BerandaBeritaTafsir Kebangsaan, Prof. Nasaruddin Umar: Memperkenalkan Diri sebagai Pengkaji Al-Quran tanpa Beban...

Tafsir Kebangsaan, Prof. Nasaruddin Umar: Memperkenalkan Diri sebagai Pengkaji Al-Quran tanpa Beban Ideologi dan Politik

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA., Imam Besar masjid Istiqlal yang juga Guru Besar tafsir UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta mengomentari buku Tafsir Kebangsaan yang baru terbit, sebuah buku yang membahas tentang isu-isu kebangsaan dengan pendekatan tafsir. Kehadiran buku ini menurut beliau tentu tidak dalam rangka mencari musuh, tapi lebih kepada ingin memperkenalkan diri sebagai pengkaji Al-Quran yang berusaha untuk objektif, tanpa beban ideologi, politik dan seterusnya.

“Tentu saja kita hadir di sini bukan  untuk mencari musuh, tapi kita ingin memperkenalkan diri kita sebagai seorang pengkaji Al-Quran tanpa beban-beban ideologi, tanpa beban-beban politik dari manapun juga termasuk tanpa beban sponsor,” kata Prof. Nasar dalam Launching dan Bedah Buku Tafsir Kebangsaan yang digelar oleh tafsiralquran.id, Sabtu (27/03/2021)

Oleh sebab itu, perlu  dipertimbangkan dengan seksama unsur di belakang lahirnya sebuah karya, termasuk sponsor dari terbitnya sebuah karya. Buku atau karya apapun yang bagus dan berkualitas, jangan sampai dicederai oleh sponsor atau motif apapun di belakang penerbitannya.

Baca Juga: Ayat-Ayat Jihad dalam Al-Quran: Klasifikasi dan Kontekstualisasinya Di Era Kekinian

Mandiri dalam penelitian

Data dalam sebuah penelitian itu sangat penting, harus ada dan harus valid. Dalam konteks mengkaji atau menafsirkan Al-Quran, data hasil penelitian atau survey sebuah lembaga yang kredibel juga sangat dibutuhkan. Data ini menjadi tambahan bahan analisis yang kuat bagi sebuah penafsiran. Namun demikian, tidak sembarang lembaga penelitian dapat diambil datanya, ini juga harus diperhatikan.

Agar terhindar dari banyak prasangka dan upaya menjaga netralitas sebuah penelitian, akan sangat sempurna jika kita sendiri (seorang peneliti, baik secara individu maupun lembaga) yang melakukan survey tersebut. “survey yang dilakukan oleh teman-teman kita yang lain sering dicurigai juga, itu sponsornya siapa melakukan survey itu, akhirnya menjadi bias juga. Nah, kalau tidak ingin bias, kita lakukan kajian sendiri, seperti yang dilakukan teman-teman dari Nasaruddin Umar Foundation” terang founder Nasaruddin Umar Foundation ini.

Namun demikian, bukan berarti peneliti harus menutup diri dari bantuan orang lain. Peneliti tetap terbuka terhadap bantuan, tetapi tetap dengan memperhatikan motif bantuan tersebut. Ini mungkin yang disebut dengan hati-hati dan waspada.

Baca Juga: Follow Up Pengembangan Website, CRIS bersama tafsiralquran.id Menggelar Webinar Tafsir Al-Quran di Medsos

Menyemangati dan mengapresiasi para penulis muda

Dalam kesempatan ini pula, Prof. Nasar mencoba menyemangati para peneliti dan penulis muda. Diketahui bahwa masih minim apresoasi untuk para penulis muda dan peneliti pemula. Untuk itu beliau mengajak banyak pihak untuk selalu mensupport, memberi bantuan kepada para penulis agar generasi pemuda cemerlang ini bisa terus mengembangkan ide dan potensi mereka, diingat tidak untuk niat yang lain.

Tidak lupa, Rektor PTIQ ini sangat mengapresiasi para penulis muda, khususnya yang tergabung dalam penulisan buku Tafsir Kebangsaan, “Jangan memandang dirinya masih kecil, hemat saya, kecil itu tidak diukur dari rendahnya jenjang pendidikan yang ditempuh, tapi boleh jadi jenjang pendidikan kita itu belum seperti yang lain, tapi kalau kita mampu menciptakan karya besar, maka sesungguhnya orang itulah yang disebut orang besar” motivasi beliau.

Selain itu, selayaknya orang tua yang tidak hanya memuji, beliau juga memberikan masukan, arahan dan bimbingan untuk kelanjutan dan pengembangan buku Tafsir Kebangsaan ini.

Buku Tafsir Kebangsaan: Cinta Tanah Air, Toleransi dan Bela Negara dalam Al-Quran sendiri merupakan kompilasi artikel hasil penelitian dan pendalaman tim redaksi dan kontributor tafsiralquran.id atas beberapa isu-isu kebangsaan.

Ada lima sub tema dalam buku ini. Bagian satu adalah nasionalisme, kebangsaan dan cinta tanah air dalam Al-Quran; Bagian Dua yaitu tentang kebhinnekaan, toleransi dan kerukunan antarumat beragama; Bagian Tiga membahas tentang meluruskan paham tafsir jihad dan ideologi atas nama agama; Bagian Empat yaitu Al-Quran, perdamaian dan kemanusiaan; Bagian Lima mengkaji tentang nilai-nilai Pancasila dalam Al-Quran.

Semoga bermanfaat.

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...