Allah swt memberikan nikmat tak terhingga terhadap hamba-Nya, baik hamba yang taat maupun hamba yang bergelimang dosa. Nikmat itu adakalanya yang ada pada diri hambaNya, berupa kehidupan, kesehatan, kecerdasan dan sebaginya, ada pula nikmat yang melingkupi kehidupan, berupa udara, air, tanah, matahari.
Dalam Surat Ar-Rahman ayat 10-12 Allah swt memfirmankan nikmat-nikmat yang diberikan oleh-Nya kepada manusia khususnya, dan seluruh makhluk hidup pada umumnya. Allah swt berfirman :
وَالْاَرْضَ وَضَعَهَا لِلْاَنَامِۙ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّالنَّخْلُ ذَاتُ الْاَكْمَامِۖ وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُۚ
Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya), di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. (Q.S. Ar-Rahman [55]: 10-12)
Setelah di ayat sebelumnya Allah Swt menyampaikan bahwa termasuk nikmat yang diberikanNya adalah diciptakannya langit yang menjulang tinggi, di sini sebagai pasangan dari pada langit Allah Swt menjelaskan bumi yang membentang luas. Di sanalah segala macam makhluk ciptaaanNya hidup, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan.
Hanya saja manusia menjadi titik fokus pada ayat-ayat ini karena paling banyak mengeksplor isi bumi ini. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Fakhrudin Ar-Rozi di dalam masterpiece-nya Tafsir Mafatihul Ghaib :
وإنما خص الإنسان بالذكر لأن انتفاعه بها أكثر فإنه ينتفع بها وبما فيها وبما عليها
Artinya : “Menusia secara khusus disebutkan karena ia paling banyak mengambil manfaat atas bumi, karena sesungguhnya ia mengeksplor sesuatu yang bermanfaat maupun tidak.” (Imam Fakhrudin Ar-Rozi, Tafsir Mafatihul Ghoib, [Kairo : Dar Al-Hadits,2012] juz 15, hal. 96).
Baca juga: Tafsir Surat Ar-Rahman Ayat 1-4: Inilah Dua Kenikmatan Besar Pada Manusia
Meskipun demikian, bukan berarti ayat kesepuluh menyampaikan bahwa bumi hanya untuk manusia, sebab makna lafadz لِلْأَنَامِ tidak semata-mata dipahami dengan “hanya untuk manusia”. Al-Imam Mutawalli Sya’rawiy menafsiri makna lafadz tersebut seperti ini :
ومعنى (لِلْأَنَامِ) لنبي الإنسان , وقالوا : بل يدخل فى الأنام كل ذي روح فالحيوانات بهذا المعنى هي من النام لأنها تأكل من زرع الأرض وتعيش عليها , وقالوا : الجن ايضا من الأنام.
Artinya : “Makna لِلْأَنَامِ adalah bagi manusia, mereka (mufassir) berpendapat : justru semua makhluk bernyawa termasuk pada kategori ‘anaam’, maka hewan pun, berpijak pada makna ini, adalah sesuatu yang berkembang, karena memakan tumbuhan dan hidup di bumi. Bahkan mereka (mufassir) berpendapat : jin juga termasuk kategori ‘anaam’. (Al-Imam M. Mutawalli Sya’rawiy, Tafsir Sya’rawi, [Kairo : Dar An-Nur, 2010] juz 17, hal. 164).
Pada tahap selanjutnya, ayat 11-12 menyampaikan: di bumi terdapat segala macam buah-buahan yang memiliki rasa, warna, dan bau yang beragam, pohon kurma yang memiliki kelopak bunga, dan biji-bijian yang memilik kulit yang menutupinya serta bau yang harum.
Dengan segala nikmat yang diterima khususnya oleh manusia, seharusnya manusia banyak bersyukur, namun faktanya tidak semua manusia mau mensyukuri nikmat alias mendustakannya. Maka Allah Swt mengingatkan mereka dengan ayat :
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar-Rahman [55]: 13)
Baca juga: Tafsir Surat Ar-Rahman Ayat 5 – 9: Tiga Nikmat yang Tampak di Langit dan Bumi
Imam Sya’rawiy menjelaskan; uslub (gaya bahasa) Al-Quran ketika menegaskan sesuatu seringkali dengan menggunakan bentuk istifham (pertanyaan), misalnya ayat ini. Ayat ini diulang 31 kali di dalam Surat Ar-Rahman ; 8 kali setelah ayat yang menjelaskan beberapa kenikmatan, 7 kali setelah menyebutkan neraka, 8 kali setelah mensifati surga, dan 8 kali setelah mensifati surga yang lefelnya dibawah surga tadi.
Jadi, ayat ini menegaskan kepada manusia, apakah mereka akan mendustakan nikmat yang telah dinikmati, atau sebaliknya. Wallahu A’lam.