Di era yang serba kreatif ini, sering kali kita melihat mushaf Al-Qur’an dengan fitur yang unik, lengkap dan canggih. Kreativitas mushaf kekinian itu mulai dari cover custom (sampul sesuai pesanan), sajian terjemah ragam bahasa, tafsir ringkas, variasi tanda tajwid, qiraat, hadis-hadis Nabi, hingga pena ngaji audio digital. Dari sini nampaknya kita perlu menilik kreativitas penulis mushaf kuno abad ke-18 yang juga memiliki fitur banyak, yakni manuskrip Al-Qur’an Bone yang kini ada di Kanada.
Sebelumnya telah disajikan bagaimana riwayat perpindahan penyimpanan mushaf yang dibuat oleh seorang muslim Bugis ini. Mushaf ini dibuat di Makassar, kemudian sempat disimpan di London, Swiss, dan kini di Kanada. Annabel The Gallop menyebut mushaf Bone AKM 00488 ini sebagai the most complex Southeast Asian Qur’an manuscript yet known (manuskrip Al-Qur’an Asia Tenggara paling kompleks yang pernah diketahui). Tentu penyebutan ini menarik untuk kita telisik lebih lanjut, apa saja fitur-fiturnya.
Fitur-fitur ini meliputi iluminasi dan pembagian isi Al-Qur’an yang tidak hanya menyajikan juz saja, namun juga menandai pembagian setengah Al-Qur’an, sepertiga Al-Qur’an, hingga sepertujuh Al-Qur’an. Kemudian, tiap juz itu masih ada tanda pembagian lagi yang disebut hizb, rubu’, dan tsumun. Ada juga tanda-tanda lain seperti tanda ayat, ruku’, sajdah, waqaf, dan tajwid. Terakhir ada teks tambahan yang berisi tentang tata cara membaca Al-Qur’an dengan qiraat sab’ah, lalu ada hadis nabi, kolofon penulis, do’a khatm Al-Qur’an, kasidah, dan kaligrafi statistik huruf dan bagan pelafalan Al-Qur’an.
Baca juga: Riwayat Manuskrip Al-Qur’an Bone Sulawesi Selatan di Museum Aga Khan Kanada
Sebelum membahas fitur-fitur yang kompleks itu, nampaknya kita perlu melihat dulu spesifikasi fisiknya. Mushaf Bone ini berukuran 34,5 x 21 cm, berjumlah keseluruhan 529 halaman dan hanya 513 halaman yang ada teksnya. Tiap halaman terdiri dari 13 baris, kecuali pada halaman yang beriluminasi, yakni diisi 5-9 baris. Jenis kertas yang digunakan merupakan kertas Eropa. Kondisinya pun masih lengkap 30 juz (dibagi 3 volume) dan sampulnya dari kulit hewan yang disinyalir produksi Eropa.
Iluminasi Mushaf Bone
Muhaf ini memiliki tiga iluminasi utama yakni di awal, tengah, dan akhir. Di awal mushaf berarti ada di surat Al-Fatihah dan awal Al-Baqarah, kemudian di tengah yakni surat Al-Kahfi, dan di akhir pada surat Al-Falaq hingga An-Nas. Menurut penelitian Ali Akbar, mushaf-mushaf Sulawesi Selatan ini memiliki gaya geometris yang mewah dan diimbangi dengan hiasan floral (bunga-bungaan).
Adapun warna-warna yang dominan adalah merah, kemudian sentuhan warna kuning, keemasan, hijau, coklat, putih dan hitam. Model iluminasinya mengisi ruang-ruang yang ada, mushaf Sulsel juga identik dengan pola setengah lingkaran di bagian atas dan segitiga di bagian pinggir.
Pembagian setengah, sepertiga, dan sepertujuh Al-Qur’an
Pembagian setengah Al-Qur’an dalam mushaf ini layaknya mushaf-mushaf lain, yakni ditandai dengan penebalan kalimat walyatalattaf. Namun selain penebalan kalimat itu, di pinggir halaman juga terdapat lingkaran yang mencantumkan tulisan “nisfu, kalimaatullahi minal qur’anil adzhim”. Lingkaran ini pun layaknya stempel tebal yang begitu mencolok.
Untuk sepertiga Al-Qur’an, mushaf yang ditulis oleh Ismail ibn Abdullah Al-Jawi al-Makassari ini menampilkan iluminasi yang khas. Iluminasi ini terdapat pada awal juz 11 dan 21. keunikan iluminasi ini hanya satu halaman, berbeda dengan awal juz 1 yang full dua halaman kiri-kanan.
