BerandaKisah Al QuranKetika Iblis Membangkang Sujud Kepada Adam

Ketika Iblis Membangkang Sujud Kepada Adam

Tafsiralquran.id – Alquran telah mengisahkan pembangkangan Iblis terhadap Allah swt. manakala ia diperintah sujud kepada Adam a.s. Kisah yang diulang-ulang di beberapa surat menunjukkan begitu pentingnya manusia untuk mengambil ibrah dari kisah tersebut. Dibalik pembangkangan iblis terdapat dosa-dosa yang dapat menjerumuskan siapa pun pelakunya ke jalan kehinaan dan kesesatan, karenanya manusia dilarang mengikuti langkah-langkah Iblis (setan). Lantas, langkah-langkah apakah yang harus dihindari dari Iblis?

Dari pengulangan kisah ingkarnya Iblis sujud kepada Adam, dengan struktur kalimat nash ayat yang berbeda-beda, setidaknya ada 3 sikap tercela dari Iblis untuk tidak diikuti. Sebagaimana disebutkan Imam as-Shawi ketika mengomentari beberapa ayat berikut dalam surat al-A’raf [7]:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ  … (الأية: 12)

“Allah berfirman: ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?’ ”. (Q.S. al-A’raf [7]: 12).

قَالَ يَاإِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (32)

“Allah berfirman: ‘Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?’ “. (QS. Al-Hijr: 32).

قَالَ يَاإِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ  … (الأية: 75)

“Allah berfirman: ‘Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku’. (Q.S. Shad [38]: 75 ).

Imam as-Shawi berkata:  

اختلاف العبارات عند الحكاية دل على أن اللعين قد أدرج في معصية واحدة ثلاث معاص: مخالفة الأمر ومفارقة الجماعة والاستكبار مع تحقير ادم

Artinya: “perbedaan ungkapan pada ayat-ayat kisah (Adam dan Iblis) menunjukkan bahwa Iblis (yang terlaknat) telah berbuat tiga kemaksiatan dalam satu tindakan (kemaksiatan), yaitu: melanggar perintah, keluar dari jamaah, dan takabbur serta merendahkan Adam”.

Pada lanjutan setiap ayat-ayat tersebut, terdapat ungkapan bahwa Iblis diusir dari surga dan digolongkan bersama makhluk yang hina. Hal ini menunjukkan jika perbuatan maksiat Iblis tersebut bukanlah kemaksiatan yang ringan, bahkan merupakan gerbang dijauhkannya dari rahmat Allah.

Pertama, melanggar perintah. Esensi suatu ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan seorang hamba terhadap Allah swt. Maka sangat tidak pantas jika ada kedurhakaan seperti yang dilakukan Iblis la’natullah.

Kedua, keluarnya dari jama’ah atau persatuan. Terkait makna wajibnya seseorang berada dalam jamaah atau persatuan, al-Qurtubi menyebutkan dalam tafsirnya:

فإن الله تعالى يأمر بالألفة وينهى عن الفرقة فإن الفرقة هلكة والجماعة نجاة

Artinya: “Sungguh Allah Swt. memerintah untuk menjalin persahabatan dan melarang perpecahan, karena sesungguhnya perpecahan adalah kerusakan dan perkumpulan adalah keselamatan”. (al-Qurtubi, 4: 159)

Dan ditegaskan dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar r.a.:

فَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَنْ يَجْمَعَ أُمَّتِي إِلَّا عَلَى هُدًى

Artinya: “wajib bagi kalian untuk bersama jamaah (kelompok), karena sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umatku kecuali atas petunjuk”. (Musnad Ahmad: 20331).

Ketiga, merendahkan orang lain. Ancaman bagi orang yang sombong adalah semakin dihinakan oleh Allah. Dan mungkin inilah yang menjadi sebab diturunkannya Iblis dari surga ketika berkata, “saya lebih baik daripada dia (Adam), engkau menciptakannya dari tanah, sementara engkau menciptakanku dari api”. Wallahu A’lam.

M. Ali Mustaan
M. Ali Mustaan
Alumnus STAI Imam Syafii Cianjur, mahasiswa pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pecinta kajian-kajian keislaman dan kebahasaaraban, penerjemah lepas kitab-kitab kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...