Zaghlul al-Najjar dengan karya tafsirnya, Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim meramaikan dunia penafsiran dengan warna yang berbeda. Di tafsir ini kita bisa melihat penafsiran Al-Quran dari seorang ahli geologi.
Kajian penafsiran Al-Quran senantiasa berkembang seiring berubahnya zaman dan realitas yang ada di masyarakat. Pesatnya perkembangan keilmuan dan teknologi mengakibatkan munculnya metode tafsir yang mengadopsi ilmu-ilmu sains modern dalam proses interpretasi ayat Al-Quran. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaga relevansi Al-Quran dalam menjawab tantangan zaman. Metode tafsir tersebut dalam kajian Al-Quran disebut dengan istilah Manhaj at-Tafsir al-’Ilmy.
Tafsir Ilmy adalah suatu bentuk model penafsiran yang menfokuskan pada kajian di bidang ilmiah (sains), untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat kauniyah atau hal-hal yang berkaitan dengan alam. Salah satu tokoh ilmuwan muslim kontemporer yang menggeluti bidang ini adalah Guru Besar Geologi asal Mesir, Zaghlul al-Najjar.
Biografi Singkat
Pakar tafsir sains Al-Quran yang bernama lengkap Zaghlul Raghib Muhammad al-Najjar ini dilahirkan pada tanggal 17 November tahun 1933, di Desa Mashal, Mesir. Pendidikan awal tentang Al-Quran ia dapatkan dari orang tuanya. Berkat didikan ayahnya tersebut, al-Najjar mampu mengkhatamkan Al-Quran sebelum genap berusia 9 tahun.
Setelah dewasa, ia menempuh pendidikan sarjana dalam keilmuan Geologi di Fakultas Sains, Cairo University. al-Najjar lulus dan mendapatkan gelar sarjana pada tahun 1955, dengan predikat summa cumlaude (martabah al-syarf). Tidak berhenti disitu, al-Najjar kemudian melanjutkan studi doktoral di University of Wales, Inggris dan lulus pada tahun 1963. Kemudian, pada tahun 1972, al-Najjar mencapai puncak karir akademiknya sebagai guru besar ilmu geologi di Kuwait University.
Baca Juga: Syekh Tantawi Jauhari: Sang Pelopor Tafsir Ilmi Modern
Sebagai pakar geologi, al-Najjar telah mengajar di berbagai kampus top dunia, antara lain seperti Ain Shams University, King Saud University, University College of Wales, University of Qatar, dan King Fahd University of Petroleum and Minerals. Selain mengajar, ia juga aktif menjabat berbagai jabatan ilmiah dan mendapat banyak penghargaan. Salah satu penghargaan yang ia dapatkan adalah grant award berupa medali emas dari Presiden Sudan, dan masuk dalam 500 tokoh paling berpengaruh di dunia edisi tahun 2020.
Zaghlul al-Najjar dikenal sebagai ilmuwan muslim yang sangat produktif. Lebih dari 200 artikel ilmiah, dan 25 buku telah ia terbitkan. Ia juga telah membimbing 45 tesis dan disertasi di berbagai perguruan tinggi. Beberapa karya al-Najjar antara lain: al-Ardh fi al-Qur’an al-Karim, Risalati ila al-Ummah, ‘Ulum al-Ardh fi Hadarah al-Islamiyyah, Madkhal ila Dirasah al-I’jaz al-’Ilmy, dan banyak lainya. Dari banyak karya tersebut, salah satu karya monumentalnya adalah Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim.
Sekilas tentang Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim
Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim merupakan produk tafsir yang mengkaji makna ayat-ayat Al-Quran melalui pendekatan ilmiah. Menurut Syekh Tanthawi Jauhari, total jumlah ayat kauniyah dalam Al-Qur’an adalah 750 ayat. Namun dalam karya tersebut diringkas oleh al-Najjar menjadi 176 ayat dalam 66 surat. Ayat-ayat ini kemudian yang dijadikan sebagai tema utama dalam kajiannya. Sedang ayat-ayat kauniyah lain yang memiliki kesamaan tema akan dimerger ke dalam pembahasan 176 ayat tersebut.
Karya tafsir tersebut terbagi menjadi 4 jilid pembahasan. Jilid pertama membahas ayat-ayat kauniyah dalam surat Al-Baqarah sampai surat Al-Isra. Jilid kedua terdiri dari surat Al-Kahfi hingga surah Luqman. Jilid ketiga berisi surat As-Sajadah sampai surat Al-Qamar. Dan yang terakhir, jilid keempat yaitu surat Ar-Rahman hingga Surat Al-Qari’ah.
Sebelum menafsirkan satu persatu ayat, al-Najjar terlebih dahulu memberikan pendahuluan berupa penjelasan seputar kajian tafsir ilmiy, seperti definisi dan macam-macam i’jaz dalam Al-Quran, sejarah metode tafsir ilmiy, pentingnya tafsir ilmiy, serta berbagai hal yang melatar belakangi penggunaan pendekatan ilmiah dalam proses penfsiran Al-Qur’an. (Zaghlul al-Najar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim, hal. 25-55) Setelah menjelaskan hal tersebut, al-Najjar kemudian menafsirkan satu persatu ayat kauniyah yang sudah dipilih.
Karya tafsir tersebut pada dasarnya merupakan model tafsir yang bersifat maudhu’i (tematik). Dalam proses penafsiranya, al-Najjar menguraikan ayat-ayat kauniyah yang dipilih sesuai urutan tartib mushafi dan dijelaskan secara tahlili (komprehensif).
Sebagai contoh penafsirannya dapat kita lihat di surat Ali Imran [3] ayat 59:
اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ –
“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.”
Setiap memasuki tema ayat yang berbeda, al-Najjar selalu memberikan visualisasi berupa gambar ilmiah terkait tema yang akan dibahas. Misal ketika membahas ayat tentang proses penciptaan manusia, al-Najjar menyajikan gambar biologis tentang janin, rahim, embrio, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Menilik Kehadiran Tafsir Ilmi
Dalam menafsirkan ayat tentang penciptaan manusia tersebut, Zaghlul al-Najjar menguraikan terlebih dahulu ayat-ayat yang memiliki tema pembahasan yang sama tentang penciptaan manusia, seperti Q.S. al-Kahfi [18]: 37, Q.S. al-Hajj [22]: 5, Q.S. al-Rum [30]: 20, Q.S. Fathir [35]: 11, Q.S. Ghafir [40]: 67 dan seterusnya. Setelah itu, Zaghlul al-Najjar menjelaskan proses penciptaan manusia dalam ayat tersebut melalui pendekatan ilmiah yaitu menggunakan ilmu biologi. Sehingga, banyak ditemukan penggunaan istilah-istilah biologi dalam tafsir ayat tersebut, seperti istilah Nucleotides, Dnacodon, Alpha Type, Polypeptides, dan Peptide Bond. (Zaghlul al-Najar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim, hal. 142-143)
Demikian sekilas tentang Zaghlul Al-Najjar dan contoh penafisirannya. Sangat inspiratif!
Wallahu A’lam