BerandaTafsir TematikTafsir Surah Taha Ayat 55: Belajar dari Teologi Tanah

Tafsir Surah Taha Ayat 55: Belajar dari Teologi Tanah

Kehidupan manusia tidak bisa terpisah dari tanah, mulai dari awal penciptaannya, kelangsungan hidupnya hingga terakhir di saat kematiannya. Ketika sudah demikian, sudah seharusnya tanah dirawat dan dilestarikan dengan benar. Terkait dengan tanah, ada satu petunjuk dari ayat Al-Quran tentang teologi tanah, yaitu surah Taha ayat 55,

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى

Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.

Baca Juga: Membaca Fenomena Banjir dalam Surah Saba’ Ayat 15-17 Melalui Kacamata Tafsir Ekologi

Konteks ayat

Ayat ini dan beberapa ayat sebelumnya masih merupakan rangkaian dari penjelasan dan argumentasi Nabi Musa As. terhadap Firaun yang menyangkal kenabian Musa dan keesaan Allah. Seperti biasa, Al-Quran mencoba meyakinkan para pengingkar Allah itu dengan menyatakan dan memberitahukan kekuasaan-kekuasaan Allah Swt yang ada di bumi, yang sangat dekat dengan kehidupan manusia dalam kesehariannya, salah satunya yaitu tanah.

Terkait dengan petunjuk peran tanah dalam ayat ini, dua ayat sebelumnya masih sangat erta kaitannya, tepatnya ayat 53-54. Pada dua ayat ini Al-Quran menginformasikan tentang tanah dan fungsinya. Di ayat 53, misalnya di situ disampaikan bahwa di bumi (dengan tanahnya), Allah telah menjadikan jalanan yang bisa dilewati manusia untuk lalu lalang. Selain itu juga menjadi tempat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam yang dikonsumsi oleh semua makhluk Allah yang hidup di atasnya. Selain itu, dilanjutkan oleh ayat 54, tanah juga berfungsi menjadi lahan atau tempat untuk menggembalakan binatang ternak.

Baca Juga:Tafsir Ekologi: Mengenal Ayat-Ayat Lingkungan dalam Al-Quran

Teologi tanah

At-Tabari dalam tafsirnya menyampaikan bahwa ayat ke 55, semakin memperkuat informasi peran tanah bagi manusia yang sudah dijelaskan di dua ayat sebelumnya. Allah untuk ke sekian kalinya menginformasikan tentang kekuasaanNya, Dia menciptakan semua manusia dari satu bahan yang sama, yaitu tanah, lalu terbentuklah tubuh manusia yang sehat dan kuat. Setelah itu mereka (manusia) pada akhirnya nanti akan mati dan dikubur di tempat yang sama, yaitu tanah dan akhirnya kembali menjadi tanah seperti ketika belum diciptakan. Kemudian masih dari bahan yang sama pula Allah akan mengeluarkan dan menghidupkan manusia kembali di kehidupan yang kedua nanti di hari kebangkitan.

Melalui ayat ini pula Allah mengingatkan manusia akan asal muasalnya. Semua manusia berasal dari hal yang sama dan nanti akan kembali menjadi hal yang sama pula. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi manusia untuk menyombongkan dirinya dan merasa lebih dari yang lain. Pembeda dari mereka hanyalah satu, imannya, sebagaimana firmanNya dalam surah Al-Hujurat [49]: 13, إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ (sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa

Topik lain yang dibicarakan ayat ini adalah teologi tanah. Untuk manusia tanah adalah segalanya, dari tanah manusia dapat bertahan hidup, mulai dari tempat tinggal mereka yang berdiri tegak di atas tanah, makanan dan minuman yang dikonsumsi mereka tidak lain merupakan hasil dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atas tanah dan pakaian mereka yang digunakan untuk menutupi dan melindungi mereka juga tidak lain hasil dari tanah.

Tanah selau memberi apa yang manusia butuhkan, seseorang menanam padi, tanah akan tumbuh padi. Tanah ditanami ganja, nantinya akan menghasilkan ganja. Air yang menjadi kebutuhan utama manusia juga bersumber dari tanah, hingga SDA yang tidak dapat diperbarui pun seperti barang tambang, emas, perak, batu bara dan yang lainnya dihasilkan dari tanah. Uniknya, tanah tidak hanya selalu memberi, tapi tanah juga senantiasa menerima semua perlakuan manusia, hingga pada satu keadaan, ketika semua orang tidak mau menerima kondisi tersebut, hanya tanahlah satu-satunya yang bersedia menerima, yaitu mayat (bangkai) manusia.

Baca Juga: Memperingati Earth Day: Simak Perhatian Al-Quran Terhadap Lingkungan

Jaga bersama tanah kita

Meski informasi teologis ayat tentang tanah di atas menjadi topik utama dalam konteks ayat, maka informasi ekologis di dalamnya juga tidak bisa kita kesampingkan. Dari sini kita akan mengenal cara melestarikan tanah dan menjauhi hal-hal yang merusak tanah.

Sebagai contoh sederhana, cara melestarikan dan menjaga kondisi tanah agar tetap maksimal yaitu dengan reboisasi, konservasi tanah dan yang lainnya, sedang menjauhi hal-hal yang merusak tanah antara lain tidak mencemari tanah dengan sampah, tidak menebang pohon sembarangan yang akhirnya akan menyebabkan erosi, tidak menambang dan mengebor dengan sembarangan, dan menjauhi kesalahan-kesalahan lainnya.

Contoh salah satu tragedi kesalahan perlakuan terhadap tanah yang masih terasa kerugian dan mudharatnya bagi masyarakat Indonesia, adalah Lumpur Lapindo. Dilansir tirto.id, fenomena Lumpur Lapindo ini bahkan menjadi perhatian para ahli dunia, karena dianggap sangat langka dan menarik untuk diteliti. Di situ juga disampaikan bahwa kesimpulan sementara para ahli geologi dunia menyatakan bahwa semburan lumpur di Sidoarjo tersebut disebabkan karena faktor kesalahan prosedur pengeboran dan hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Drilling Engineers Club.

Sembari mentadabburi kekuasaan Allah melalui tanah, mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikannya, minimal dengan tidak merusaknya. Teringat pepatah arab yang berbunyi, idza lam takun milhan tushlih, la takun dzubaban tufsid (jika kamu belum bisa menjadi garam yang mengenakkan makanan, maka jangan menjadi lalat yang mengotorinya).

Wallahu a’lam

Limmatus Sauda
Limmatus Sauda
Santri Amanatul Ummah, Mojokerto; alumni pesantren Raudlatul Ulum ar-Rahmaniyah, Sreseh Sampang
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...