BerandaTafsir TematikTafsir Surat Ar-Rahman Ayat 17: Peredaran Bumi, Bulan, dan Matahari serta Empat...

Tafsir Surat Ar-Rahman Ayat 17: Peredaran Bumi, Bulan, dan Matahari serta Empat Musim dan Iklim Bumi

Bumi adalah planet dihuni oleh jutaan umat manusia dari masa ke masa. Di bumi, manusia tinggal dengan semua kejadian alam yang menopang kehidupannya. Mulai dari silih bergantinya siang dan malam, pasang dan surut air laut, terjadinya empat musim, hingga adanya iklim bumi yang berbeda-beda di setiap wilayah.

Gejala-gejala dan peristiwa alam tersebut merupakan ayat kauniyah. Tanda-tanda yang Allah berikan kepada manusia agar ia bisa mengenal dan mengingat-Nya, tentunya bagi manusia yang mau berfikir dan bertafakkur. Karena begitu besar kasih sayang-Nya kepada manusia hingga apa yang ada di bumi ini sejatinya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, termasuk gejala pergantian empat musim dan adanya perbedaan iklim di masing-masing wilayah bumi. Adanya empat musim dan perbedaan iklim tersebut ternyata juga diisyaratkan Allah dalam Surat Ar-Rahman ayat 17.

Peredaran Bumi, Bulan, dan Matahari

Dalam surat Ar-Rahman ayat 17, Allah memberikan penegasan terhadap ayat kauniyah-Nya. Allah swt merajai dan mengatur kejadian di alam semesta. Adapun lafadz surat Ar-Rahman ayat 17 adalah sebagai berikut:

رَبُّ ٱلْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ ٱلْمَغْرِبَيْنِ

“Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.”

Di dalam Tafsir Kemenag ayat tersebut mengandung penjelasan tentang peredaran matahari dan bulan. Allah telah menciptakan keduanya kemudian mengatur peredarannya dengan perhitungan yang cermat dan tepat. Allah memelihara dua tempat tersebut, dua tempat terbenam matahari. Kemudian atas perubahan-perubahan tersebut muncullah siang dan malam serta musim yang silih berganti, kemudian iklim yang berbeda-beda di setiap bagian bumi.

Baca juga: Tafsir Surat Ar-Rahman Ayat 1-4: Inilah Dua Kenikmatan Besar Pada Manusia

Dua Timur dan Dua Barat menyiratkan bentuk Bumi yang bulat. Karena hanya pada benda-benda yang berbentuk seperti bola saja peristiwa-peristiwa yang seoerti itu dapat terjadi. Dalam ilmu pengetahuan seperti geografi bentuk bumi ini senyatanya memang bulat. Adanya aat ini membuktikan bahwa Al-Quran dan ilmu pengetahuan memang tidak ada pertentangan.

Ayat ini juga mengandung pengertian tentang peredaran Bumi yang mengelilingi Matahari. Kedua tempat terbit dan terbenam matahari yang disebutkan pada ayat di atas merupakan akibat dari berputarnya Bumi terhadap Matahari. Waktu perederan merekapun sangat tepat dan tidak pernah terlambat. Atas gerak peredaran Bumi dan Matahari tersebut muncullah kejadian siang dan malam seperti yang juga difirmankan Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 71, 72, dan 73.

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa peredaran Bumi ini tidak hanya berkaitan dengan Matahari saja, tetapi juga bersinggungan dengan Bulan. Bulan yang pada siang hari tidak tampak, dan hanya terlihat pada malam hari adalah akibat dari gerak orbit Bulan yang mengelilingi Bumi. Beberapa kejadian seperti fenomena gerhana bulan dan juga gerhana Matahari juga sebagai akibat dari gerak orbit ini.

Peredaran Bulan ini akhirnya dapat digunakan manusia sebagai acuan dalam menentukan sistem penanggalan dalam Islam. Sistem penanggalan tersebut bernama penanggalan Hijriyah. Di samping pula terdapat sistem penanggalan yang menurut peredaran Matahari yaitu sistem penanggalan Syamsiyah.

Baca juga: Tafsir Surat Al-Qamar Ayat 1: Fenomena Terbelahnya Bulan

Isyarat Empat Musim dan Perbedaan Iklim di Bumi

Peredaran Bumi, Bulan, dan Matahari yang terdapat dalam surat Ar-Rahman ayat 17 juga menimbulkan fenomena-fenomena alam lain yang juga berdampak bagi kehidupan manusia di bumi. Akibat peredaran tersebut muncullah empat musim di Bumi yang silih berganti.

Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain menuturkan bahwa ayat tersebut mengandung pengertian musim dingin dan musim panas. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah Quraish Shihab menjelaskan secara lebih detail dan rinci mengenai isyarat empat musim yang terdapat dalam surat Ar-Rahman ayat 17. Fenomena terbit dan terbenamnya Matahari di dua tempat tersebut disebabkan oleh kecondongan garis edar Bumi yang mengedari Matahari selama 523,5 derajat.

Ketika belahan Bumi utara yang condong ke Matahari pada musim panas akan mengakibatkan siang lebih panjang daripada malam. Kondisi ini berlangsung hingga matahari mencapai ujung utara garis bujur timur dan Barat. Lalu kembali sedikit demi sedikit hingga tiba musim gugur.

Kondisi pada musim ini mengakibatkan malam lebih panjang daripada siang dan berlangsung hingga Matahari bergeser ke selatan yang menjadi tanda dimulainya musim dingin. Kemudian Matahari akan bergeser hari demi hari hingga mencapai garis bujur Timur dan Barat pada saat musim semi.

Wahbah al-Zuhaili dalam al-Tafsir al-Wasith menjelaskan bahwa dua tempat terbit dan terbenam suah Ar-Rahman ayat 17 di atas adalah tempat terbit dan terbenam pada musim panas dan hujan yang  berarti Allah menjaga, mengatur dan memelihara matahari sehingga terjadi empat musih di bumi yaitu  semi, panas, gugur dan dingin. Selain itu akibat gerak orbit Bumi dan Maatahari ini muncullah perbedaan iklim yang terjadi di wilayah Bumi seperti iklim seperti iklim sedang, dingin, tropis dan subtropis.

Dalam kitab Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Takwil, al-Baidhawi menjelaskan bahwa dari surat Ar-Rahman ayat 17 tersebut mengandung pengetahuan tentang perbedaan iklim serta pergantian musim. Selain itu mengandung pengertian juga bahwa terdapat faedah manfaat yang Allah berikan kepada manusia dari fenomena tersebut.

Adanya perbedaan iklim dan pergantian musim tersebut membawa dampak yang baik bagi manusia seperti terjadinya musim tanam, musim panen, dan sebagainya yang memberikan manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk Allah yang lain untuk beraktivitas. Wallahu A’lam

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...