BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Ali 'Imran Ayat 11 -13

Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 11 -13

Ayat 11

Hal ihwal orang yang ingkar sama dengan hal ihwal Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, juga serupa dengan apa yang dilakukan umat sebelumnya kepada Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah yang dibawa oleh para rasul. Karena itu Allah menurunkan siksa atas mereka betapa pun besarnya kekuasaan mereka. Musuh-musuh nabi itu hancur, dan nabi-nabi beserta pengikut-pengikutnya memperoleh kemenangan.

Orang kafir tidak dapat lari dari azab yang diturunkan Allah. Karena hukuman Allah itu adalah sebagai akibat yang wajar dari dosa mereka sendiri. Orang-orang Yahudi merasa takut dengan turunnya ayat ini karena mereka mengetahui apa yang telah dialami oleh Fir’aun dan pengikut-pengikutnya.

Yang dimaksud orang-orang kafir dalam ayat ini ialah orang Yahudi Medinah. Menurut riwayat Ibnu ‘Abbas, orang Yahudi Medinah tatkala menyaksikan kemenangan Rasulullah atas kaum musyrik pada Perang Badar, mereka berkata, “Demi Allah, sesungguhnya dia adalah nabi yang ummi, yang dikabarkan oleh Nabi Musa kepada kita, dan dalam Taurat terdapat tanda-tandanya”.

Lalu mereka bermaksud mengikuti Nabi Muhammad saw. Tetapi sebagian mereka berkata, “Janganlah terburu-buru sampai kamu menyaksikan bukti-bukti yang lain.” Tatkala tiba Perang Uhud mereka menjadi ragu-ragu lalu mereka membatalkan perjanjian yang mereka sepakati dengan Rasulullah saw. Kemudian Ka’ab bin al-Asyraf (pimpinan Yahudi) bersama enam puluh anggota pasukan berkuda berangkat segera ke Mekah untuk menghimpun kekuatan untuk memerangi Rasulullah saw. Maka pada saat itu turunlah ayat ini.

Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya, dan oleh al-Baihaqi dalam Dala′il melalui Ibnu Ishaq dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah tatkala berhasil mengalahkan orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau pulang ke Medinah, beliau mengumpulkan orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa’. Beliau berkata, “Hai, orang Yahudi masuklah dalam agama Islam sebelum kamu ditimpa oleh apa yang telah ditimpakan Allah kepada kaum Quraisy. Mereka menjawab, “Hai Muhammad, jangan kamu tertipu oleh dirimu sendiri.

Kamu telah membunuh sejumlah orang Quraisy, dan mereka itu orang-orang yang tidak berpengalaman, tidak mengerti perang. Demi Allah, jika kamu berperang melawan kami, kamu akan tahu bahwa kamilah sebenarnya laki-laki yang sesungguhnya, kamu belum pernah berhadapan dengan kami”. Dengan kejadian ini, turunlah ayat 12 dan 13 ini.

Ayat 12

Pada ayat ini Allah dengan tegas memperingatkan mereka; bahwa mereka pasti akan binasa di dunia ini, sebelum di akhirat nanti. Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa mereka akan dikalahkan di dunia ini. Tuhan akan menepati janji-Nya, dan di akhirat mereka akan ditempatkan di Neraka Jahanam.

Kebenaran ayat ini terbukti di kemudian hari. Kaum Muslimin berhasil mengalahkan Yahudi Bani Quraizah karena pengkhianatan mereka dan mengusir Bani Nadir dari Medinah, karena kemunafikan mereka, dan menaklukkan kota Khaibar kota orang Yahudi, serta memungut jizyah dari orang-orang Yahudi. Walaupun ayat ini menerangkan pungutan jizyah dari orang Yahudi, namun pengertian ayat ini mencakup semua orang kafir pada umumnya.

Ayat 13

Selanjutnya Allah memperingatkan agar mereka jangan merasa kuat dengan jumlah harta dan tenaga yang mereka miliki. Karena seharusnya mereka mengambil pelajaran dari peristiwa Perang Badar.

Jumlah dana dan tenaga yang besar dan banyaknya sekutu yang membantu, tidak akan menjamin kemenangan dalam peperangan. Sejarah peperangan di dunia ini membuktikan kekeliruan anggapan demikian. Apa yang terjadi pada Perang Badar, di mana dua pasukan saling berhadapan, pasukan dari kaum Muslimin yang berjumlah kecil yang berjuang di jalan Allah, ditakdirkan mendapat kemenangan atas pasukan kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlahnya.

