Untuk memahami ayat-ayat al-Qur’ān, ada banyak pendekatan yang digunakan oleh ahli tafsir. Salah satu pendekatan yang populer digunakan oleh ahli tafsir adalah tafsir tematik atau maudhu’i. Tafsir tematik tidak hanya menggunakan model tafsir kata per kata atau ayat per ayat, tetapi juga melihat kesatuan tema yang dibahas dalam keseluruhan ayat atau surah. Tafsir Tematik mempunyai tiga jenis, berikut ketiga jenis tersebut.
- Tafsīr mauḍū’ī li al-musthalah al-Qur’ānī
- Tafsīr mauḍū’ī li al-mauḍū’ al-Qur’ānī
- Tafsīr mauḍū’ī li al-surah al-Qur’ānī
Tafsīr mauḍū’ī li al-musthalah al-Qur’ānī
Tafsir tematik ini berfokus pada istilah-istilah dan kosakata dalam al-Qur’ān. Peneliti memilih satu kata atau istilah yang ada dalam al-Qur’ān kemudian melacaknya dalam semua surah. Peneliti tersebut juga mengamati istiqaq atau derivasi dari kata yang sedang diteliti, dilanjutkan dengan mengkaji ayat-ayat yang di dalamnya terkandung istilah yang diteliti secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk mengungkap makna, keindahan, serta kebenaran yang ada di dalamnya. Ada banyak istilah dalam al-Qur’ān yang bisa dijadikan sebagai objek kajian, seperti: kata al-salam, al-jihād, al-ummah, al-‘adlu, dan lain sebagainya.
Beberapa ulama dan karya mereka yang menjadi sumber acuan dalam kajian tafsir ini berdasarkan analisis linguistik adalah kitab Imam Raghib Al-Isfahani yang berjudul Mufradāt Alfādz al-Qur’ān begitu juga kitab Al-Khatib Al-Damghani yang berjudul Islah Al-Wujūh Wa Al-Nadāir Fī al-Qur’ān, dan dalam kitab Umdat Al-Hufādz fī Tafsīr Ashraf Alfādz karya Al-Samin Al-Halabi.
Baca juga: Abdul Hayy Al-Farmawi: Pencetus Metode Tematik dalam Tafsir
Kemudian pendekatan penelitian ini beracuan pada kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfādz al-Qur’ān karya Muhammad Fuād Abd al-Bāqī, sebuah indeks kata-kata Al-Qur’an yang membantu menemukan konteks penggunaan kata tertentu. Contoh kitabnya adalah kitab Ahmad Hassan Farhat, Musthalahāt al-Qur’ān. Farhat membuat studinya dengan judul Bahtsu Qur’ānī wa Darbun min al-Tafsīr Al-Mauḍū’ī.
Tafsīr mauḍū’ī li al-mauḍū’ al-Qur’ānī
Tafsir tematik jenis ini berfokus pada tema-tema umum yang ada dalam al-Qur’ān, dengan cara memilih salah satu tema, selanjutnya mengkaji ayat-ayat al-Qur’ān yang membicarakan tema tersebut lalu menggali makna yang terkandung di dalamnya. Peneliti memilih tema yang memiliki dimensi realistis yang bersifat reformasi, bidang ilmiah yang bersifat konseptual, atau wawasan pendidikan yang berkaitan dengan akhlak, juga tema-tema yang sangat dibutuhkan oleh umat muslim masa modern.
Ketika peneliti memilih tafsir tematik al-mauḍū’ al-qur’ānī, dia menyadari bahwa dengan penelitiannya ini, dia akan memberikan kontribusi ilmiah, pendidikan, budaya, dan dakwah kepada umat muslim. Dia berharap dapat membantu menyelesaikan masalah mereka, mengatasi penyakit sosial mereka, serta meningkatkan taraf kehidupan mereka. Tafsir tematik jenis ini yang memiliki karakter tersebut dan yang mencapat tujuan ini sangat banyak. Di antaranya: Nidzām al-Hukm min Khalāl al-Qur’ān, al-Dzulm wa al-Dzālimūn kamā tahaddatsa ‘anhum al-Qur’ān, al-Shabr fī al-Qur’ān, Tharīq al-Da’wah fī al-Qur’ān, al-Syakhsyiyyah al-Yahudiyyah min Khalāl al-Qur’ān, dan lain sebagainya.
Perbedaan al-musthalah al-Qur’ānī dengan al-Mauḍū’ al-Qur’ānī
Dalam tafsīr mauḍū’ī li al-musthalah al-Qur’ānī, peneliti lebih memfokuskan pada kata atau istilah tertentu yang ada dalam al-Qur’ān. Pendekatan ini meliputi: mengkaji makna istilah tersebut dalam kamus bahasa Arab, istiqaq dan tasrif-nya dalam al-Qur’ān, mengamati perubahan makna istilah tersebut dalam berbagai konteks ayat, menganalisis hikmah dan makna tersirat dari penggunaan istilah tersebut, dan menghubungkan makna istilah dengan realitas yang relevan dengan kehidupan muslim masa modern.
Adapun jenis tematik yang kedua, pendekatannya lebih luas dari pada pendekatan jenia yang pertama. Di sini peneliti mengkaji: ayat-ayat yang membahas tema tersebut. Ayat-ayat lain yang memiliki hubungan atau kesamaan dengan tema tersebut. Ayat-ayat yang memberikan penjelasan atau mendukung pemahaman tema tersebut. Pendekatan ini lebih fokus pada penggalian solusi untuk kebutuhan dan kemaslahatan umat melalui tema tersebut, walaupun sedikit mengurangi penekanan pada kajian bahasa dan gaya bahasa.
Tafsīr mauḍū’ī li al-surah al-Qur’ānī
Dalam menerapkan metode tafsir tematik ini, peneliti memilih salah satu surah dalam al-Qur’ān untuk diteliti secara detail. Surah tersebut ditelaah dengan pandangan yang objektif dan penuh perenungan, menelusuri posisi surah, maqashid/tujuan, dan garis besar tema-tema yang terkandung di dalamnya. Dari penelitian ini, dihasilkan analisis dan kajian tematik yang lengkap, sehingga surah tersebut tampak sebagai satu kesatuan tematik yang terorganisir. Seperti yang diketahui bahwa pada setiap surah dalam al-Qur’ān dihitung sebagai unit tematik (wahdah maudhu’iyyah) yang utuh dengan karakteristik unik. Surah-surah tersebut mengandung satu tema utama yang di dalamnya terdapat sub-tema yang saling berkaitan.
Baca juga: Mengenal Kitab Wa ‘Allama Adam Al-Asma’: Tafsir Tematik Karya Ahmad Yasin Asymuni
Sebagian mufasir terdahulu telah memiliki wawasan mengenai jenis tafsir tematik ini, dan kesadaran akan kesatuan tematik dalam surah-surah al-Qur’ān. Di anataranya Imam al-Zamakhsyarī, Imam Fakhr al-Dīn al-Rāzī, dan Imam al-Qummī al-Naisābūrī. Mereka memberikan analisis dan ungkapan tertentu terkait hal ini, tetapi masih belum menggunakan metode ilmiah yang sistematis seperti yang dikenal saat ini.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis tafsir tematik ini memiliki ciri khas tersendiri dan mempunyai fokus berbeda-beda. Ada yang fokus pada istilah atau kosakata, ada juga yang fokus pada tema, dan terakhir dari tafsir tematik ini fokus pada surah tertentu dari al-Qur’ān. Allahu a’lam.