Tafsir Surah Al-Isra Ayat 72: Balasan di Akhirat bagi Orang yang Buta Hatinya

Balasan bagi orang yang buta hati
Balasan bagi orang yang buta hati

Manusia diciptakan tak lain hanyalah untuk beribadah dan bertakwa kepada Allah. Darmabakti yang harus dilakukan yaitu dengan melaksanakan semua perintah Allah (imtitsalul awamir) dan menjauhi segala larangan-Nya (ijtinabun nawahi). Semua itu harus dilakukan demi menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat (sa’adatuddarain) karena yang demikian merupakan tanda-tanda bagi yang beriman. Namun kenyataannya, tidak semua manusia bisa melanggengkan diri dalam kebaikan. Ada yang suka maksiat bahkan fasik. Di antara mereka yang keadaannya buruk kelak di akhirat ialah orang-orang yang buta hatinya. Dalam surah Al-Isra’ [17] ayat 72 Allah berfirman:

وَمَنْ كَانَ فِى هَٰذِهِۦٓ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِى ٱلْأَخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيْلًا

Dan barang siapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar). (QS. Al-Isra’ [17]:72)

Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang hamba selama di dunia tidak menjaga hatinya dengan benar, maka di akhirat nanti ia dalam keadaan yang sama semasa hidup di dunia, bahkan menyimpang dari jalan yang lurus.

Dalam tafsirnya, As-Suyuthi menafsirkan kata “هٰذِهِ” berarti dunia. Kata “أَعْمَىٰ” yang pertama berarti tidak dapat melihat kebenaran. Kata “أَعْمَىٰ” yang kedua berarti tidak dapat melihat jalan keselamatan dan tidak dapat membaca al-Qur’an. Sedangkan kata “وَأَضَلُّ سَبِيْلًا” ini turun bersamaan dengan orang-orang Bani Tsaqif yang meminta kepada Nabi agar tanah tempat tinggal mereka dijadikan tanah suci dan mereka mengajukan permintaan itu kepada Nabi dengan cara mendesak. (Tafsir al-Jalalain/1/374)

Baca juga: Surah al-Isra’ [17] Ayat 7: Hakikat Perbuatan Baik Bagi Manusia

Asy-Syaukani dalam tafsirnya menafsiri “أَعْمَىٰ” yang pertama berarti orang-orang yang di dunia dinamai si buta hati, yakni tidak mempunyai mata hati. Beliau menambahkan, An-Naisaburi berkata, “Tidak ada perselisihan bahwa yang dimaksud “أَعْمَىٰ” di sini adalah buta hati”. Sedangkan kata “أَعْمَىٰ” yang kedua berarti buta mata. (Fath al-Qadir/3/293)

Selanjutnya Al-Mawardi mengemukakan ada empat pandangan terkait ayat di atas:

  1. Barang siapa selama di dunia buta dari melaksanakan ketaatan, maka di akhirat akan buta dari mendapat pahala.
  2. Barang siapa selama di dunia tidak mau mengambil pelajaran, maka di akhirat tidak dapat mendapat ampunan.
  3. Barang siapa selama di dunia tidak dapat melihat kebenaran, maka di akhirat tidak dapat melihat surga.
  4. Barang siapa tidak bisa merenungi urusan dunia, maka tidak akan bisa merenungi urusan akhirat. (An-Nukat wa Al-‘Uyun/3/258-259)

Lebih lengkap, Ar-Razi menjelaskan dalam tafsirnya, maksud ayat “وَمَنْ كانَ فِي هذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ” bukanlah buta penglihatan, melainkan buta hati. Adapun ayat “فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ” ada dua pendapat;

Pendapat pertama mengartikan sebagai buta hati. Hal ini diambil dari beberapa atsar:

1). Riwayat Ikrimah, bahwa ada rombongan dari Yaman yang mendatangi Ibnu Abbas, lalu seorang laki-laki di antara mereka bertanya mengenai ayat tersebut. Kemudian Ibnu Abbas berkata, “Bacalah ayat sebelumnya (Al-Isra [17]: 66-70)”, “Barang siapa di dunia hatinya tidak dapat melihat semua kenikmatan padahal sebenarnya hatinya dapat memandang dan melihat, maka hatinya juga tidak akan bisa memandang dan melihat urusan akhirat serta tersesat dari jalan yang benar”.

