BerandaTafsir TematikTafsir TarbawiTiga Fase yang Harus Dilalui Pelajar dalam Menuntut ilmu

Tiga Fase yang Harus Dilalui Pelajar dalam Menuntut ilmu

Dalam menuntut ilmu, ada beberapa fase atau tahapan yang harus dilalui bagi pelajar. Fase ini akan menentukan seberapa kuat dan seberapa lama dia bisa bertahan tatkala ditempa berbagai ujian dalam menuntut ilmu. Sekurang-kurangnya ada tiga fase yang harus dilalui oleh pelajar, yaitu bersabar, berprasangka baik (husnuzan) dan bersyukur. Ketiga fase ini akan diulas dalam tulisan ini sebagai berikut.

Bersabar

Fase pertama adalah bersabar. Sabar adalah satu keadaan ketika seseorang mengalami kesulitan tanpa diiringi sumpah serapah dan putus asa, mampu mengendalikan hawa nafsunya, dan bangkit kembali. Itulah sabar. Allah Swt. berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Q.S. Albaqarah [2]: 153).

Imam al-Ghazali dalam Mukasyafatul Qulub, membagi sabar menjadi tiga bagian,

وَالصَّبْرُ عَلَى اَوْجَهِ صَبْرُ عَلَى طَاعَةِ اللهِ وَصَبْرُ عَلَى مَحَارِمِهِ وَصَبْرُ عَلَى الْمُصِيْبَةِ

Sabar terdiri dari beberapa bagian; sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjahui larangan-larangan Allah, dan sabar dalam menerima musibah.

Dalam konteks ini, bagi pelajar, sabar yang dimaksud adalah sabar dalam menuntut ilmu. Misalnya, ketika dia mendapati sulitnya dalam menghafal atau mencerna penjelasan guru, muncul rasa malas, intensitas bermain yang lebih banyak ketimbang belajar, beribadah malas, dan semacamnya. Semuanya tersebut adalah godaan, cobaan dan ujian bagi pelajar apakah dia mengikuti hawa nafsunya atau justru mengendalikannya dengan bangkit dan semangat untuk belajar.

Sebab, kesabaran dan ketabahan, seperti yang dijelaskan Syekh Az-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim, adalah modal utama bagi pelajar dalam menuntut ilmu. Syekh Az-Zarnuji berkata,

“Ketahuilah, bahwa kesabaran dan ketabahan atau ketekunan adalah pokok dari segala urusan. Namun, jarang sekali orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut.”

Dalam syairnya disebutkan,

لكل إلى شأو العلى حركات  #  ولكن عزيز فى الرجال ثبات

Setiap orang pasti mempunyai hasrat memperoleh kedudukan atau martabat yang mulia. Namun, jarang sekali orang yang mempunyai sifat tabah.

Di samping itu, menurut Syekh Az-Zarnuji, definisi keberanian adalah mereka yang bersabar ketika ditimpa kesulitan dan penderitaan. Beliau mengatakan,

“Ada yang berkata bahwa keberanian adalah kesabaran menghadapi kesulitan dan penderitaan. Oleh karena itu, seorang santri harus berani bertahan dan bersabar dalam mengaji kepada seorang guru dan dalam membaca sebuah kitab. Tidak meninggalkannya sebelum tamat atau selesai. Tidak pindah-pindah dari satu guru ke guru yang lain; dari satu ilmu ke ilmu yang lain, padahal ilmu yang dipelajari belum dia kuasai sepenuhnya.”

Lanjut Syekh Az-Zarnuji, seorang pelajar tidak boleh dikalahkan oleh hawa nafsunya. Justru, dia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya dengan baik.

“Sungguh hawa nafsu itu rendah nilainya. Siapa yang terkalahkan oleh hawa nafsunya berarti dia terkalahkan oleh kehinaan.”

Baca juga: Tiga Macam Sikap Sabar yang Digambarkan dalam Alquran

Berhusnuzan

Fase kedua yang harus dilalui oleh pelajar adalah berhusnuzan (berprasangka baik). Husnuzan adalah bagian dari ibadah kepada Allah. Bagi pelajar, dia wajib berhusnuzan dalam setiap kejadian yang dia alami, baik yang sifatnya enak maupun yang dianggap sebagai penderitaan dan kesulitan. Karena Allah Swt. sendiri menegaskan dalam firman-Nya,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang (Q.S. Alhujurat [49]: 12).

