BerandaTafsir TematikTafsir Surat al-Baqarah Ayat 2: Tidak Ada Keraguan Padanya

Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 2: Tidak Ada Keraguan Padanya

() ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِين

“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi ‎mereka yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 2)‎

Berpagi-pagi Alquran menegaskan tentang siapa dirinya. Tidak ada ‎keraguan padanya. Tidak ada syak wa sangka di dalam dirinya. Dialah kalam ‎Allah yang haqq. Yang dengannya terbantahkanlah argumen-argumen para ‎penentangnya. Dengannya pula, semakin kuat dan mantaplah keyakinan ‎orang yang mengimaninya.‎

‎“Di dalam kitab yang agung ini,” demikian tegas Al-Sa’di dalam ‎tafsirnya, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, “terkandung ‎apa-apa yang tidak dikandung oleh kitab-kitab sebelumnya, berupa ilmu ‎pengetahuan yang agung (al’-ilm al-‘adhim), serta kebenaran (al-haqq) yang ‎nyata (al-mubin). Tidak ada keraguan di seluruh aspeknya, menepis segala ‎syak wa sangka, menghadirkan keyakinan yang kuat, serta membawa ‎petunjuk yang jelas.”‎

Alquran, kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi ‎Muhammad Saw. melalui perantara malaikat Jibril a.s., sejak awal ‎kehadirannya di tengah masyarakat Arab jahili, diragukan, disangsikan dan ‎dianggap sebagai mantra-mantra sihir yang diucapkan oleh Muhammad Saw.‎

Suatu ketika, para pemuka Quraisy sepakat untuk mengutus Abul ‎Walid, seorang sastrawan Arab yang tiada tanding tiada banding untuk ‎menghadap Nabi Muhammad Saw., dengan tujuan agar beliau meninggalkan ‎dakwah menyeru ajaran Islam, dengan kompensasi diberi kedudukan, harta ‎dan apa saja yang diinginkannya.‎

Setelah menyimak penuturan Abul Walid, Rasulullah Saw. kemudian ‎membacakan surat Fushshilat dari awal hingga akhir. Abul Walid takjub penuh ‎kagum mendengar ayat-ayat yang dibacakana Rasulullah Saw. tersebut. Ia ‎termenung beberapa saat menghayati keindahan gaya bahasa serta susunan ‎kalimat al-Qur’an itu. Kemudian ia pun kembali ke kaumnya tanpa sepatah ‎kata pun ia ucapkan kepada Rasulullah Saw.‎

Setibanya di tengah kaumnya, Abul Walid segera menyampaikan ‎kepada mereka akan keterpesonaannya terhadap ayat-ayat suci Alquran. Dia ‎katakan kepada kaumnya bahwa Alquran bukanlah syair, bukan pula mantra-‎mantra sihir. Ianya bagaikan pohon yang rindang, akarnya menghunjam kuat ‎ke tanah. Gaya bahasanya sangat indah, susunan kalimatnya sangat ‎memukau. Ia bukan kata-kata manusia, dan tidak mungkin ditandingi oleh ‎syair mana pun.‎

Demikianlah, bahkan seorang sastrawan ternama di zaman al-Qur’an ‎turun pun mengakui kehebatan al-Qur’an. Ia sama sekali tidak meragukannya, karena memang tidak ada keraguan padanya.

Adalah Abdul Halim Mahmud, mantan Syeikh Al-Azhar menegaskan, ‎‎“Para orientalis yang dari waktu ke waktu berusaha menunjukkan kelemahan ‎al-Qur’an, tidak mampu mendapat celah sedikit pun untuk meragukan al-‎Qur’an”.‎

Al-Qur’an, sampai kapan pun, hingga kiamat tiba, akan selalu terjaga. ‎Karena itulah janji Allah Swt. Siapa pun yang meragukannya akan tumbang. ‎Siapa pun yang mengingkarinya akan binasa.‎

Didi Junaedi
Didi Junaedi
Dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...