Perasaan takut dan sedih merupakan perasaan yang dapat dialami oleh setiap orang. Apabila mendapatkan sebuah musibah, lazimnya manusia akan merasakan kesedihan. Kemudian apabila seseorang mengharapkan supaya tidak terjadi sesuatu padanya di masa yang akan datang, maka itu dinamakan sebagai orang yang merasakan kekhawatiran atau ketakutan. Namun, hal itu akan berbeda jika kita mencermati tafsir Surat Yunus ayat 62, yang menjelaskan tidak adanya rasa takut dan sedih bagi segolongan orang.
Golongan yang diberikan anugerah oleh Allah Swt. berupa ketiadaan rasa khawatir, takut, dan sedih itu adalah sebagai wali Allah Swt., berikut ini redaksi ayatnya:
أَلَاۤ إِنَّ أَوۡلِیَاۤءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ
“Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Q.S. Yunus (10): 62]
Baca juga: Maryam Binti ‘Imran, Perempuan yang Menjadi Wali Allah
Makna al-Khauf dan al-Huzn
Dalam Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir, Syekh Ibnu ‘Asyur menjelasaan bahwa makna al-khauf ialah tidak mengharapkan datangnya suatu perkara yang tidak disukai. Adapun al-huzn beliau artikan sebagai emosi, atau hancurnya jiwa sebagai akibat dari terjadinya perkara yang tak tidak diharapkan.
Perbedaan di antara keduanya–menurut Syekh Ibnu ‘Asyur–ialah rasa takut (khauf) itu dijumpai “sebelum” terjadinya perkara. Atau dengan kata lain tidak mengharapkan terjadinya suatu perkara di masa yang akan datang. Sedangkan rasa sedih (huzn) itu dapat dijumpai “setelah” terjadinya suatu perkara, baik atas dasar penyesalan maupun tidak.
Baca juga: Covid-19 dan Kisah Ketakutan Kepada Selain Allah dalam Al Quran
Ketika menafsirkan penggalan ayat “la khaufun ‘alaihim”, Imam Ibnu Katsir memberikan penjelasan bahwa ketakutan yang dimaksud ialah ketakutan mengenai masa depan mereka di akhirat kelak. Sedangkan penggalan ayat “wa la hum yahzanun”, beliau artikan sebagai kesedihan yang diakibatkan dari perilaku di masa lalu, yaitu yang dilakukannya ketika di dunia.
Kapan Rasa Aman dari Keduanya Diperoleh?
Merujuk kitab Hasyiyah as-Shawi, terdapat sepenggal penjelasan terkait ketiadaan rasa khawatir dan sedih bagi para wali Allah, yaitu karena mereka dijaga oleh Allah Swt. Dalam kitab tersebut, Syekh Ahmad bin Muhammad ash-Shawi menuturkan bahwa, para wali Allah itu senantiasa dijaga dari segala hal yang mungkin menyebabkan mereka merasakan ketakutan dan kesedihan di akhirat kelak.
Penafsiran tersebut beliau dasarkan pada hadis Nabi Saw., yang diceritakan oleh Sayyidina Umar bin Khattab r.a., menyangkut keadaan para wali Allah Swt. di akhirat kelak.
لا يَخافونَ إذا خافَ النَّاسُ، ولا يَحزَنونَ إذا حزِنَ النَّاسُ
“Mereka tidak takut tatkala manusia lainnya merasa takut dan tidak sedih tatkala manusia lainnya bersedih.” (H.R. Abu Dawud)
Secara zahir, ketiadaan rasa takut dan sedih itu mungkin saja dapat diperoleh para wali Allah Swt., baik di dunia maupun di akhirat. Akan tetapi melalui Tafsir Mafatih al-Ghaib, Imam Fakhruddin ar-Razi menajukan dua argumen penolakan terhadap pendapat yang menyebutkan bahwa ketiadaan rasa takut dan rasa sedih bagi para wali dalam surah Yunus ayat 62 ini dianggap berlaku di dunia.
Baca juga: Kisah Teladan Nabi di Bulan Muharram; Nabi Yunus Keluar dari Perut Ikan Paus
Pertama, seseorang tidak mungkin dapat aman dari kekhawatiran dan kesedihan ketika di dunia, karena sebagaimana maklum bahwa dunia merupakan tempatnya kekhawatiran dan kesedihan. Bahkan bagi orang mukmin sekali pun. Argumen ini beliau dasarkan pada hadis Nabi yang menerangkan bahwa dunia merupakan penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Dunia adalah penjara orang yang beriman, dan surganya orang kafir.” (H.R. Muslim)
Kedua, bahwasanya orang beriman, meski pun hidupnya di dunia terlihat tenang, akan tetapi mereka bukan berarti tidak merasakan kesusahan atau kesedihan berkaitan dengan urusan akhiratnya kelak. Kesusahan itu dapat muncul tatkala mereka merasa telah meninggalkan ketaatan pada Allah, meski hanya sesaat. Itulah argumen Syekh Fakhruddin ar-Razi berkaitan dengan pe-nafi-an al-khauf dan al-huzn bagi para wali Allah Swt. dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 62.
Apabila kedua argumen di atas dapat menjadi penolak atas pendapat yang menyatakan bahwa ketiadaan rasa takut dan rasa sedih diperoleh para wali Allah di dunia, maka semakin kukuhlah pendapat yang menyatakan bahwa rasa aman dari keduanya dalam surah Yunus ayat 62 hanya berlaku di akhirat kelak. Wallahu a’lam[]