Belajar Sabab Nuzul atau kronologi penurunan Alquran sangat menarik dan urgent dalam untuk menggeluti Ulumul Quran. Menariknya adalah para penelaah Alquran diajak melihat dan berdialog dengan konteks ketika ayat turun. Dalam istilah Abid al-Jabiri adalahseakan membaca Alquran sebagaimana saat ia diturunkan.
Pentinganya adalah Sabab Nuzul menjadi salah satu penentu fleksibilitas Alquran ketika diimplementasikan di zaman sekarang. Saking pentingnya, menguasai Sabab Nuzul menjadi salah satu kualifikasi seorang mufassir.
Ibnu Taimiyah juga mengatakan bahwa mengetahui Sabab Nuzul ini mempermudah untuk memahami ayat, karena dengan kita mengetahui kronologi penurunan Alquran, maka akan mengantarkan kita untuk mengetahui maksud yang terkandung di dalamnya. Berikut ini hal-hal penting yang membuat kita harus mengerti sebab nuzul Alquran.
Mereka berdua melakukan transaksi yang mengandung unsur riba dalam hutang yang mereka berikan kepada orang-orang dari Madinah. Transaksi ini berlangsung hingga Islam datang. Dan selama itu, uang dari riba yang mereka miliki melimpah ruah, lalu turunlah firman Allah dalam QS Al-Baqarah (2:275). Kemudian Nabi saw. bersabda:
ألا إن كل ربا من ربا الجاهلية موضوع، وأول ربا أضعه ربا العباس، وكل دم من دم الجاهلية موضوع، وأول دم أضعه دم ربيعة بن الحارث بن عبد المطلب
Ingatlah, sungguh setiap riba Jahili adalah batal, dan riba yang pertama kali aku batalkan ialah ribanya ‘Abbas ra.. Setiap darah orang Jahiliyyah adalah batal, dan darah yang pertama kali aku batalkan ialah darahnya Robi’ah bin al-Harith bin Abdul Muthallib.
Ingatlah, sungguh setiap riba Jahili adalah batal, dan riba yang pertama kali aku batalkan ialah ribanya ‘Abbas ra. Setiap darah orang Jahiliyyah adalah batal, dan darah yang pertama kali aku batalkan ialah darahnya Robi’ah bin al-Harith bin Abdul Muthallib.
Baca Juga: Membincang Nazar dalam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 270 Membantu Memahami Makna Ayat Secara Mendalam al-Wahidi dalam Asbabun Nuzulnya berkata bahwa tidak mungkin seseorang mengetahui tafsir suatu ayat tanpa mengetahui kisah dan penjelasan tentang sebab turunnya. Karena itu tidak heran, jika salah satu syarat seorang mufassir adalah mengetahui Sabab Nuzul sebagaiman disebutkan di atas. Salah satu contohnya adalah Surat Āli Imrān ayat 188:لاتحسبن الذين يفرحون بما أتوا ويحبون أن يحمدوا بما لم يفعلوا فلا تحسبنهم بمفازة من العذاب ولهم عذاب عظيم
Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, maka janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.
Marwan bin al-Ḥakam kesulitan dalam memahami ayat ini. Dia berkata, kalau sekiranya setiap orang merasa gembira dengan apa yang telah ia peroleh dan ingin dipuji terhadap apa yang belum dikerjakan akan diazab, tentu kita semua akan diazab. Kemudian, Abdullāh bin Abbās menjelaskan bahwa ayat ini turun kepada Ahlul Kitab ketika mereka ditanya oleh Nabi tentang sesuatu, mereka menyembunyikannya dan menerangkan hal yang lain. Mereka memperlihatkan sikap bahwa telah memberi tahu Nabi apa yang ditanyakan, mereka senang dan minta pujian.
Mampu Memahami Teks Alquran yang Redaksinya Masih SamarDengan mengetahui Sabab Nuzul, kita dapat memahami ayat Alquran dengan benar, karena ada banyak ayat yang harus dipahami dengan metode ini. Misalnya, adanya Sabab Nuzul dari surat Al-Maidah (5:23), sehingga terungkap bahwa yang dimaksud dua laki-laki yang mendesak Bani Israel untuk memasuki Syiria ialah Yusya’ dan Kalib, dua pengikut setia Nabi Musa dan mengimani Tuhannya. Jikalau tidak ada data yang merekam kronologi ayat ini turun, maka tidak akan didapat informasi yang konkrit mengenai dua orang yang dimaksudkan dalam ayat itu, yang secara redaksi hanya berupa kata ganti tanpa ada identitas pasti yang dapat dirujuk di ayat sebelumnya.
Selain tiga hal yang telah disebutkan, banyak hal penting lain yang membuat kita harus belajar sabab nuzul, seperti ketika memahami kaidah tafsir yang bersinggungan dengan konteks penurunan ayat, misalnya, kaidah al-‘ibrah bi ‘umumil lafdzi (ketika redaksi teks Alquran umum dan sebab penurunannya mengindikasikan kekhususan, maka yang keumuman lafadz menjadi objek pemberlakuan ayat tersebut, sehingga ayat itu berlaku tidak hanya pada orang yang disapa dalam sabab nuzul) dan kaidah al-‘ibrah bi khususis sabab kekhususan sebab nuzul menjadi objek pemberlakuan ayat tersebut). Maka, untuk bisa memahami kaidah ini, terlebih dahulu kita harus mengetahui sebab penurunan ayat. Wallahu a’lam []