BerandaKhazanah Al-QuranInilah Empat Makna Doa Nabi Ibrahim Kepada Allah SWT

Inilah Empat Makna Doa Nabi Ibrahim Kepada Allah SWT

Doa menjadi salah satu sarana komunikasi langsung antara hamba dengan Allah swt tanpa perantara. Karena itu, doa bersifat privasi, personal, dan rahasia. Doa tidak hanya sekadar ungkapan lisan belaka, lebih dari itu adalah ungkapan batin terdalam seorang hamba akan kebutuhannya kepada Allah swt.

Maka tak heran, dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah dijelaskan bahwa doa bermakna dasar kecenderungan terhadap sesuatu dan mengungkapkannya dengan suara atau kalimat yang lembut. Kata doa sendiri sebagaimana disebutkan Muhammad Fuad Abd al-Baqi dalam Mu’jam al-Mufahras li Alfadzi Al-Quran al-Karim, disebutkan sebanyak 212 kali dalam berbagai derivasinya. Di dalamnya termasuk memuat doa Nabi Ibrahim, berikut bentuk doa Nabi Ibrahim dalam beberapa makna,

Talab (Permintaan)

Doa-doa Nabi Ibrahim yang bermakna talab setidaknya termaktub dalam empat tempat, yaitu Q.S. As-Syu’ara [26]: 83-86, Q.S. al-Saffat [37]: 100, Q.S. al-Baqarah [2]: 129, Q.S. al-Mumtahanah [60]: 5,

رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ۙ وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۙ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ وَّرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيْمِ ۙ وَاغْفِرْ لِاَبِيْٓ اِنَّهٗ كَانَ مِنَ الضَّاۤلِّيْنَ ۙ

Ibrahim berdoa), “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku, sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat, (Q.S. Al-Syu’ara [26]: 83-86)

Dalam ayat yang lain disebutkan,

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (Q.S. al-Saffat [37]: 100),

Dan pada ayat yang lain juga mengandung permintaan (talab) doa Nabi Ibrahim,

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْ ۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ

Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 129)

Baca juga: Kisah Nabi Musa dan Doa-Doa yang Dipanjatkannya dalam Surat al-Qashash

Kemudian, dalam Q.S. al-Mumtahanah ayat 5,

رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَاۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami, ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. al-Mumtahanah [60]: 5)

Istighasah (Meminta Pertolongan)

Layaknya seorang hamba manusia biasa, Nabi Ibrahim pun juga membutuhkan pertolongan kepada Allah swt. Berbagai ujian dan cobaan yang dihadapinya terus menghantam. Maka tak ada solusi lain selain meminta pertolongan Allah swt (istighatsah). Berikut beberapa doa Nabi Ibrahim dalam bentuk istighatsah,

 وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 126)

Dalam ayat yang lain disebutkan,

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Q.S. Ibrahim [14]: 37)

وَلَا تُخْزِنِيْ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَۙ

dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (Q.S. As-Syu’ara [26]: 87)

Baca juga: Inilah 4 Doa Taubat Para Nabi dalam Al-Quran

Tahmid (Pujian)

Tidak hanya berdoa untuk meminta pertolongan semata, Nabi Ibrahim pun juga berdoa dalam kerangka memuji Allah swt sebagai bentuk apresiasi atas anugerah Allah swt yang telah diberikan kepada dirinya baik kesabaran, kenikmatan dan penciptaannya sebagai manusia yang sangat mulia. Berikut doa Nabi Ibrahim yang masuk dalam makna tahmid (pujian),

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَهَبَ لِيْ عَلَى الْكِبَرِ اِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبِّيْ لَسَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. (Q.S. Ibrahim [14]: 39)

Ayat ini menggambarkan bentuk rasa syukur Nabi Ibrahim a.s dengan memuji kepada Allah swt karena diberikan keturunan yang telah lama diidam-idamkannya, yaitu Ismail dan Ishak. Di hari tuanya.

Amal Ibadahnya Agar Diterima

Meskipun Nabi Ibrahim tergolong ma’shum (terjaga dari dosa), akan tetapi ia tetap memohon kepada Allah swt agar berkenan menerima amal ibadahnya yang telah dikerjakannya, sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 127-128,

وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 127-128)

Hikmah Yang Dapat Dipetik

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa doa dalam ajaran Islam merupakan ibadah yang amat penting dan bermanfaat. Ia mengandaikan satu kemesraan sekaligus bentuk penghambaan dirinya kepada Allah swt bahwa ia tak lebih sebagai manusia biasa yang membutuhkan pertolongan, rasa aman, dan anugerah dariNya. Karena apapun yang kita lakukan pada akhirnya Dia lah yang menentukan berhasil tidaknya suatu usaha.

Maka dari itu, doa Nabi Ibrahim di atas mengajarkan kepada kita bahwa segala usaha harus dibarengi dengan doa yang tulus kepadaNya agar segala yang kita lakukan mendapat ridha dan keberkahan dari-Nya. Aamiin. Wallahu A’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...