BerandaTafsir TematikTafsir Surat Al-Qamar Ayat 1: Fenomena Terbelahnya Bulan

Tafsir Surat Al-Qamar Ayat 1: Fenomena Terbelahnya Bulan

“Bulan telah terbelah!”, satu kalimat yang benar adanya di dalam Al-Quran. Sebagai kitab suci yang wajib kitai imani, maka segala peristiwa yang telah dijelaskan dalam Al-Quran harus kita percayai kebenarannya. Termasuk mengenai kalimat yang menyatakan fenomena terbelahnya bulan ini. Namun, dalam pembacaan Al-Quran tentunya tidak cukup hanya sebatas cuplikan sepotong ayat atau terjemahan. Maka dari itu penting membaca suatu ayat dengan menafsirkannya bagi seorang mufassir dan mengikuti penjelasan mufassir bagi yang awam. Ayat yang menyatakan tentang terbelahnya bulan ini terdapat dalam surah Al-Qamar ayat 1:

ٱقْتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلْقَمَرُ

“Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan”

Lalu bagaimana sebenarnya yang dimaksud tentang fenomena terbelahnya bulan dalam ayat tersebut? Simak penjelasan berikut ini!

Baca juga: Tafsir Ilmi Kemenag: Bumi yang Dinamis dan Relevansinya Bagi Kehidupan

Mukjizat Rasululullah SAW

Turunnya ayat-ayat Al-Quran tidak terlepas dari asbabun nuzul-nya. Termasuk mengenai Surat Al-Qamar ayat 1. Dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Ibnu Katsir menjelaskan hadis yang berkenaan dengan peristiwa tersebut melalui beberapa jalur sanad. Dari hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, kejadian ini memang benar adanya pada masa Rasulullah saw. Pada waktu itu kaum kafir dan muysrik terus menerus mendesak Rasulullah menunjukkan mukjizatnya. Lalu, suatu ketika, rembulan di langit Makkah menunjukkan suatu tanda keterbelahan yaitu munculnya warna merah. Namun, kaum kafir tetap saja pada pendiriannya dan malah mengatakan bahwa itu adalah sihir Rasulullah.

Jika hal itu adalah benar-benar hanya sihir, maka bulan sebenarnya tidaklah terbelah. Dan untuk membutikan hal tersebut kafir Quraisy menyuruh seorang musafir untuk memeriksa benarnya kejadian itu. Musafir itupun memeriksa setiap sudut wilayah, baik barat, timur utara dan selatan di tempat yang berbeda hasilnya tetap sama. Di mana pun tempatnya musafir tersebut melihat bulan yang terbelah itu. Versi cerita ini sanadnya melalui jalur Anas bin Malik dan Ibnu Mas’ud.

Baca juga: Mengapa Empat Bulan Ini Disebut Bulan Haram? Simak Penjelasannya

Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn juga menggunakan hadis riwayat Ibnu Mas’ud. Karena dalam Tafsir Jalalayn disebutkan bahwa pada saat itu terbelahnya bulan menjadi dua bagian. Satu bagian berada di atas bukit Abu Qubais, dan satunya lagi berada di atas bukit Qaiqa’an. Meski banyak hadis yang memberikan versi cerita yang berbeda, satu hal yang penting adalah peristiwa tersebut adalah bukti mukjizat dari Rasulullah.

Para rasul pada zaman dahulu umumnya memang dikaruniai Allah berupa mukjizat yang digunakan untuk melemahkan argumentasi kaum yang membangkangnya. Mukjizat para rasul terdahulu biasa berupa kejadian ajaib dan hal-hal yang mustahil dari kejadian alam. Sedang Rasulullah sangat jarang diketahui mukjizatnya yang berasal dari tanda-tanda alam, salah satunya seperti peristiwa terbelahnya bulan ini. Namun hal yang jarang kita sadari bahwa sebenarnya Rasulullah diberikan mukjizat yang lebih besar dan lebih agung daripada mukjizat dari tanda-tanda alam. Mukjizat itu berupa kitab suci Al-Quran yang isinya tidak pernah lekang oleh keadaan zaman hingga yaumul qiyamah.

Menjadi tanda dekatnya hari kiamat

Dalam Surat Al-Qamar ayat 1, terdapat dua peringatan yang Allah tegaskan. Di samping penegasan terhadap mukjizat atas Rasulullah, terbelahnya bulan juga menjadi tanda bahwa hari akhir itu semakin dekat. Peringatan-peringatan tersebut tidak hanya ditujukan untuk kaum kafir Quraisy saja, melainkan juga kepada umat Rasulullah yang hidup setelahnya dan juga seluruh manusia jika ia mau memahami.

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan penjelasan lebih rinci mengenai peristiwa terbelahnya bulan sebagai tanda hari akhir itu semakin dekat. Ketika hari akhir itu tiba, maka peristiwa-peristiwa alam yang tidak lazim akan semakin jelas terlihat. Peringatan ini sekali lagi juga ditegaskan untuk kaum-kaum yang membangkang, bahwa ketika sangkakala telah ditiupkan, tidak hanya rembulan yang pecah, gunung-gunung, bintang, planet dan dan seluruh jagat raya ini akan hancur.

Baca juga: Penjelasan Al-Quran tentang Fenomena Alam Semesta Bertasbih kepada Allah

Mereka yang berada di dalam kubur akan dibangkitkan kembali. Manusia-manusia kebingungan ibarat belalang-belalang yang beterbangan. Semua manusia akan mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya ketika di dunia. Satu peristiwa yang luput dari kaum kafir tersebut dan kaum-kaum yang membangkan. Seolah-olah mereka hidup di dunia ini tidak mendapatkan balasan atas apa yang telah diperbuatnya. Masih menurut Quraish Shihab, ayat ini mengandung sebuah ancaman untuk orang-orang yang membangkang.

Allah selalu memberikan isyarat-isyarat yang jelas mengenai peristiwa yang akan dialami manusia nantinya melaui firman-firman-Nya. Hal-hal tersebut juga sebenarnya menjadi peringatan kita bahwasannya hari akhir itu memang nyata. Melalui ayat-ayat qauliyah maupun kauniyah-Nya telah sangat gamblang dijelaskan akan hal tersebut. Tentunya bagi orang-orang yang mau berfikir, orang-orang yang lembut sanubarinya, dan mau menerima kebenaran yang telah disampaikan Allah kepadanya.

Wallahu a’lam[]

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...