BerandaTafsir TematikTafsir Surat Yasin ayat 36: Hikmah Besar Dari Berpasang-pasangan

Tafsir Surat Yasin ayat 36: Hikmah Besar Dari Berpasang-pasangan

Pada artikel sebelumnya telah diterangkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah Swt, khususnya segala macam tumbuhan yang ada di belahan bumi adalah kuasa-Nya, sekalipun tumbuhan itu sudah kering atau mati di tanah yang tandus, niscaya mudah bagi Allah untuk menumbuhkannya kembali.

Pembahasan kali ini, terkait tafsir surat Yasin ayat 36 masih akan meneruskan beberapa tanda kekuasaan Allah yang lain, bahwa segala sesuatu yang telah DIA ciptakan sejatinya tidak tunggal, tetapi berpasang-pasangaan dan pada ayat ini Allah ingin menunjukkan hikmahnya kepada kita semua melalui rangkaian penafsiran para ulama. Allah berfirman:

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ

  1. Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

Permulaan ayat ini menggunakan redaksi subhanalladzi khalaqa yang setidaknya memiliki dua makna menurut Qurthubi. Pertama, adalah bentuk pujian Allah atas diri-Nya, dari tingkah kaum durhaka, yakni; mereka yang menyembah selain Allah, berpaling dari tanda-tanda kekuasan-Nya, dan tidak mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka. (Sebagaimana yang telah dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya)

Kedua, kata subhana memiliki makna ta’ajjub. Yakni merasa heran atas kedurhakaan kaum tersebut, padahal mereka menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah akan tetapi mereka berpaling. Seharusnya, ketika menyaksikan tanda-tanda itu mereka berucap, Subhanaallah.

Adapun kata al-azwaj secara umum dipahami dengan berpasang-pasangan. Konteksnya pada ayat ini, memunculkan beberapa makna yang digunakan oleh para  mufassir. Misalnya Zamaksyari, ia menilai kata azwaj dengan al-ajnas/al-ashnaf yang bermakna jenis/golongan tumbuhan, bahwa Allah menciptakan tumbuhan itu dengan beragam jenis, ciri, warna, dan bentuk, untuk saling menyatukan dan memberi manfaat. Ini diperkuat dengan kata yang setelahnya mimma tunbitul ardh yang secara tegas menunjukkan segala sesuatu yang tumbuh di bumi, seperti ; buah, tanaman, dan tumbuhan yang lain.

Disisi lain, kata azwaj juga memiliki makna berpasangan antara betina-jantan, pria-wanita, apabila disandingkan dengan kata min anfusihim. Pendapat ini dipakai oleh Ibnu Kathir, Thabari, Zamaksyari, Qurthubi, dan Zuhaili.

Lebih luas lagi, Tim penulis Tafsir al-Muntakhab sebagaimana yang dikutip oleh Quraish, mengatakan bahwa kata “min” dalam ayat ini berfungsi sebagai penjelas. Bahwa Allah telah mencipatakan pejantan dan betina pada semua makhluk cipataan-Nya, baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia ataupun makhluk hidup lain yang tak kasat mata (seperti jin) dan yang belum diketahui oleh manusia (wa mimma la ya’lamun : ujung ayat 36).

Menurut Quraish, pendapat ini sejalan dengan makna kebahasaan serta kenyataan ilmiah pada saat ini. Dari segi bahasa, kata azwaj menurut pakar bahasa al-Qur’an ar-Raghib al-Ashfahani, digunakan untuk menunjukan dua hal, yakni; yang berpasangan dan bersamaan. Misalnya, yang berpasangan seperti betina-pejantan, pria-wanita. Disaat yang sama ia juga berfungsi menunjukkan pada sesuatu yang sama misalnya “alas kaki”, namun hal yang sma ini bisa diakibatkan karena “kesamaan” atau karena “bertolak belakang”.

Hamka mengilustrasikan yang bertolak belakang seperti positif-negatif, menurutnya dengan keduanya itu mampu melahirkan penemuan baru, sebut saja seperti listrik, yang sampai saat ini menjadi kebutuhan manusia hingga saat ini.  Karena itu, tidak heran jika Allah menciptakan segala sesuatu itu berpasang-pasangan, seperti; pria, wanita, senang, sedih, resah, gembira, cinta, dilema, optimis, pesimis, kaya, miskin, dan sebagainya. Bayangkan jika Allah hanya mencipatakan satu macam saja, apa yang bisa kita nikmati?

Maka, melalui ayat ini, seharunya menjadikan kita menjadi hamba yang lebih bersyukur dan legowo atas nikmat serta kehendak yang telah Allah limpahkan, niscaya ia akan menambahkan nikmat lain yang mungkin belum pernah kita rasakan sebelumnya. Sebagai penutup, penulis igim mengutip salah satu ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan pembahasan kali ini. Allah berfirman:

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).(QS. Adz-Dzariyat: 49)

Demikian penjelasan ringkas tafsir surat Yasin ayat 36. Ikuti series tafsir yasin selanjutnya, semoga bermanfaat. Terimakasih.Wallahu a’lam

Fahmi Azhar
Fahmi Azhar
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan aktif di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...