BerandaTafsir TematikTafsir Surat Yasin Ayat 38: Kuasa Allah Swt dalam Pergerakan Matahari

Tafsir Surat Yasin Ayat 38: Kuasa Allah Swt dalam Pergerakan Matahari

Artikel sebelumnya menyebutkan bahwa siang dan malam merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Swt. Adapun artikel ini akan membahas sebab terjadinya siang dan malam serta melihat lebih jauh bagaimana kuasa Allah Swt dalam pergerakan matahari. Untuk itu, mari kita simak tafsir surat Yasin ayat 38 berikut ini:

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Wasy syamsu tajrii limustaqarrin lahaa dzaalika taqdiirul ‘azizil ‘aliim.

Artinya:

(38) Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Hamka menjelaskan, pergantian siang dan malam yang disinggung di ayat 37 sebelumnya dipengaruhi oleh rotasi dan peredaran bumi mengelilingi matahari. Mana bagian bumi yang menghadap matahari, akan teranglah ia dan terjadilah siang. Dan mana bagiannya yang membelakangi matahari, jadilah ia gelap dan itulah yang disebut malam.

Dahulu orang-orang mengira bahwa matahari hanya berdiam di tempatnya sambil dikelilingi oleh bumi, namun kemudian terungkap bahwa matahari itu sendiri juga berjalan dan berputar pada porosnya. Ini sejalan dengan isyarat ilmiah dalam surat Yasin ayat 38 di atas pada ungkapan “tajri limustaqarrin laha.”

Husein al-Thabathaba’i dalam al-Mizan menafsirkan kata “tajri” (berlari) dengan “tataharrak” (bergerak) dan huruf lam dalam “limustaqarrin” menurutnya bermakna “ila lil-ghayah.” Maknanya, matahari senantiasa bergerak sampai menuju tempat perhentian atau akhir perjalanannya, yaitu kala kiamat tiba.

Sedikit berbeda dengan pendapat Ibn Kasir. Menurut Ibn Kasir kata “mustaqarr” dapat merujuk pada dimensi ruang (al-makani) dan waktu (az-zamani). Berdasarkan makna yang pertama, pergerakan matahari bertempat di bawah Arsy sebagaimana keadaan semua makhluk. Sementara berdasarkan makna yang kedua, matahari dipahami selalu bergerak sampai tibanya masa pemberhentian, yaitu hari kiamat.

Ibn Katsir dan Nawawi al-Bantani dalam tafsirnya juga menyebutkan riwayat dari Ibn Abbas yang membaca “la mustaqirrun laha.” Bila diterjemahkan, maknanya matahari itu tidak pernah berhenti dan tidak pernah diam, ia senantiasa bergerak siang dan malam sampai hari kiamat.

Wahbah az-Zuhaili menambahkan, bahwa berdasarkan ilmu astronomi, matahari berotasi pada porosnya dan sekaligus mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti. Maka perjalanan matahari pada ayat ini dapat bermakna ganda, yaitu berputar pada porosnya dan mengitari garis edarnya.

Kembali pada kata “tajri,” Quraish Shihab sendiri tetap memaknainya dengan ‘berlari’. Pemilihan diksi ini baginya mengindikasikan bahwa matahari memang benar-benar bergerak dengan cepat layaknya orang yang berlari. Dengan izin Allah Swt, matahari mampu menempuh perjalanan jauh dalam waktu yang relatif singkat.

Matahari yang menurut para astronom jauh lebih besar dan jauh lebih berat dari bumi itu bergerak dengan cepatnya secara teratur tanpa bertabrakan dengan bintang lain, dari semenjak penciptaannya hingga kini. Kecepatan revolusi matahari menurut perkiraan sekitar 720.000 km/jam. Hal itu merupakan bukti nyata kuasa Allah Swt.

Hamka juga menyatakan, ujung ayat 28 telah menegaskan bahwa pergerakan matahari beserta semua benda langit yang mengitarinya itu merupakan ketetapan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui. Hanya Allah Swt yang mampu menakdirkan fenomena tersebut dan mengetahui dengan jelas hikmah di baliknya.

Itulah secuil tafsir surat Yasin ayat 38 mengenai bukti kuasa Allah Swt dalam pergerakan matahari. Nantikan pembahasan tafsir surat Yasin berikutnya di portal tafsiralquran.id. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bis sawab.

Lukman Hakim
Lukman Hakim
Pegiat literasi di CRIS Foundation; mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...