BerandaTafsir Tematik12 Golongan yang Terhindar dari Keresahan Hati; Telaah Makna Khauf  dalam Al-Quran...

12 Golongan yang Terhindar dari Keresahan Hati; Telaah Makna Khauf  dalam Al-Quran (2)

Pada artikel sebelumnya, telah dijelaskan pengertian khauf beserta 4 dari 12 kriteria golongan yang terhindar dari keresahan hati. Adapun kali ini, akan dijelaskan 8 kriteria lain golongan yang terhindar dari keresahan tersebut:

5. Ikhlas Menginfaqkan Hartanya di Jalan Allah

Dalam surah Al-Baqarah ayat 262, Allah swt. berfirman:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ثُمَّ لَا يُتۡبِعُونَ مَآ أَنفَقُواْ مَنّٗا وَلَآ أَذٗى لَّهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati

Ayat ini berbicara tentang keutamaan infaq di jalan Allah. Orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah akan mendapat pahala besar di dunia maupun di akhirat. Meskipun demikian, berinfaq atau bersedekah tersebut harus disertai dengan dua syarat penting. Abu Hasan Al-Wahidi dalam Al-Wajiz menyebutkan; Pertama, bersedekah harus disertai rasa ikhlas dalam hati. Keikhlasan ini berupa, tidak mengungkit-ungkit pemberian dengan tujuan mendapat pujian.

Baca juga: 12 Golongan yang Terhindar dari Keresahan Hati: Telaah Makna Khauf dalam Al-Quran (1)

Kedua, tidak menyakiti hati penerima infaq. Hal ini seperti menyebutkan kebaikan yang dilakukan di depan orang yang tidak suka kepadanya, merendahkan si penerima, menyebarkan aib kejelekannya,  maupun tindakan atau sikap lain yang melukai perasaan mereka.

Orang-orang yang berinfaq dengan kriteria demikian, maka  tidak akan dirugikan akibat infaqnya. Bahkan, sebagai balasannya, Allah akan melipatgandakan hartanya secara langsung ataupun nanti di kemudian hari. Selain itu, Allah juga menjanjikan pahala dan rasa tentram dalam hati, terhindar dari keresahan.

  1. Rendah Hati dan Tidak Menyakiti Hati Sesama

Tidak jauh berbeda dari kriteria pada ayat sebelumnya, kriteria lain bagi golongan yang terhindar dari rasa takut dan resah adalah orang yang rendah hati dan tidak menyakiti hati sesama. Hal ini tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 274:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُم بِٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ فَلَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Ayat ini juga berbicara tentang infaq, namun dalam konteks lebih umum. Artinya, orang yang berinfaq, dimanapun dan kapanpun, siang ataupun malam, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, maka akan menjadi orang-orang yang mendapat pahala di sisi Tuhannya. Ia tidak segan berbagi kebaikan kepada sesama yang membutuhkan, dengan tujuan membantu dan menyenangkan hati mereka. Ia pun tidak takut terhadap azab Allah ataupun terhadap berkurangnya harta akibat infaqnya. Ia hanya pasrah dan percaya atas balasan yang akan Allah berikan.

Imam Al-Baydhawi dalam tafsirnya menyebutkan, bahwa ayat ini turun pada Abu Bakar Al-Siddiq. Ia mempunyai 40.000 dinar. 10.000 disedekahkan di malam hari dan 10.000 di siang hari. 10.000 yang lain disedekahkan secara sembunyi-sembunyi dan 10.000 sisanya secara terang-terangaan. Maka, orang-orang yang memiliki kerendahan hati seperti inilah yang menjadi salah satu kriteria golongan yang terhindar dari keresahan dan kecemasan dalam hatinya.

7. Meninggalkan Perbuatan Riba dan Gemar Bersedekah

Kriteria selanjutnya tersirat pada surah Al-Baqarah ayat 277:

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Ayat ini berisi tentang balasan bagi orang yang beriman dan beramal shaleh. Yaitu pahala di sisi-Nya serta tidak ada rasa takut dan sedih dalam hatinya. Adapun maksud amal shaleh pada ayat ini, berkaitan  dengan dua ayat sebelumnya (Al-Baqarah 275-276) yang berbicara tentang perintah menjauhi riba dan rajin melaksanakan sedekah.

Abu Bakar Al-Jazairi menerangkan, bahwa ayat ini dan dua ayat sebelumnya mengajak untuk bersedekah, karena akan dilipatgandakan pahalanya. Sebaliknya, diperintahkan menjauhi riba karena menyimpang dari kebaikan. Oleh karenanya, bagi mereka yang meninggalkan segala bentuk riba, serta gemar bersedekah dengan ikhlas, mereka tidak akan merasakan gelisah dan keresahan dalam hatinya.

Baca juga: Tafsir Al-Jalalain tentang Surah Al-Ahzab Ayat 37 dan Beberapa Komentar Atasnya

8. Mendirikan Shalat dan Menunaikan Zakat

Dalam Al-Quran, perintah mendirikan shalat hampir selalu bersandingan dengan perintah menunaikan zakat. Kriteria pada golongan sebelumnya juga sering disandingkan dengan kriteria ini. Hal ini dikarenakan, mereka yang beramal shaleh dengan berbagai bentuknya, akan selalu menjalankan kewajiban utama sebagai hamba dengan melaksanakan shalat dan menunaikan zakat. Hatinya diliputi ketentraman, sebab shalatnya menjadi tameng dari berbuat keji dan munkar.