Baca juga: Gus Awis: Ulama Muda, Pakar Sastra dan Tafsir Al-Qur’an yang Produktif dari Indonesia
Sementara untuk pembagian Al-Qur’an menjadi tujuh bagian ini ditandai dengan tulisan berbentuk lingkaran. Misalnya pembagian yang ketiga maka ditulis sub’us salis minal Qur’an al-adzim (sepertujuh yang ketiga dari Al-Qur’an al-Adzim). Pembagian sepertujuh ini agar memudahkan pembaca mengkhatamkan dalam kurun waktu seminggu atau tujuh hari saja. Menurut catatan Annabel, mushaf yang dibagi menjadi tujuh bagian sangat tidak umum di Asia Tenggara. Salah satu mushaf yang dibagi menjadi tujuh jilid adalah Al-Qur’an Mamluk Sultan Baybar yang ditulis pada tahun 705 H (1305/6 M) yang saat ini ada di British Library.
Hizb, rubu’ dan tsumun
Hizb, rubu’ dan tsumun ini merupakan bagian dari sebuah juz. Hizb untuk menunjukkan hitungan setengah juznya, rubu’ berarti seperempat juz, dan tsumun sebagai tanda seperdelapan juz. Dari sekian pembagian yang begitu detail, nampaknya sang penulis mushaf memberikan opsi yang begitu variative untuk berhenti membaca. Tentu, ini juga memudahkan seseorang untuk menghafal Al-Qur’an.
Tanda ayat, surat, ruku’, dan sajdah
Fitur tanda baca Al-Qur’an Bone ini sangat lengkap, namun seperti mushaf-mushaf di dunia saat abad ke-18 masih minim pemberian nomor ayat. Dalam sejarah, pemberian nomor ayat begitu familiar pada abad ke-19 saat masuk dunia percetakan di Turki. Dengan begitu, akhir mushaf ini pun hanya ditandai dengan lingkaran yang diwarnai kuning.
Untuk informasi yang disampaikan dalam tanda surat, mushaf ini tidak hanya menuliskan nama surat belaka. Melainkan juga keterangan makkiyah madaniyah, jumlah huruf, jumlah kalimat, dan jumlah ayat. Bagian ini juga ditulis keterangan asbabun nuzulnya.
Baca juga: Inilah Empat Makna Doa Nabi Ibrahim Kepada Allah SWT
Sementara tanda ruku’ di mushaf ini ditulis dengan huruf ‘ain yang juga populer di mushaf-mushaf lain. Tanda ruku’ ini dihiasi juga dengan bunga-bungaan. Sementara untuk tanda ayat sajdah, mushaf ini memberikan keterangan di pinggir halaman dengan tinta merah dan juga menggaris bawahinya.
Teks Tambahan dalam Al-Qur’an Bone
Teks tambahan ini berisi tentang tata cara membaca Al-Qur’an dengan qiraat sab’ah, hadis nabi, kolofon penulis, do’a khatm Al-Qur’an, kasidah, dan kaligrafi statistik jumlah huruf Al-Qur’an. Untuk tata cara membaca Al-Qur’an dengan ragam qiraat terletak sebelum surat Al-Fatihah berjumlah 6 halaman. Kemudian kutipan hadis berisi tentang anjuran, manfaat, dan keutamaan membaca suatu surat dalam Al-Qur’an yang disajikan dengan kaligrafi thugra’.
Setelah surat Al-Qur’an selesai ada kolofon yang menjelaskan informasi nama penulis dan masa penulisannya. Setelah itu ada 14 halaman yang berisi doa khat Al-Qur’an, satu halaman berisi qasidah oleh Abdullah bin Al Ma’mun sekaligus 4 halaman doa lagi. Terakhir terdapat statistik dan bagan untuk pelafalan Al-Qur’an yang serupa dengan karangan Syamsuddin Muhammad bin Mahmud Al-Samarqandi (w. 1378 M) dalam Mabsut fi al-qiraat al-sab’ wa al-madbut min ida’at tab’.
Demikianlah fitur-fitur yang terdapat dalam manuskrip Al-Qur’an Bone yang kini disimpan di Museum Aga Khan Kanada. Atas uraian Annabel Teh Gallop dalam artikelnya “The Bone Qur’an from South Sulawesi”, tentu kita bisa mengenal spesifikasi ini. semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam[]