Baca juga: Tafsir Surah Abasa Ayat 1-10: Kesamaan dalam Islam Menurut Wahbah Al-Zuhaili

2). Riwayat Abu Rauq dari Adl-Dlahhak dari Ibnu Abbas yang berkata, “Barang siapa yang hatinya tidak dapat melihat kekuasaan Allah dalam penciptaan langit, bumi, laut, gunung, manusia dan binatang, maka dalam urusan akhirat hatinya buta serta tersesat dari jalan yang benar dan sangat jauh dari mengetahuinya”.

Dua atsar di atas mengartikan orang yang di dunia hatinya tidak dapat mengetahui semua kenikmatan dan tanda-tandanya maka gambaran mereka di akhirat adalah buta hatinya dan tidak dapat mengetahui ahwal akhirat. Sedangkan kata “أَعْمَىٰ” menurut dua keterangan di bawah ini berarti buta hati di dunia.

3). Riwayat Al-Hasan yang berkata, “Barang siapa di dunia tersesat dan kafir maka di akhirat hatinya buta dan tersesat dari jalan yang benar. Karena selama di dunia, taubat masih bisa diterima sedangkan di akhirat taubat tidak dapat diterima. Di dunia masih ada cara untuk terhindar dari pintu-pintu petaka sedangkan di akhirat tidak dapat menemukan cara untuk menghindarinya sama sekali”.

4). Kata “أَعْمَىٰ” yang kedua tidak mungkin tidak mengetahui Allah di akhirat, karena seluruh penduduk akhirat pasti akan mengetahui Allah. Maka maksud “أَعْمَىٰ” adalah tidak dapat melihat jalan menuju surga, yakni barang siapa di dunia buta hatinya dalam mengetahui Allah maka di akhirat ia tidak dapat menemukan jalan menuju surga.

Baca juga: Menyeimbangkan Urusan Dunia dan Akhirat, Perhatikan Semangat Doa Al-Quran Berikut!

5). Orang-orang yang buta hatinya di dunia dilihat dari keserakahan mereka tatkala mereka bersorak melihat kelezatan dan kesenangan duniawi. Semakin besar kecintaan mereka terhadap dunia maka di akhirat semakin besar pula penyesalannya dari semua yang telah mereka lakukan selama di dunia. Tidak ada satupun dari cahaya-cahaya Allah yang menerangi mereka, mereka berada dalam kegelapan yang gulita penuh penyesalan. Demikianlah maksud dari “أَعْمَىٰ” yang kedua.

Pendapat kedua mengartikan sebagai buta mata dan penglihatan.

Barang siapa selama di dunia hatinya buta maka mereka dibangkitkan di akhirat nanti dalam keadaan buta mata dan penglihatannya. Berdasarkan firman Allah dalam surah Thaha [20] ayat 124-126:

 …وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى )١٢٤  (قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا )١٢٥ (قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى )١٢٦(

(124) … dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta; (125) Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?”; (126) Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Thaha [20]: 124-126)

Dan surah Al-Isra’ [17] ayat 97 yang berbunyi:

وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ عَلٰى وُجُوْهِهِمْ عُمْيًا وَّبُكْمًا وَّصُمًّاۗ

Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat dengan wajah tersungkur, dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. (QS. Al-Isra’ [17]: 97)

(Mafatih al-Ghaib/21/377-378)

Demikian pendapat para mufasir mengenai tafsir surah Al-Isra’ [17] ayat 72. Hendaknya kita semua teliti dan sadar terhadap apa yang telah kita lakukan selama masih hidup di dunia sebagai pelajaran dan menjadikannya untuk bekal masa depan di akhirat. Tentu dalam rangka pemurnian hati (tazkiyah an-nafs) supaya mata hati senantiasa terbuka dan dapat menadaburi seluruh ciptaan dan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Semoga kita dikumpulkan bersama orang-orang yang selamat dan berada di jalur yang benar. Amin.

Wallahu a’lam.