BerandaTafsir TematikSurah al-Isra’ Ayat 7: Hakikat Perbuatan Baik Bagi Manusia

Surah al-Isra’ [17] Ayat 7: Hakikat Perbuatan Baik Bagi Manusia

Dalam ajaran Islam, seorang muslim diperintahkan untuk melakukan perbuatan baik terhadap diri sendiri, orang lain dan alam sekitar. Perbuatan baik ini ada beragam bentuknya, mulai dari hal yang paling kecil seperti menjaga kesehatan hingga sesuatu yang monumental seperti mereboisasi hutan. Apa pun bentuknya, hakikat perbuatan baik akan kembali pada kebaikan manusia itu sendiri.

Hakikat perbuatan baik telah disebutkan oleh Allah swt dalam surah al-Isra’ [17] ayat 7 yang berbunyi:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا ٧

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.”

Secara umum, surah al-Isra’ [17] ayat 7 berbicara mengenai hakikat perbuatan baik dan buruk. Pada dasarnya setiap perbuatan baik yang dilakukan manusia tidak hanya diperuntukkan bagi obyeknya, melainkan juga bagi pelakunya. Artinya, jika seseorang berbuat baik, maka sebenarnya perbuatan baik itu akan kembali kepada dirinya sendiri, begitu pula sebaliknya.

Baca Juga: Tips Agar Ikhlas dalam Berbuat Baik: Tafsir Surah Al-Qasas Ayat 77

Menurut Quraish Shihab, surah al-Isra’ [17] ayat 7 berisi tentang penegasan hakikat perbuatan baik dan buruk pada ayat sebelumnya, bahwa kebinasaan yang dialami oleh bangsa Israil disebabkan oleh kedurhakaan dan kezaliman yang mereka lakukan, bukan karena orang lain. Sebaliknya, jika mereka mau taat dan bersungguh-sungguh niscaya Allah akan memberikan ganjaran sesuai ketetapan-Nya.

Al-Sa’adi dalam Taisir al-Karim al-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan menafsirkan surah al-Isra’ [17] ayat 7 dengan makna, jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Karena sesungguhnya hakikat perbuatan baik akan kembali kepada kalian sebagai pelakunya sebagaimana adanya, baik di dunia maupun di akhirat.

Di sisi lain, jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Kejahatan yang kembali atau timbal-balik yang dirasakan oleh kalian mungkin tidak akan sama – atau berbeda – dengan perbuatan kalian sebelumnya, namun yang pasti hal itu akan memberi mudharat atau kerugian yang setimpal bagi kalian, baik di dunia maupun di akhirat.

Sedangkan Syeikh Nawawi al-Bantani dalam Marah Labid menuturkan, apabila kalian melakukan perbuatan baik seperti ketaatan, maka kalian telah berbuat baik kepada diri sendiri, karena berkat ketaatan tersebut Allah swt akan membukakan pintu kebaikan bagi kalian. Sebaliknya, jika kalian berbuat kejahatan seperti bermaksiat, maka kalian sebenarnya telah berbuat buruk kepada diri sendiri. Sebab, itu semua dapat mendatangkan siksa Allah swt.

Hal serupa disampaikan oleh Imam al-Syaukani dalam Fath al-Qadir. Menurutnya, jika seseorang berbuat baik – perkataan ataupun tindakan – maka sebenarnya ia telah berbuat baik pada dirinya, karena ganjaran atau pahala dari perbuatan baik tersebut akan kembali padanya. Dan jika seseorang berbuat jahat – perkataan atau tindakan – maka itu akan terjadi atau kembali pula padanya.

Sebagian ulama berpandangan lafaz falaha tidak bermakna perbuatan jahat akan kembali pada pelakunya, sebab huruf lam tidak dikonotasikan kepada sesuatu yang negatif, melainkan positif. Jika surah al-Isra’ [17] ayat 7 bermaksud demikian, seharusnya lafaz yang digunakan bukanlah falaha, tetapi lafaz fa’alaiha sebagaimana disebutkan dalam surah al-Baqarah [2] ayat 286.

Quraish Shihab kemudian mencoba menjelaskan makna tersebut. Menurutnya, penggunaan kata li anfusikum dan falaha pada surah al-Isra’ [17] ayat 7 bertujuan untuk menegaskan bahwa amal seseorang, baik atau buruk, akan tertuju kepadanya secara khusus, bukan kepada orang lain. Artinya, pemaknaan kejahatan akan kembali kepada pelakunya tidaklah salah (Tafsir al-Misbah [7]: 416).

Pandangan ini juga dikatakan oleh Imam Syukani dalam kitabnya Fath al-Qadir. Huruf lam pada kata falaha semakna dengan kata fa’alaiha yang berkonotasi pada sesuatu yang negatif. Sedangkan Ibnu Jarir at-Thabari menyebutkan bahwa lam pada falaha bermakna ila (kepada). Artinya segala perbuatan buruk akan kembali  dampaknya kepada sang pelaku, bukan orang lain.

Quraish Shihab menambahkan, di dunia setiap perbuatan tidak akan berdampak kepada pihak lain kecuali atas izin Allah. Dampak dari suatu perbuatan hanya akan kembali kepada pelakunya, baik maupun buruk. Dengan demikian, tepatlah sudah pesan yang disampaikan dalam surah al-Isra’ [17] ayat 7, bahwa hakikat perbuatan baik dan buruk akan kembali kepada si pelaku.

Baca Juga: Surah Al-Baqarah Ayat 201: Doa Memohon Kebaikan di Dunia dan di Akhirat

Firman Allah swt:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ٧ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ ٨

Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

Terakhir sebagai catatan, surah al-Isra’ [17] ayat 7 hendaknya tidak dimaknai dalam arti perbuatan baik itu dilakukan demi kebaikan sendiri. Akibatnya, seseorang hanya melihat sisi kemanfaatan perbuatan baik tersebut bagi dirinya dan melupakan aspek ketulusan serta keikhlasan. Meskipun hakikat perbuatan baik akan kembali kepada pelakunya, namun seseorang sebaiknya meluruskan niat berbuat baik untuk mengharapkan rida Allah swt. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...