Dalam Aysar al-Tafasir dijelaskan, mereka tidak resah dan khawatir atas balasan yang akan mereka terima, baik di dunia maupun di akhirat. Orang dengan kriteria ini akan mendapat pahala dari Allah serta tidak ada rasa khauf dalam hatinya, seperti disebutkan pada ayat di kriteria sebelumnya.

  1. Gugur dalam Berjihad di Jalan Allah

Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 170:

فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bersuka ria terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Ayat tersebut berkaitan erat dengan ayat sebelumnya (Ali Imran: 169), tentang keadaan orang-orang yang gugur dan mati di jalan Allah. Pada dasarnya, mereka tidaklah mati, namun tetap hidup di sisi Allah dan diberi rezeki. Lalu pada ayat ini, Allah secara spesifik menyebutkan keadaan mereka, yaitu dalam keadaan gembira karena karunia yang Allah berikan. Hati mereka juga senang, tentram, tanpa ada rasa takut dan sedih di dalamnya.

Al-Biqa’i dalam Nadzm Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa Al-Suwar menambahkan, mereka juga bergembira terhadap orang-orang yang belum dan akan menyusul mereka. Karena mereka tau karunia yang akan Allah berikan kepadanya dan orang-orang yang akan menyusul di belakangnya.  Oleh karena itu, kriteria lain orang yang akan mendapat balasan dari Allah dan tidak ada keresahan dalam hatinya adalah orang-orang yang jihad dan berjuang di jalan Allah, hingga mereka gugur di dalamnya.

  1. Beriman kepada Rasul-Rasul Allah dan Mengimani Ajaran-Ajarannya

Disebutkan dalam surah Al-an’am ayat 48:

وَمَا نُرۡسِلُ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَۖ فَمَنۡ ءَامَنَ وَأَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.

Ayat ini berkaitan dengan tugas diutusnya Rasul kepada umat manusia. Tugas tersebut berupa memberi kabar gembira dan peringatan bagi umatnya. Adapaun orang yang beriman dan senantiasa berusaha berbuat baik, ia akan mendapatkan ketentraman dan tidak akan diliputi rasa takut dan sedih hati atas azab maupun ancaman dari Allah. Perbuatan baik tersebut sebagai hasil dari keimanan dan kepatuhan mereka terhadap ajaran-ajaran Rasulnya.

Baca juga: Kisah Kecintaan Sahabat Nabi Muhammad Saw Terhadap Surah Al-Ikhlas

  1. Tidak Berbuat Dosa dan Maksiat (Fasiq)

Masih berkaitan dengan surah Al-An’am ayat 48 di atas, kriteria ini tersurat pada ayat setelahnya. Allah menjelaskan, orang yang mengingkari dan mendustakan apa yang telah datang dari Allah melaui Rasul-Nya serta ayat-ayat Nya, maka akan diberi azab  oleh Allah. Pendustaannya ini lalu berimbas pada dirinya yang senantiasa berbuat fasiq atau dosa. Oleh karena itu, orang yang tidak berbuat dosa atau maksiat, menjadi kriteria golongan yang tidak akan merasakan keresahan dalam hati terhadap azab Allah yang akan menimpanya.

  1. Beriman dan Senantiasa Bertaqwa kepada Allah

Allah berfirman dalam surah Yunus ayat 62:

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Ayat ini menjelaskan bahwa, pari wali Allah atau kekasih Allah tidak akan merasakan rasa takut dan cemas dalam hatinya. Mereka juga tidak akan merasa sedih akan adzab atau ancaman dari Allah. Adapun yang dimaksud wali Allah pada ayat ini, telah dijelaskan pada ayat selanjutnya (Yunus: 63). Wali Allah adalah mereka yang beriman kepada-Nya dan senantiasa bertaqwa kepada-Nya.

Para wali inilah yang dijamin kebahagiannya di akhirat kelak tanpa ada rasa takut dan khawatir akan ancaman dan azab Allah. Imam Al-Thabari dalam tafsirnya menambahkan, para wali tidak merasa  takut dan resah di akhirat kelak terhadap siksaan Allah. Mereka juga tidak bersedih hati atas apa yang tertinggal di dunia.

Itulah 12 kriteria golongan yang terhindar dari khauf  atau keresahan hati. Mereka dengan kriteria-kriteria tersebut, tidak akan merasa cemas, takut dan khawatir akan azab, ancaman, dan siksa Allah. Hal ini karena mereka telah dijamin mendapat pahala yang besar di sisi Allah, berupa surga-Nya. Sebaliknya, mereka yang tidak memenuhi kriteria tersebut, maka hidupnya, bisa jadi, akan selalu dirundung rasa cemas, takut, dan khawatir. Baik takut karena ancaman makhluk Allah maupun ancaman langsung dari Sang Penciptanya di akhirat kelak. Dengan demikian, rasa khauf sejatinya tidak boleh ada dalam diri kita, kecuali hanya kepada Allah. Terlebih lagi, khauf tersebut meningkat menjadi rasa khasyah yang membuatnya semakin dekat dengan Allah SWT. Wallahu A’lam.

Artikel sebelumnya…

Azkiyatuttahiyah
Azkiyatuttahiyah
Alumni Ma’had Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences Indonesia dan Magister Ilmu Al-Qur’an & Tafsir Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...