BerandaTafsir TematikTafsir Surah Al-Baqarah Ayat 36: Bantahan Terhadap Misoginis

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 36: Bantahan Terhadap Misoginis

Misoginis merupakan istilah untuk orang yang memiliki kebencian atau rasa tidak suka terhadap perempuan secara ekstrem. Perilakunya sendiri disebut dengan misogini. Hampir sebagian besar pelaku misogini adalah pria, tetapi ada juga perempuan yang memiliki perilaku demikian.

Di antara wujud dari kebencian para misoginis terhadap perempuan adalah melalui narasi keagamaan yang menyudutkan perempuan. Nasaruddin Umar dalam buku Jihad Melawan Religious Hate Speech menjelaskan bahwa kebencian misoginis terhadap perempuan menyebabkan mereka menuduh bahwa perempuan adalah penyebab laki-laki terusir dari surga.

Persepsi tersebut didasarkan kepada kisah Nabi Adam yang digoda oleh Siti Hawa untuk memakan buah Khuldi di surga hingga dia menurutinya dan menyebabkan Allah mengusir mereka berdua. Lalu bagaimana Alquran mengomentari hal ini? Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 36 sebagai berikut.

فَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ عَنۡهَا فَأَخۡرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِۖ وَقُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرّٞ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٖ

Terjemah: “Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 36)

Baca Juga: Tidak Benar Bahwa Al-Quran itu Misoginis, Simak Penjelasannya

Tafsir surah Al-Baqarah ayat 36

Menurut Tafsir Kementerian Agama, dalam ayat ini dijelaskan, bahwa setan telah menggoda Adam`alaihis salam dan istrinya sehingga akhirnya mereka tergoda dan melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah pohon Khuldi. Dalam melakukan godaan itu, setan berusaha untuk meyakinkan Adam bahwa dia benar-benar hanya memberikan nasihat yang baik.

Karena kesalahan yang telah dilakukan Adam dan istrinya, maka Allah ﷻ mengeluarkan mereka dari kenikmatan dan kemuliaan yang telah mereka peroleh, lalu Allah ﷻ memerintahkan agar mereka turun dari surga itu ke bumi. Sejak itu mereka dan setan senantiasa dalam keadaan bermusuhan satu sama lain.

Demikian pula M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut iblis yang iri dan dengki kepada Adam, mulai membujuk mereka berdua (Adam dan istrinya Hawa) untuk memakan buah pohon Khuldi, sehingga mengakibatkan mereka tergoda dan memakannya.

Wahbah Az-Zuhaili juga menegaskan dalam Tafsir Al-Munir bahwa mereka terbujuk oleh godaan setan sehingga mereka keluar dari surga ke bumi dan kesengsaraan dunia. Permusuhan antara manusia dan setan telah tumbuh. Iblis adalah musuh Adam dan istrinya, Hawa, serta anak cucu mereka; dan manusia adalah musuh lblis. Maka dari itu waspadailah godaannya.

Redaksi kata mereka pada beberapa penafsiran di atas mengisyaratkan bahwa yang dibujuk dan dirayu oleh iblis adalah lebih dari satu orang yaitu Adam dan istrinya Hawa.

Baca Juga: Perempuan dalam Al-Quran: Antara Pernyataan Allah Sendiri dan Kutipan atas Ucapan Orang Lain

Bantahan Terhadap Persepsi Misoginis

Mengacu kepada beberapa penafsiran ayat di atas, tidak ada kalimat atau redaksi yang menyebutkan bahwa Hawa lah yang semata-mata menggoda Nabi Adam memakan buah dari pohon terlarang sehingga melanggar perintah Allah. Namun dalam ayat tersebut iblis secara langsung berbicara dan membujuk keduanya.

Bahkan dalam ayat yang lain yaitu Surah Al-A’raf ayat 20 digambarkan bahwa iblis berkata bahwa: ““Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).”

Perkataan iblis dalam ayat di atas kembali memperkuat bahwa Nabi mendengar sendiri bujukan dan rayuan iblis tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bukan pihak perempuan yang menjadi penyebab utama Nabi Adam terusir dari surga, tetapi karena tipu muslihat iblis itu sendiri.

Ahmad Rifa’i dalam bukunya Bahkan Tuhan Pun Berqurban menjelaskan pendapat yang mengatakan bahwa Hawa adalah penyebab terusirnya Adam hanya merupakan sandaran dikriminatif untuk merendahkan perempuan, padahal persepsi tersebut dibantah Allah melalui ayat ini.

Baca Juga: Respon Al-Qur’an Terhadap Toxic Masculinity dalam Berumah Tangga

Penutup

Allah telah menciptakan manusia sama secara kemanusiaan (Q.S. An-Nisa [4]: 1) hingga mereka dapat saling bekerja sama satu sama lain, bukan saling mendiskriminasi. Bahkan terkait persepsi misoginis tersebut, seharusnya yang lebih dipertanyakan adalah kekuatan dari laki-laki (Adam) itu sendiri yang seharusnya lebih tegar dalam menghadapi godaan Iblis daripada istrinya Hawa (M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Pahami).

Kesan pada ayat di atas menunjukkan bahwa Allah tidak membuat kasta antara laki-laki dan perempuan. Allah menciptakan dua jenis manusia ini dengan segenap sisi baik dan buruknya masing-masing. Tidak ada diskriminasi dan rasa superioritas satu sama lain. Wallahu A’lam.

Saibatul Hamdi
Saibatul Hamdi
Minat Kajian Studi Islam dan Pendidikan Islam
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Manzhumah At-Tafsir karya Az-Zamzami

Az-Zamzami, Sastrawan Abad Pertengahan yang Berperan Penting dalam Ulumul Quran

0
Abdul Aziz Az-Zamzami merupakan sastrawan era abad pertengahan yang berperan penting dalam persebaran ulumul Quran. Namanya juga tercatat dalam sejarah literasi di tanah Arab...