Teks Al-Quran boleh berhenti, akan tetapi penafsiran Al-Quran haruslah terbuka sehingga ia dapat dikatakan shalih li kulli zaman wa makan. Kira-kira demikianlah yang ada di benak cendekiawan Muslim dan berusaha mencarikannya sebuah problem solving guna menyikapi problematika yang terjadi masyarakat Muslim.
Sebut saja, misalnya, Fazlur Rahman dengan hermeneutika double movement-nya, Hassan Hanafi dengan hermeneutika sosial-nya (al-manhaj al-ijtima’i fi at-tafsir), Nasr Hamid Abu Zaid dengan hermeneutika inklusif-nya, Husein Muhammad dengan hermeneutika feminis-nya, Muhammad Syahrur dengan teori the limit-nya, Abdullah Saeed dengan hermeneutika kontekstual-nya (contextual approach), dan sebagainya.
Pada pembahasan kali ini kita akan fokus pada Abdullah Saeed, penggagas hermeneutika kontekstual. Saeed dalam Islamic Thought: An Introduction, menyebut kelompok intelektual di atas sebagai the progressive-ijtihadist, yaitu para cendekiawan kontemporer yang berupaya “menafsir ulang” ajaran agama sesuai konteks kekinian. Saeed sendiri concern pada kajian penafsiran Al-Quran. Hal ini terlihat dari karyanya baik dalam bentuk buku maupun artikel jurnal yang akan kita ulas berikut ini.
Biografi dan Perjalanan Intelektual
Abdullah Saeed lahir di Maldives, pada 25 September 1964. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di sebuah kota bernama Meedhoo, sebuah kota yang merupakan bagian dari kota Addu Atoll. Ia adalah keturunan suku bangsa Arab Oman yang bermukim di Maldives.
Setelah menginjak dewasa, untuk kepentingan studi atau rihlah keilmuan, pada tahun 1977, ia hijrah ke Arab Saudi untuk menuntut ilmu. Perjalanan intelektualnya diawali dengan belajar Bahasa Arab di Institute of Arabic Language di Saudi Arabia. Ia kemudian lulus dan mengantongi gelar BA pada tahun 1977. Tidak cukup berbekal BA, Abdullah Saeed masih “haus” keilmuan, kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan kembali pendidikannya ke program master dan Ph.D nya di bidang applied linguistic untuk master-nya dan Ph.D-nya dalam bidang Islamic Studies di The University of Melbourne, Australia.
Baca juga: Mengenal Toshihiko Izutsu, Poliglot Asal Jepang, Pengkaji Semantik Al-Quran
Setelah Ph.D, ia kemudian menjadi dosen di University of Melbourne pada tahun 1993 pada fakultas Department of Asian Languages and Anthropology. Atas dedikasinya sebagai cendekiawan muslim, ia mendapat pengharfaan dari Sultan Oman sebagai Professor Bidang Bahasa Arab dan Islamic Studies 2003. Meski demikian, ia tetap mendedikasikan dirinya untuk berkhidmah sebagai Direktur Center for the Study of Contemporary Islam di Universitas Melbourne, Australia.
Di tempat mengabdinya itu, Saeed mengampu beberapa mata kuliah seperti Studi Arab dan Islam pada program S1, S2 dan S3, Great Texts of Islam: Qur’an, Muslim Intellectuals and Modernity, Great Empires of Islamic Civilization, Islamic Banking and Finance, Qur’anic Hermeneutics. Methodologies of Hadith, Methods of Islamic Law, Islam and Human Rights, dan Islam and Muslim in Australia, dan materi kuliah keislaman lainnya.
Abdullah Saeed memiliki kepribadian dan karakter yang kuat. Ia dikenal sebagai sosok yang humanis, ramah dan no profile. Wawasannya tentang keislaman dan Al-Quran sangatlah luas serta profesional dan konsisten terhadap kajian keilmuannya. Selain menjadi dosen, Saeed aktif di beberapa organisasi sosial-kemasyarakatan termasuk juga pengabdian masyarakat, misalnya ia perna terlibat dalam dialog interfaith (Islam-Kristen dan Islam-Yahudi), menjadi pemimpin komunitas Muslim di Australia.
Di samping itu, Saeed juga tergabung dalam Asosiasi Profesor Asia Institute pada Universitas Melbourne dan Akademi Agama Amerika. Tidak hanya itu, ia juga menjadi editorial jurnal skala internasional seperti Jurnal Studi Al-Quran di Inggris, Studi Islam di Pakistan, dan Jurnal Arab, Islam and Middle East di Australia.
Mengutip dari Lien Iffa Naf’atu Fina dalam Interpretasi Kontekstual Abdullah Saeed; Sebuah Penyempurnaan Terhadap Gagasan Tafsir Fazlur Rahman, Saeed telah membangun pondasi studi Islam yang kuat di Australia khususnya Universitas Melbourne. Sejak itu, program Islamic Studies berkembang pesat. Prestasi ini kemudian mengorbitkan nama Abdullah Saeed menjadi pakar studi Islam terkemuka, kalau bukan satu-satunya yang terbaik di Australia.
Baca juga: Massimo Campanini; Pengkaji Al-Quran Kontemporer dari Italia
Karya-Karya
Saeed merupakan professor yang produktif. Karya-karyanya baik buku maupun artikel jurnal banyak diterbitkan mulai tingkat lokal hingga internasional. Karya lebih lengkap bisa anda lihat di laman web miliknya pada Universitas Melbourne. Berikut beberapa karyanya,
- Islamic Banking and Interest: A Study of The Prohibition of Riba and Its Contemporary Interpretation (1997),
- Essential Dictionary of Islamic Thought (2001),
- Muslim Communities in Australia (2002),
- Freedom of Religion, Apostasy and Islam (2003), Islam in Australia (2003), Islam and Political Legitimacy (2003),
- Islamic Thought : An Introduction (2006),
- Interpreting the Quran: Towards a Contemporary Approach (diterbitkan di London dan New York oleh Routledge tahun 2006),
- The Quran: An Intriduction (diterbitkan di London dan New York oleh Routledge tahun 2008),
- Reading the Qur’an in the Twenty-first Century; A Contextualist Approach (diterbitkan di London and New York oleh Routledge tahun 2014), dan lain sebagainya.
Yang menarik dari perjalanan intelektual Saeed adalah pergumulannya dalam dua corak atau iklim intelektual antara keilmuan Timur Tengah (tepatnya Arab Saudi yang populer akan pemahaman fundamental, tekstualis) dan keilmuan Barat (dalam hal ini adalah Australia, yang terkenal liberal-rasional) menjadikannya sebagai pakar di bidang keduanya. Sehingga ia memiliki sumber daya intelektual yang kaya akan dua tradisi keilmuannya dan meraciknya dalam komposisi yang “pas” atau objektif. Wallahu A’lam.