Sebagian ulama’ meyakini keberadaan kata ajam atau non arab di dalam Al-Qur’an. Salah satu contohnya adalah kata sundusin yang ada di dalam Surat Al-Insan ayat 21. Dimana kata ini dinyatakan oleh Imam Al-Laits sebagai kata yang telah disepakati oleh ahli bahasa dan ahli tafsir, sebagai kata mu’arrab atau yang asalnya non arab dan kemudian diserap ke dalam Bahasa Arab (Al-Itqan/1/401).
Salah satu ulama’ yang mendukung keberadaan kata non Arab di dalam Al-Qur’an adalah Imam As-Suyuthi. Imam As-Suyuthi di dalam Al-Itqan mencantumkan kajian khusus tentang permasalahan keberadaan kata non Arab di dalam Al-Qur’an. Ia juga menyusun sebuah kitab khusus tentang permasalahan tersebut. Tulisan ini akan mencoba mengulas beberapa hikmah di balik keberadaan kata non Arab di dalam Al-Qur’an.
Baca juga: Benarkah Musibah adalah Adzab dari Allah? Gus Baha: Bukan Hak Kita Menjudge!
Hikmah Keberadaan Kata Non Arab Di Dalam Al-Qur’an
Imam As-Suyuthi menyusun sebuah kitab khusus yang mengkaji kata-kata non Arab di dalam Al-Qur’an dan diberi judul: Al-Muhadzdzab; Fiimaa Waqa’a Fiilqur’ani Minal Mu’arrab. Di dalam kitab ini, Imam As-Suyuthi menguraikan berbagai hikmah tentang keberadaan kata ajam (non Arab) di dalam Al-Qur’an. Baik yang ditemukan oleh dirinya sendiri, maupun secara tidak langsung dinyatakan oleh ulama’ lain. Berikut hikmah-hikmah tersebut (Al-Muhadzdzab/1):
Pertama, Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki sifat memuat pengetahuan milik orang-orang yang telah lampau, dan yang akan datang. Al-Qur’an juga menceritakan tentang berbagai macam hal. Maka sudah sepatutnya di dalamnya ada petunjuk tentang ragam bahasa manusia untuk lebih menyempurnakan sifat Al-Qur’an tersebut. Maka dipilihlah kata-kata non Arab yang paling indah, paling ringan, dan paling sering dipakai, untuk dimuat di dalam Al-Qur’an.
Hikmah ini diambil oleh Imam As-Suyuthi diantaranya dari perkataan sahabat Sa’id ibn Jubair yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir, bahwa suatu kali orang-orang Quraish berkata: “Kenapa Al-Qur’an tidak diturunkan dengan bahasa Arab dan non Arab saja?” Lalu turunlah Surat Fushshilat ayat 44 yang mengejek ucapan mereka itu.
Sa’id ibn Jubair menyatakan, setelah turunnya ayat ini, Allah menurunkan Al-Qur’an dengan setiap bahasa yang ada. Salah satu contohnya adalah kata sijjil di dalam Surat Hud ayat 82 yang menggunakan Bahasa Persia.
Baca juga: Surah Al-Ahzab [33] Ayat 4-5: Hukum Mengadopsi Anak Menurut Al-Quran
Kedua, keberadaan Al-Qur’an yang memuat kata non Arab menunjukkan keistimewaan Al-Qur’an dibanding kitab-kitab suci samawi lain. Sebab kitab suci samawi lain diturunkan kepada suatu kaum dengan bahasa mereka, dan sama sekali tidak memuat bahasa selain mereka. Berbeda dengan Al-Qur’an. Hikmah ini dikutip Imam As-Suyuthi dari Ibn Naqib.
Ketiga, Nabi Muhammad diutus kepada semua umat manusia. Sementara Allah telah berfirman bahwa tidak mengutus seorang utusan kecuali dengan bahasa kaumnya. Maka sudah sepatutnya di dalam Al-Qur’an yang diperuntukkan kepada semua manusia, ada bahasa dari tiap-tiap mereka. Hal ini difahami Imam As-Suyuthi sendiri dari Surat Ibrahim ayat 4.
Keempat, kata-kata non arab yang dimuat adalah kata-kata pilihan. Dimana di dalam Bahasa Arab sendiri tidak ditemukan satu kata yang bisa menunjukkan makna yang dikandung oleh kata non Arab tersebut. Bisa saja menggantikan kata non Arab tersebut dengan kata Arab yang terdiri lebih dari satu kata. Namun hal itu akan mengurangi kadar keindahan Al-Qur’an. Hikmah ini dikutip Imam As-Suyuthi dari Al-Juwaini (Al-Muhadzdzab/2).
Baca juga: Perintah Mencetak Generasi Tangguh: Tafsir surat An-Nisa’ Ayat 9
Meski keberadaan kata-kata non arab di dalam al-qur’an masih diperselisihkan oleh ulama’, tapi hikmah-hikmah ini tetap penting untuk diketahui. Hal ini agar memberi wawasan bahwa ulama’ yang setuju dengan keberadaan kata non Arab di dalam Al-Qur’an, tidak serta merta telah merendahkan Al-Qur’an dengan pendapat mereka. Keberadaan kata non Arab di dalam Al-Qur’an justru bisa berpotensi menunjukkan keistimewaan Al-Qur’an dalam banyak hal. wallahu a’lam bisshowab.