Mereka yang memiliki akal pikiran yang sehat dan mempergunakannya untuk merenungkan segala perkara yang terjadi, serta mengambil faedah daripadanya, tentulah akan banyak memperoleh pelajaran dari peristiwa Perang Badar. Ternyata ada suatu kekuatan lain di atas segala kekuatan yang tampak. Kekuatan itulah yang sering memperkuat pasukan yang lemah hingga dia dapat mengalahkan pasukan yang kuat lagi besar dengan izin Allah.

Berperang di jalan Allah adalah kunci kemenangan. Bila perjuangan dan peperangan tujuannya untuk membela kebenaran, melindungi agama dan pemeluknya, maka jiwa pejuang-pejuangnya akan mendapat ketenangan dalam menghadapi medan pertempuran dan dapat berkonsentrasi dengan sepenuh kekuatan yang dimilikinya.

Karena mereka meyakini bahwa di belakang mereka ada kekuatan yang mendorong dan ada pertolongan dari Allah. Allah menegaskan bahwa pertolongan itu akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang berjihad di jalan-Nya, asal saja mereka itu tetap tabah dan sabar serta selalu ingat kepada Allah, dan patuh kepada pimpinan.

Pada Perang Badar kedua yang terjadi tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriah itu, kaum Muslimin berusaha mematuhi ketentuan-kekntuan Tuhan dan ketentuan Rasul-Nya dengan segala kemampuan yang ada, serta dengan tekad yang bulat. Mereka berperang dengan penuh keberanian, dan dengan pertolongan Allah mereka menang dalam peperangan itu.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad/47: 7)

Menurut para ahli sejarah, tentara kaum Muslimin dalam Perang Badar berjumlah 313 orang. Terdiri dari 77 orang Muhajirin dan 236 orang Ansar. Yang memegang bendera dalam pasukan Muhajirin adalah Ali bin Abu Talib, sedang bendera pasukan Ansar dipegang oleh Sa’ad bin ‘Ubadah. Dalam pasukan Muslimin itu terdapat 90 ekor unta dan 2 ekor kuda perang, masing-masing dikendarai oleh Miqdad bin al-Aswad dan Marsad bin Abi Marsad.

Jumlah yang terbunuh dari pihak kaum Muslimin 14 orang laki-laki, terdiri dari 6 orang Muhajirin dan 8 orang Ansar. Jumlah tentara kaum musyrikin 950 orang, dipimpin oleh ‘Utbah bin Rabi’ah, dan di antara mereka terdapat Abu Sufyan dan Abu Jahal. Dalam pasukan mereka terdapat seratus ekor kuda, 700 ekor unta, dan sejumlah senjata yang tidak terbilang banyaknya.

Dalam Perang Badar jumlah pasukan kaum Muslimin hanya 313 orang saja. Tetapi dalam penglihatan kaum musyrikin ketika perang telah berkecamuk jumlah tersebut menjadi berlipat ganda, sehingga hal itu menimbulkan rasa takut dalam hati mereka. Akhirnya mereka lari dari medan pertempuran. Demikian Allah menurunkan pertolongan kepada kaum Muslimin.

Sebelum perang berkecamuk, pasukan kaum Muslimin di mata orang musyrik kelihatan sangat kecil, karena itu mereka berani menghadapi dan menyerbu musuh, seperti yang terjadi dalam Perang Badar.

وَاِذْ يُرِيْكُمُوْهُمْ اِذِ الْتَقَيْتُمْ فِيْٓ اَعْيُنِكُمْ قَلِيْلًا وَّيُقَلِّلُكُمْ فِيْٓ اَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ۗوَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ ࣖ

Dan ketika Allah memperlihatkan mereka kepadamu ketika kamu berjumpa, mereka berjumlah sedikit menurut penglihatan matamu dan kamu diperlihatkan-Nya berjumlah sedikit menurut penglihatan mereka, itu karena Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan. Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. (al-Anfal/8: 44)

Dengan pertolongan inilah Allah memperkuat orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan sesungguhnya pada pertolongan yang demikian itu ada pelajaran bagi orang yang mempunyai akal dan pikiran.

(Tafsir Kemenag)

Maqdis
Maqdis
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pegiat literasi di CRIS Foundation.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...