Tidak elok bagi pelajar bersuuzan (berprasangka buruk) kepada Allah Swt. atas kejadian yang tidak menyenangkan baginya. Jadi, ketika seorang pelajar mengalami kesulitan, dia hendaknya tidak lantas putus asa, tetapi justru berprasangka baik atas kejadian yang menimpanya.

Ambil contoh, ketika dia diminta oleh guru menghafalkan suatu materi, dia tidak membantahnya sedikitpun meski baginya itu sulit, tetapi justru menghafalkan segiat-giatnya agar hafal. Dia tidak memikirkan untung rugi di dalam menerima perintah guru, atau menganggapnya suatu pekerjaan yang berat. Justru dia berbaik sangka dan mengatakan dalam hati, “Barangkali ini adalah cara saya agar bisa belajar dan menambah pengetahuan, sulit bukanlah suatu halangan. Pantang mundur sebelum hafal.”

Hal-hal semacam ini harus dipupuk dan dibiasakan sejak dini bagi pelajar agar dia tumbuh tangguh dan berjiwa dewasa sehingga kelak dia mampu “mengemong” masyarakat tanpa mengeluh. Ibnu Abi ad-Dunya dalam Husnuzan Billah menulis riwayat Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw. yang bersabda:

إِنَّ حُسْنَ الظَّنِّ بِاللهِ مِنْ حُسْنِ الْعِبَادَةِ

Sungguh, berbaik sangka kepada Allah termasuk merupakan ibadah terbaik.

Berbaik sangka juga menunjukkan bukti kecintaan kita kepada Allah. Bukankah keridaan Allah segala-galanya bagi pelajar? Tanpa rida Allah mustahil kita dapat melalui setiap proses menuntut ilmu dengan baik.

Baca juga: Jangan Berprasangka Buruk! Renungkanlah Pesan Surah Al-Hujurat Ayat 12

Bersyukur

Fase ketiga adalah bersyukur. Bersyukur ini menempati kedudukan yang paling tinggi. Jikalau fase pertama dan kedua berada dalam tingkat keimanan yang menengah, maka bersyukur menempati tingkat keimanan yang paling tinggi. Artinya, apapun kejadian yang menimpanya, dia secara refleks bersyukur kepada Allah. Selain itu, bersyukur merupakan puncak peradaban kemanusiaan yang unggul.

Dalam peradaban Jawa, kata syukur biasanya terekspresikan dengan “untunge gak kenek iki” (beruntungnya tidak terkena bagian ini). Kata “untunge” menggambarkan strata kebudayaan yang paling tinggi, karena dia tidak melewati fase sabar dan prasangka baik. Ketika dia sudah bisa bersyukur, fase sabar dan husnuzan sudah include di dalamnya. Hal ini harus diteladani oleh pelajar.

Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Luqman: 12; “Barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri…” Lebih dari itu, KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama dalam Adabul ‘Alim wal Muta’allim mengatakan,

“Termasuk salah satu kategori akhlak mardhiyyah (akhlak yang diridai oleh Allah Swt.) adalah memperbanyak tobat, ikhlas, yakin, takwa, sabar, rida, qana’ah (menerima apa adanya), zuhud, tawakkal, berserah diri kepada Allah, hati yang baik, berprasangka yang baik, memaafkan, budi pekerti yang luhur, melihat hal-hal yang baik, mensyukuri nikmat, kasih sayang terhadap makhluk Allah, dan memiliki sifat malu kepada Allah Swt.”

Selain itu, Syekh Az-Zarnuji juga berpesan kepada pelajar,

“Dalam menuntut ilmu juga harus didasari niat untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Jangan sampai terbesit niat supaya dihormati masyarakat, untuk mendapatkan harta dunia, atau agar mendapat kehormatan di hadapan pejabat atau lainnya”.

Wallahu a’lam.

Baca juga: Inilah Tiga Kiat-Kiat Agar Kita Selalu Bersyukur dalam Menjalani Kehidupan

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...