BerandaUlumul Quran12 Golongan yang Terhindar dari Keresahan Hati: Telaah Makna Khauf dalam Al-Quran (1)

12 Golongan yang Terhindar dari Keresahan Hati: Telaah Makna Khauf dalam Al-Quran (1)

Perasaan takut, cemas dan resah hati, dalam istilah bahasa Arab disebut khauf (خوف). Dalam kamus al-munjid, khauf berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana, maupun terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Kata khauf dalam Al-Quran telah disebutkan di berbagai ayat dan surat. Kata khauf selanjutnya diadopsi oleh ahli sufi sebagai salah satu tahapan-tahapan (maqamat) dalam menempuh jalan spiritual.

Ditemukan sekitar 120 kata khauf dalam Al-Quran dengan berbagai macam derefasinya. Namun secara keseluruhan, khauf  dalam Al-Quran berarti perasaan takut terhadap sesuatu di dunia maupun kelak di akhirat. Ketika berhubungan dengan konteks di dunia, maka khauf berarti takut terhadap ancaman atau serangan dari makhluk lain. Bahkan disebutkan juga takut terhadap suatu hal yang akan menimpanya. Hal ini seperti yang disebutkan dalam ke dua ayat berikut:

فَمَآ ءَامَنَ لِمُوسَىٰٓ إِلَّا ذُرِّيَّةٞ مِّن قَوۡمِهِۦ عَلَىٰ خَوۡفٖ مِّن فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِيْهِمۡ أَن يَفۡتِنَهُمۡۚ

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir´aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. (Qs. Yunus: 83)

Baca juga: Dinamika Penerjemahan Al-Quran di Indonesia: dari Perdebatan Awal hingga Revisi Terjemahan Secara Berkala

Pada ayat tersebut, khauf berarti rasa takut yang dilanda oleh umat Nabi Musa as. Mereka takut akan ancaman dan siksaan Fir’aun apabila ketahuan mengimani dan mengikuti Nabi Musa as.

ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۢ

 Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Qs. Quraisy: 4)

Ketakutan (khauf) dalam ayat ini adalah ketakutan yang dialami oleh orang-orang Quraisy dalam perjalan rutinnya di musim dingin dan musim panas. Hal ini disebabkan, pada saat perjalanan, banyak kendala yang dijumpai. Oleh karenanya, Allah memberikan rasa aman dan menghilangkan ketakutan mereka melalui pertolongan-Nya, serta jaminan keamanan dari penguasa negara-negara lain.

Adapun dalam konteks akhirat, khauf berarti perasaan takut dan cemas terhadap ancaman azab dan siksaan Allah. Khauf ini muncul di hati orang-orang yang tidak beriman teguh kepada Allah dan melanggar perintah-perintah-Nya. Namun, jika rasa takut ini membawa seseorang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka khauf yang demikian dapat menuju ke tingkat khasyah.

Khasyah merupakan rasa takut yang tumbuh dari pengetahuan yang benar dan sempurna tentang Allah swt., bukan praduga atau khayalan semata. Rasa takut yang diiringi dengan ma’rifatullah inilah yang menjadikan seseorang lebih dekat kepada Allah swt. Sehingga, ia menjadi patuh terhadap perintah dan hukum-Nya.

Baca juga: Benarkah Mencium Mushaf Al-Quran Itu Bid’ah?

Selain banyak menyebutkan khauf dalam konteks akhirat, Al-Quran juga menjelaskan golongan yang dijamin oleh Allah akan terhidar dari keresahan hati tersebut. Berikut adalah kriteria dari 12 golongan yang tidak akan merasakan ketakutan, kecemasan, dan keresahan dalam hatinya terhadap azab dan siksaan Allah.

Berikut 12 Golongan yang Mampu Menghindari Rasa Ketakutan

  1. Mengikuti Petunjuk Allah (Al-Quran) serta Mengamalkannya

Hal ini disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 38:

قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡهَا جَمِيعٗاۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”

Ayat  ini turun berkaitan dengan penurunan Nabi Adam as. dari surga. Ia diturunkan karena melanggar perintah Allah dan terbujuk oleh rayuan Iblis. Allah kemudian menjanjikan, Nabi Adam as. dan seluruh keturunannya yang mengikuti petunjuk Allah (Al-Quran), maka tidak akan merasakan keresahan hati atas azab Allah. Sedangkan, mereka yang mendustakan ayat-ayat-Nya, akan merasakan azab dan siksa yang kekal di neraka.

  1. Beriman kepada Allah dan Hari Akhir dengan Sebenar-benarnya Iman

Kriteria ini disebutkan oleh Allah di beberapa surat. Salah satunya adalah di surah Al-Baqarah ayat 62:

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَادُواْ وَٱلنَّصَٰرَىٰ وَٱلصَّٰبِ‍ِٔينَ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَلَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati

Ayat ini berkaitan dengan balasan dan pahala bagi orang beriman, orang Yahudi, Nashrani, dan Shabiin (mereka yang beriman akan keesaan Allah sebelum datangnya Nabi Muhammad saw), yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Selain itu, ayat ini juga ditujukan bagi mereka yang percaya dan mengimani adanya hari kiamat.

  1. Berbuat Kebajikan (ihsan) dan Senantiasa Beramal Shaleh

Kriteria pada golongan sebelumnya sering disandingkan dengan kriteria ini, yaitu orang-orang yang senantiasa beramal shaleh dan berbuat kebajikan. Karena, mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, akan senantiasa berbuat kebajikan dan beramal shaleh. Orang dengan kriteria ini akan mendapatkan pahala dari Allah serta tidak akan merasakan ketakutan dan keresahan di dalam hatinya.

Baca juga; Pandangan Ulama Tentang Konsep Sinonimitas dalam Al-Quran

  1. Bertawakkal dan Berpasrah Diri kepada Allah

Kriteria golongan ini disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 112:

بَلَىٰۚ مَنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَلَهُۥٓ أَجۡرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Melalui ayat ini, Allah memberi kriteria bagi siapa yang akan merasakan tentram dalam hati tanpa ada rasa takut dan khawatir. Mereka itu adalah orang-orang yang berpasrah diri (aslama) kepada Allah, dengan mengikuti perintah maupun menjauhi larangan-Nya. Selain itu, ayat ini juga menegaskan kembali kriteria sebelumnya tentang mereka yang berbuat kebajikan (ihsan).

Di antara perbuatan kebajikan tersebut adalah tidak menyekutukan Allah dan berbakti kepada kedua orang tua, seperti disebutkan dalam surah Al-Nisa ayat 36. Dengan demikian, mereka yang telah memenuhi kriteria ini sudah pasti akan mendapatkan pahala dari Allah berupa surga-Nya, serta tidak akan mengalami rasa takut maupun keresahan akan azab-Nya.

Bersambung….

 

Azkiyatuttahiyah
Azkiyatuttahiyah
Alumni Ma’had Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences Indonesia dan Magister Ilmu Al-Qur’an & Tafsir Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...