Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 154: Merenungi dan Meneladani Spirit Hari Pahlawan

hari pahlawan
hari pahlawan

Bulan November memiliki memori tersendiri bagi bangsa Indonesia. Jika pada Bulan Oktober tepatnya 22 Oktober kita memperingati Hari Santri, maka 10 November kita memperingati Hari Pahlawan. Peristiwa 10 November dilatari oleh pertempuran dahsyat antara Rakyat Indonesia khususnya di Surabaya dengan Tentara Sekutu yakni Inggris.

Jika melihat perbandingan kekuatan, maka terjadi tumpang tindih. Inggris yang menjadi pihak yang menang dalam Perang Dunia (PD) II pun takluk mentalnya, tatkala berhadapan dengan Rakyat Indonesia yang baru saja meraih kemerdekaan. Apalagi dengan adanya peristiwa tewasnya Jenderal AWS Mallaby di Surabaya.

Rakyat Indonesia ketika itu tentu saja persedian senjatanya minim dan komunikasi antara satu kelompok dengan yang lain belum terorganisir sangat rapi. Akan tetapi karena niat dan tekad bulat, semua bersatu demi kemerdekaan. Korban pun berjatuhan baik rakyat sipil maupun pejuang kemerdekaan.

Berkenaan dengan gugurnya para pahlawan bangsa, tentu sebagai generasi yang hidup di masa yang berbeda tidak pernah mengerti bagaimana nasib mereka kemudian. Apakah mati sia-sia ataukah mati terhormat? Pada masalah ini, Allah swt. berfirman sebagai berikut

وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ

Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.S. al-Baqarah [2]: 154)

Baca juga: Tafsir Surat An-Naml Ayat 34: Penjajahan Menyalahi Fitrah Kemerdekaan Manusia

Jika ditilik dari asbabun nuzul-nya, ayat di atas turun berkaitan dengan kaum Muslim yang gugur dalam pertempuran Badr. Ketika itu terdapat 8 orang sahabat dari kalangan Ansar, dan 6 orang dari kalangan Muhajirin. Lalu pasca perang Badar, banyak dari kaum Muslim mengatakan bahwa orang-orang yang gugur di medan perang tersebut telah mati, sehingga Allah menurunkan ayat ini untuk merespon pendapat tersebut (Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir al-Munir Fi al-‘Aqidah Wa al-Shari’ah Wa al-Manhaj, Juz 2, hal. 400)

Menurut Imam Al-Qurtubi ayat di atas menjelaskan mengenai balasan yang ditujukan bagi orang-orang beriman yang gugur di jalan Allah swt. Jika orang beriman wafat sebagai Syahid, maka akan dibalas dan diberi nikmat berupa kehidupan juga rezeki yang tidak terduga. Selain itu, keberadaan ayat di atas pun menjadi dalil adanya kehidupan setelah kematian. Jika orang-orang beriman wafat, maka di alam kubur akan mendapatkan nikmat kubur.

Sedangkan bila yang meninggal orang-orang kafir, maka akan mendapat siksa kubur. Sehingga orang-orang yang gugur di jalan Allah swt. tidaklah mati begitu saja, melainkan terdapat karunia Allah swt. bagi mereka berupa kehidupan setelah meninggal yang mana tidak dapat diketahui oleh orang-orang yang masih hidup (Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakr al-Qurtubi, Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur`an, Juz 2, hal 461-462).

Masih menurut Al-Qurtubi bahwa ayat di atas pun memiliki penjelasan pada ayat lain sebagai berikut

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ فَرِحِيْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۙ وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِّنْ خَلْفِهِمْ ۙ اَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۘ

Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki, Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 169-170)

Baca juga: Tafsir Surat Ali Imran Ayat 103: Dalil Sila Ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia

Menurut Imam al-Qurtubi orang-orang tersebut tidaklah mati tetapi hidup. Maksudnya meski secara fisik orang tersebut telah tiada, namun jiwa atau ruh masih tetap hidup di alam yang berbeda. Kemudian orang-orang tersebut diberi rezeki dengan adanya kehidupan baru di alam lain. Adanya orang-orang yang syahid atau gugur di medan tempur meninggalkan kesan juga nama baik bagi orang-orang yang masih hidup.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadis Nabi Riwayat Abu Dawud nomor 2520 bahwa ruh para syuhada berada di perut-perut burung hijau, di mana burung-burung itu mendatangi sungai-sungai surga dan memakan buah-buahannya, kemudian pulang ke lampu-lampu yang menempel di ‘Arsy. Sehingga generasi selanjutnya dapat mengambil hikmah dari para syuhada yang telah berkorban jiwa raga untuk tegaknya agama Allah (Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakr al-Qurtubi, Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur`an, Juz 5, hal 408-410)

Jika dikaitkan dengan hari pahlawan, maka dapat kita ambil pelajaran bahwa sebagai generasi muda hendaknya kita tidak melupakan sejarah terutama jasa para pahlawan yang telah berjuang sekuat tenaga. Lalu kemerdekaan pun tidak diraih secara instan melainkan dengan kesabaran dan perjuangan. Sebagaimana yang terjadi pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya atau yang kita peringat sebagai Hari Pahlawan, para pejuang tidak hanya berasal dari ketentaraan resmi, para rakyat yang tergabung dalam laskar-laskar turut serta berjuang melawan penjajah. Begitu pula Ulama dan Santri turut serta mengawali perjuangan kemerdekaan.

Akhir kata, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2020, mari sejenak kita mengheningkan cipta untuk mendoakan jasa para pahlawan dan bunga bangsa yang gugur dalam medan pertempuran. Tidak hanya itu, para generasi Indonesia yang telah mengharumkan nama baik Negara ini kita doakan semoga Allah swt. meridhai hasil usahanya. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian. Lahul Fatihah. Salam Merdeka !!! Wallahu A’lam