini maka buku seperti Tafsir Kebangsaan sangat diperlukan.
“Dalam konteks dakwah, buku ini penting untuk dijadikan pegangan, di saat banyak undangan, banyak permintaan, maka kita (para dai atau penceramah) perlu buku yang langsung menukik pada persoalannya dan sekaligus ada dalilnya” terang alumni Pesantren Sidogiri, Pasuruan ini.
Doktor lulusan Universitas Malaya ini juga menyinggung perbedaan cara kerja pendakwah dan intelektual. “pendakwah itu menyederhanakan sesuatu yang sulit, memudahkan sesuatu yang rumit, berbeda dengan kerja-kerja intelektual yang sebaliknya, yang mudah menjadi rumit, ada latar belakang, dibahas secara lebih sistematis, dibuat teorisasi terlebih dahulu, dan seterusnya” Dalam rangka kepentingan tersebut, perlu pedoman konten dakwah yang singkat tapi padat, to the poin ke pembahasan, namun tetap kaya dalil dan referensi.
Baca Juga: Bom Bunuh Diri Bukan Jihad! Inilah Makna Jihad Dalam Al-Qur’an
Dalam konteks ini pula, pemilik website cholilnafis.com ini mengharapkan kaum intelektual bisa menjembatani keduanya, “tetap sesuai dengan tahapan penelitian ilmiah, namun di saat yang bersamaan, bagaimana dalil-dalil yang rumit, bagaimana hal-hal yang sulit itu bisa dibumikan dalam konteks kekinian, sehingga menjadi lebih mudah. “ Inilah tantangan yang sedang dihadapi, tidak hanya oleh pendakwah, tetapi juga oleh akademisi.
Terkait dengan tema-tema yang diangkat dalam buku Tafsir Kebangsaan, semuanya sangat dekat dengan realitas keindonesiaan saat ini. Sebut saja tragedi bom bunuh diri yang terjadi hari Ahad lalu (28/03/2021) di depan Gereja Katedral, Makassar. Melansir Republika.co.id tentang dugaan motif pelaku bom bunuh diri, di situ dikatakan bahwa salah satunya adalah jihad dan mati syahid. Hal yang sama diafirmasi oleh Ali Imron, mantan terpidana teroris yang disampaikan di salah satu acara berita.
Motif yang seperti ini sangat mungkin berangkat dari kesalahpahaman yang keliru tentang ayat-ayat jihad dan ayat yang dianggap sebagai ajaran bom bunuh diri. Dua tema ini sudah dibahas dalam buku Tafsir Kebangsaan: Cinta Tanah Air, Toleransi dan Bela Negara dalam Al-Quran. Maka tidak heran jika Kiai Cholil Nafis menyarankan kita untuk membaca buku ini.
Yuk, dibaca bukunya, semoga bermanfaat!