BerandaTafsir TematikTafsir Surah Ath-Thur Ayat 48: Teladan Nabi Muhammad Saw Ketika Merasa Kecewa

Tafsir Surah Ath-Thur Ayat 48: Teladan Nabi Muhammad Saw Ketika Merasa Kecewa

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. pernah merasa kecewa karena selalu mendapat berbagai penentangan dan ejekan dari kaum kafir Quraisy ketika berdakwah. Sehingga Allah mendidik dan mengingatkan Nabi saw. dengan menurunkan ayat Alquran, sebagai cara untuk menghadapi tantangan dan penolakan dari kaum musyrikin. Di antara ayat yang diwahyukan kepada Nabi saw. adalah sebagai berikut:

وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ

Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam pengawasan Kami. Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun. (Q.S. ath-Thur [52]: 48)

Baca Juga: Ngaji Gus Baha’: Cara Agar Tidak Mudah Kecewa dengan Orang

Penjelasan Tafsir

Wahbah al-Zuhaili menerangkan bahwa Allah mengingatkan Nabi saw. untuk tidak merasa kecewa atau putus asa karena penolakan yang dihadapinya. Dalam konteks ayat ini, Allah mengajarkan Nabi Muhammad dan umatnya tentang pentingnya kesabaran dan keteguhan hati dalam menghadapi setiap ujian dan tantangan sekalipun itu terasa berat. Dengan bersabar dan bertasbih, Allah akan selalu memberi dukungan dan perlindungan-Nya. (Tafsir al-Munir, 14/119)

Menurut Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib, (28/228) menambahkan tafsir ayat tersebut adalah “wa baddil laknat bi at-tasbih” maknanya perintah Allah untuk mengganti laknat dengan tasbih. Sebab, sebagaimana diterangkan Imam ar-Razi bahwa zaman dahulu ketika para Nabi sebelum Nabi Muhammad kecewa dengan kaumnya yang tidak mau beriman, mereka melaknat kaumnya, seperti Nabi Nuh atau seperti Nabi Yunus yang lari dari kaumnya ketika kecewa.

Doa permohonan Nabi Nuh agar kaumnya yang kafir ini dihancurkan sebagaimana termaktub dalam surat Nuh ayat 26:

وَقَالَ نُوْحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْاَرْضِ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ دَيَّارًا

Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”

Baca Juga: Tafsir Surat An-Nur Ayat 22 dan Kisah Kekecewaan Abu Bakar As-Siddiq

Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk bersabar dan mengganti cacian dengan pujian dan tasbih kepada Allah. Dia juga melarang Nabi berdoa seperti perkataan, “Ya Allah, binasakanlah mereka.” Sehingga, inilah yang mendorong Nabi untuk tidak berdoa sebagaimana doa Nabi Nuh ketika mendapat penolakan dalam dakwahnya.

Akan tetapi, Nabi saw. memberikan teladan baik, seperti salah satunya ketika menghadapi masyarakat Thaif yang menentang dan memusuhinya. Nabi saw. tidak sakit hati ataupun dendam. Namun, Nabi saw. mendoakan orang-orang Thaif agar diberi petunjuk dan tidak mendapatkan azab dari Allah, sebagaimana umat-umat terdahulu yang langsung diazab manakala mereka menolak utusan Allah. “Ya Allah berikanlah petunjuk kepada umatku (masyarakat Thaif) dan janganlah Engkau mengazab mereka, sebab mereka berbuat seperti itu karena tidak mengetahui.”

Oleh karenanya, solusi bagi kekecewaan bukanlah meminta pihak lain dihancurkan, tetapi menggantinya dengan tasbih. Sebab sejatinya kekecewaan dalam hati akan membuat hidup terasa lebih berat. Namun, mengganti perasaan kecewa dengan tasbih, mengajarkan umat untuk lebih rileks dalam menghadapi masalah kehidupan. Sebagaimana menurut Ibnu Asyur bahwa dengan bertasbih dan mengingat Allah merupakan cara untuk mendapatkan ketenangan dan kekuatan.

Baca Juga: Surat Al-Ankabut Ayat 2: Agar Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah Swt

Teladan dari Nabi Muhammad dalam Menghadapi Kekecewaan

Nabi Muhammad saw. menjadi teladan utama tentang kesabaran dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas ketika menghadapi penentangan, Nabi Muhammad saw. tidak meminta azab untuk kaumnya, melainkan berdoa agar mereka diberi petunjuk. Ini mengajarkan kepada umat Islam agar bersikap pemaaf dan optimis akan perubahan, sekalipun dalam situasi berat dan sulit.

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan Nabi Muhammad saw. untuk mengganti laknat dengan tasbih. Hal ini mengajarkan bahwa menyikapi dan bereaksii terhadap kekecewaan dengan hal positif, yakni dengan memperbanyak tasbih dan mengingat Allah sebagai cara untuk menenangkan hati. Ini juga menunjukkan bahwa dengan mengingat Allah, umat Islam dapat mendapatkan kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi ujian hidup.

Dengan demikian sikap Nabi Muhammad saw. dalam menghadapi kekecewaan, memberikan teladan tentang bagaimana bersikap positif, berdoa untuk kebaikan orang lain, dan tetap sabar dalam menunggu ketentuan Allah. Ketenangan dan kekuatan yang didapat dari kesabaran dan tasbih dapat menjadi pegangan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Wallahu musta’an.[]

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Metodologi Fatwa: Antara Kelenturan dan Ketegasan

Metodologi Fatwa: Antara Kelenturan dan Ketegasan

0
Manusia hidup dan berkembang seiring perubahan zaman. Berbagai aspek kehidupan manusia yang meliputi bidang teknologi, sosial, ekonomi, dan budaya terus berubah seiring berjalannya waktu....