Dalam era teknologi yang semakin modern ini, para pembaca al-Quran dapat membaca, mengikuti, dan mendengarkan bacaan orang lain dari belahan dunia manapun. Hal ini menjadi suatu keunggulan dan menjadi metode baru dalam belajar membaca al-Quran. Sehingga para pembaca al-Quran dapat menerapkan berbagai metode. Akan tetapi, alangkah baiknya, sebelum para pembaca menerapkan metode pembacaan al-Quran, perlu untuk memahami perbedaan qiraah, riwayah, dan thariq dalam ilmu tajwid.
Karena jika tidak memahami perbedaan tersebut, problem muncul ketika bacaan yang didengar tidak sama dengan bacaan yang pernah dipelajari oleh si pendengar sehingga terjadi miskonsepsi dan mispersepsi. Padahal bacaan al-Quran yang menurutnya berbeda, itu juga bersumber dan diajarkan oleh Nabi Muhammad.
Perbedaan bacaan al-Quran itu disebabkan adanya klasifikasi bacaan yaitu qiraah, riwayah, dan thariq. Bacaan al-Quran yang populer di dunia Islam serta menjadi role model di Indonesia saat ini, jika diklasifikasikan maka ia adalah qiraah Ashim, riwayah Hafsh, dan thariq Syathibi.
Baca juga: Ketahui Sembilan Adab Ketika Membaca Al-Quran
Artikel ini memaparkan definisi dari masing-masing qiraah, riwayah, dan thariq dalam ilmu Tajwid yang bersumber dari kitab Ghayat al-Murid fi Ilm at-Tajwid. Selain itu, diberikan contoh untuk memudahkan pemahaman serta mengetahui perbedaan yang dimaksud sehingga masalah yang timbul dapat teratasi.
Qiraah
Qiraah atau al-Qiraah (الْقِرَاءَةُ) secara bahasa berarti bacaan. Yang dimaksud dengan qiraah di sini adalah bacaan yang disandarkan pada kesepuluh Imam Qiraat. Kesepuluh Imam Qiraat itu adalah Nafi’, Ibnu Katsir, Abu Amr, Ibnu Amir, Ashim, Hamzah, al-Kisa’i, Abu Ja’far, Ya’qub, dan Khalaf.
Kesepuluh imam qiraat itu dijadikan pedoman tentang kayfiyyah atau tata cara bacaan al-Quran secara musyafahah serta bersambung sanadnya dari sahabat ke Rasulullah. Apabila pembaca al-Quran ingin membaca dengan qiraah yang berbeda, maka cukup menyebutkan “qiraah Nafi” atau “qiraah Ibnu Katsir”.
Salah satu contoh perbedaan antar qiraah dalam ilmu Tajwid misalnya qiraah Ibnu Katsir dan Ashim dalam ha’ kinayah atau ha dhamir. Apabila sebelum ha dhamir terdapat huruf mati dan sesudahnya terdapat huruf hidup, Ibnu Katsir membaca panjang (shilah) ha dhamir. Sedangkan Ashim, tidak.
Baca juga: Sumbu Kesalahpahaman dalam Ilmu Qiraah
Riwayah
Riwayah atau ar-Riwayah (الْرِّوَايَةُ) secara bahasa berarti riwayat atau versi. Yang dimaksud dengan riwayah di sini adalah bacaan yang disandarkan pada orang yang meriwayatkan bacaan dari kesepuluh Imam Qiraat. Mereka itu disebut rawi atau perawi.
Selanjutnya, dari sekian banyak rawi disederhanakan dan dipopulerkan menjadi masing-masing Imam Qiraat memiliki 2 perawi. Misalnya perawi Nafi’ adalah Qalun dan Warsy, perawi Ibnu Katsir adalah al-Bazzi dan Qunbul, sedangkan perawi Ashim adalah Syu’bah dan Hafsh. Apabila pembaca al-Quran ingin membaca dengan riwayah yang berbeda, maka bisa menyebutkan “riwayah Warsy dari Nafi” atau “riwayah Hafsh dari Ashim”.
Salah satu contoh perbedaan antar riwayah dalam ilmu Tajwid misalnya riwayah Syu’bah dan Hafsh adalah bacaan nun sukun yang ada pada fawatihus suwar (pembuka-pembuka surat) surat Yasin. Syu’bah membaca nun sukun dengan Idgham, sedangkan Hafsh membacanya dengan Idzhar.
Baca juga: Tiga Fokus Cabang Ilmu Tajwid Menurut Isham Muflih al-Qudhat
Thariq
Thariq atau at-Thariq (الْطَّرِيْقُ) secara bahasa berarti jalan. Yang dimaksud dengan thariq di sini adalah sesuatu yang disandarkan pada orang yang mengutip (menukil) dari perawi. Dalam penyebutannya, biasanya dikatakan “ini riwayah Warsy dari thariq al-Azraq” atau “riwayah Hafsh dari thariq Syathibi”.
Salah satu contoh perbedaan antar thariq dalam ilmu Tajwid misalnya riwayah Hafsh thariq Syathibi dan thariq Thayyibah adalah panjang bacaan Mad Jaiz Munfashil. Bacaan riwayah Hafsh thariq Syathibi membaca mad Jaiz Munfashi dengan madd atau panjang 4 atau 5 harakat. Sedangkan riwayah Hafsh thariq Thayyibah membacanya dengan qashr atau panjang 2 harakat.
Baca juga: 3 Macam Nun Sukun yang Dibaca Idzhar dalam Ilmu Tajwid
Dari penjelasan di atas, akhirnya kita dapat mengenal siapa saja imam qiraah dan dapat memahami perbedaan dari qiraah, riwayah dan thariq. Seluruh imam qiraah, riwayah dan thariq ini sebenarnya mempunyai ratusan bahkan sampai ribuan murid, akan tetapi di antara mereka kemudian dipilih masing-masing murid yang paling kuat riwayatnya dan dijadikan sandaran imam pilihan. Dari mereka inilah ilmu bacaan Al-Qur’an kemudian tersebar ke seluruh penjuru dunia hingga masuk ke Indonesia.