BerandaTafsir TematikZikir sebagai Upaya Menggapai Kesehatan Mental

Zikir sebagai Upaya Menggapai Kesehatan Mental

Saat ini, kesehatan mental dipandang sebagai isu yang penting dan harus ditangani secara serius. Mengapa demikian? Karena psikologis seseorang merupakan salah satu faktor pembentuk jiwa dan dapat menentukan apakah seseorang tersebut sehat atau tidak (jasmani dan rohani).

Pengalaman hidup yang berbeda mempengaruhi pengelolaan emosi seseorang. Kejadian tak menyenangkan yang menimbulkan ketakutan, kecemasan, perasaan sedih, dan trauma juga mempengaruhi daya pengontrolan emosi dan diri seseorang. Dalam Pendekatan Psychoterapy Al-Qur’an dalam Gangguan Kesehatan Mental (Suatu Kajian Psikologi Agama) karya Alam Budi Kusuma, dijelaskan beberapa ciri dari terganggunya mental yakni lemas, kelelahan, jantung berdebar-debar, perilaku menyimpang, halusinasi, stress, dan sulit berkonsentrasi.

Sementara itu, di dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang membahas mengenai isu mental health dengan berbagai istilah. Namun, pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut membutuhkan penjelasan oleh para ahli di bidangnya yakni penafsiran yang dilakukan oleh para mufasir.

Baca Juga: Tanggapan Fred Donner atas Kajian Otentisitas Al-Quran Para Revisionis

Mengingat pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan manusia, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas terkait dzikr sebagai upaya menggapai kesehatan mental dalam penafsiran Surah Ar-Ra’du ayat 28.

Prinsip dan Indikator Kesehatan Mental

Prinsip dari kesehatan mental menurut Syamsu Yusuf dalam Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama, dipengaruhi oleh beberapa aspek yang terdapat di sekitarnya seperti ikatan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan Tuhan serta takdirnya sebagai mahluk hidup.

Adapun ciri-ciri sehatnya mental seseorang, menurut Ramayulis dalam Psikologis Agama dapat diketahui dengan melihat beberapa hal berikut yakni: Pertama, terhindar dari penyakit dan gangguan jiwa. Kedua, mampu menyesuaikan diri dan menjalin hubungan antara individu. Ketiga, mampu menggunakan potensi diri untuk diri sendiri maupun orang lain. Keempat, berusaha untuk menjalankan kewajiban dalam agama dengan penuh rasa keyakinan dan taqwa.

Gangguan Mental

Gangguan mental atau jiwa dapat juga disebut dengan istilah mental disorder. Penyakit yang menyerang mental seseorang ini diketahui terjadi akibat kacaunya kesehatan dan fungsi mental seseorang akibat gagalnya mekanisme adaptasi elemen-elemen jiwa dengan ketegangan maupun persoalan hidup yang sedang dihadapi.

Di antara ciri-ciri orang yang mengidap gangguan mental, seperti yang disebutkan oleh Abdul Hamid dalam Agama dan Kesehatan Mental dalam Perspektif Psikologi Agama, yakni depresi, stress, jantung berdebar-debar, dan sulit berkonsentrasi. Selain itu, gangguan mental juga dapat mengakibatkan seseorang menjadi alkoholik dan memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Penafsiran Surah Ar-Ra’du ayat 28

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Penafsiran ayat ini memiliki inti pembahasan tentang ketenangan hati. Pada ayat ini, Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa jika menginginkan ketenangan dan ketentraman hati, hal yang harus dilakukan adalah dengan mengingat atau zikir menyebut nama Allah Swt. Namun, zikir tersebut tidak boleh hanya diucapkan di lisan saja melainkan harus diresapi dengan pikiran dan hati serta dengan penuh rasa keyakinan bahwa Allah Swt adalah Rabb semesta alam. Dijelaskan pula bahwa jika zikir yang dilakukan secara terus menerus dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental.

Sementara itu, dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir oleh Dr. Muhammad Sulaiman al-Asyqar, ayat tersebut memiliki makna bahwa dzikr yang dimaksud adalah seperti bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil, ataupun membaca al-Quran. Sedangkan yang dimaksud dengan “orang-orang yang beriman” yakni orang yang mendapat petunjuknya dan juga mau bertaubat kepada Allah Swt atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Kemudian dijelaskan pula bahwa dengan berzikir kepada Allah Swt akan didapatkan rasa tentram dan tenang yang tidak sebanding dengan ketentraman yang diperoleh dari kehidupan duniawi.

Adapun kontekstualisasi ayat tersebut yakni menunjukkan bahwa betapa pentingnya manfaat zikir bagi kehidupan. Seperti yang telah disebutkan, bahwa orang beriman adalah orang yang mendapat petunjuk-Nya dan mau bertaubat atas segala kesalahan yang pernah diperbuat. Zikir merupakan salah satu sarana untuk meminta ampun kepada Allah Swt sekaligus dapat menjadi salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Lalu apa pengaruhnya terhadap sehat atau tidaknya mental seseorang? Berdasarkan penafsiran di atas terdapat beberapa poin penting yang perlu digarisbawahi yakni Pertama, keimanan terhadap Allah Swt sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental sebab apabila beriman kepada Allah Swt, maka segala sesuatu yang terjadi (buruk atau baik), seseorang akan yakin bahwa Allah Swt lah yang mengaturnya dan pasti ada hikmah dibaliknya. Kedua, al-Quran merupakan salah satu obat bagi orang yang memiliki gangguan mental.

Baca Juga: Tafsir Surah Ali Imran Ayat 139: Larangan Bersikap Pesimis

Alquran memiliki nama lain sebagai ­as-Syifa’ yang berarti obat atau penyembuh. Hal ini dapat terbukti dari ayat-ayat yang membahas berbagai obat-obatan bagi penyakit fisik. Tidak hanya itu, al-Quran juga terbukti dapat menjadi obat bagi orang-orang yang memiliki gangguan kesehatan mental. Ketiga, zikir merupakan salah satu cara untuk mencapai kesehatan mental. Karena dengan berzikir hati manusia akan menjadi tenang disebabkan dapat menerima segala sesuatu yang terjadi dengan rasa ikhlas.

Kesimpulan

Mengingat maraknya isu kesehatan mental pada saat ini, penulis berupaya untuk mengulas pembahasan mengenai penafsiran ayat yang membahas terkait kesehatan mental yakni QS. Ar-Ra’du ayat 28 beserta dengan kontekstualisasinya. Adapun penafsiran tersebut memiliki beberapa inti pesan yakni zikir merupakan salah satu cara untuk mencapai kesehatan mental, keimanan terhadap Allah Swt sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental, dan Alquran merupakan salah satu obat bagi orang yang memiliki gangguan mental. Wallahu a’lam.

Yasmin Karima Fadilla Suwandi
Yasmin Karima Fadilla Suwandi
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogykarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Hijrah ala Ratu Bilqis: Berani Berubah dan Berpikir Terbuka

Hijrah ala Ratu Bilqis: Berani Berubah dan Berpikir Terbuka

0
Islam terus menjadi agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Menurut laporan Pew Research Center, populasi muslim global diproyeksikan meningkat sekitar 35% dalam 20 tahun,...